Salah satu tantangan dalam mendisiplinkan seorang balita adalah emosinya yang terus berubah dan hal ini seringkali membuat orangtua menjadi kewalahan, terlebih lagi ketika emosi ini memengaruhi perilaku si Kecil.
Dalam mengatur emosi dan perilaku balita menjadi lebih baik, Mama dapat melakukan pembinaan emosi. Ini adalah salah satu dari lima jenis disiplin.
Dalam sebuah penelitian, ketika orangtua memberi anak-anak keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani emosi, maka mereka akan lebih percaya diri, berprestasi lebih baik di sekolah, dan mengalami hubungan yang lebih sehat.
Bagaimana cara untuk mendisiplinkan anak dengan mengelola emosinya? Simak informasinya yang Popmama.com rangkum di bawah ini ya, Ma!
Bagaimana Emosi Dapat Terkait pada Perilaku Anak?
Pixabay/publicdomainpictures
Peneliti psikologi negara bagian Washington, John Gottman membuat sebuah penelitian seputar bagaimana emosi terkait perilaku seorang anak.
Menurut penelitian Gottman, ketika orangtua memberi anak-anak keterampilan yang mereka butuhkan untuk menangani emosi, maka mereka bisa lebih percaya diri, berprestasi lebih baik di sekolah, dan mengalami hubungan yang lebih sehat.
Gottman menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari cara terbaik bagi orangtua untuk membantu anak-anak belajar bagaimana mengelola emosi positif dan negatifnya secara efektif.
Kemudian ia membagi proses menjadi lima langkah yang berfokus pada mengajar anak-anak tentang perasaan, sehingga dapat belajar bagaimana membuat pilihan yang lebih baik.
Cari tahu yuk Ma, langkah apa saja untuk mengajarkan anak mengelola perasaannya!
1. Memerhatikan perasaan anak dan bagaimana ia mengekspresikannya
Freepik/Dimaberlin
Pelatihan emosi mengharuskan orangtua untuk menyadari emosi anak serta emosi diri sendiri.
Membiarkan diri sendiri dan anak kebebasan untuk merasakan emosi apa pun adalah inti dari pembinaan emosi. Mengajarkan anak bahwa tidak apa-apa merasakan sesuatu dan meyakinkan bahwa ia tidak akan dihakimi atau dikritik karena merasakan sesuatu.
Perhatikan cara anak merespons emosi seperti kecemasan, kesedihan, kemarahan, dan kegembiraan. Cari isyarat, seperti bahasa tubuh, gerakan wajah, dan perubahan perilaku. Penting untuk mengamati anak sehingga Mama bisa selaras dengan caranya mengekspresikan berbagai perasaan.
Ini akan membantu Mama mengidentifikasi hubungan antara perasaan dan perilaku seorang anak.
Editors' Pick
2. Terhubung dengan anak-anak melalui pengalaman emosional
Freepik
Gottman merekomendasikan orangtua untuk terhubung dengan anak-anak mereka melalui pengalaman yang sangat emosional.
Alih-alih berpaling ketika seorang balita mengamuk untuk mengabaikan perilaku, pelatihan emosi ini merekomendasikan pemberian petunjuk langsung. Dorong si Kecil untuk mengenali emosinya dan bantu ia mengungkapkan perasaannya secara verbal.
Turun tangan dengan menawarkan bantuan ketika melihat anak marah, dapat mencegah perilaku buruk. Namun, jangan mencoba memperbaiki atau menyangkal emosi negatif anak, tetapi tunjukkan kepadanya bahwa ia memiliki banyak jenis perasaan adalah hal yang normal, dan itu bisa diatasi.
3. Mendengarkan dan mengakui perasaan anak
Freepik/Bearfotos
Mendengarkan anak adalah bagian penting dari pembinaan emosi. Mendengarkan tak hanya sekadar mendengar apa yang anak sampaikan, tapi memahaminya. Penting bagi setiap orangtua untuk memvalidasi atau mengakui perasaan anak, dan menunjukkan bahwa Mama menerima perasaannya.
Selain itu, tunjukkan bahwa Mama menganggap serius emosi anak. Hindari mengatakan hal-hal seperti, "Berhentilah khawatir. Ini bukan masalah besar," atau "Jangan menangis, kamu sudah besar", karena tantangan anak adalah masalah besar baginya, terlepas dari berapapun usianya.
Selain itu, saat menunjukkan kepada anak bahwa Mama memahami perasaannya, maka ia akan menggunakan lebih sedikit energi untuk mencoba menunjukkan bagaimana perasaannya ketika sedang kesal.
4. Mengenali jenis-jenis perasaan padanya
Freepik/fwstudio
Bantu si Kecil belajar mengenali dan mengungkapkan perasaannya. Misalnya Mama dapat menggunakan berbagai gambar emosi, dan menanyakan anak mana yang paling sesuai dengan dirinya. Selain itu, hindari untuk memberi tahu anak apa yang seharusnya ia rasakan.
Alih-alih mengatakan, "Jangan takut,", cobalah untuk menunjukkan pada anak bagaimana mengatasi perasaan takutnya, yang membuktikan bahwa perasaannya baik-baik saja. Katakan sesuatu seperti, "Itu normal untuk merasa gugup sebelum naik ke atas panggung."
Memberi nama pada perasaan anak, juga akan meningkatkan kosakata emosionalnya, yang akan membantu anak mengungkapkan perasaan negatifnya dengan benar secara sosial, tanpa perlu menunjukkan perilaku buruk.
5. Mencari solusi mengelola frustasi anak
Unsplash/Vitolda Klein
Pembinaan emosi berfokus pada pencegahan perilaku buruk. Ketika seorang anak memasuki situasi di mana ia cenderung mudah frustrasi, bantu ia mengidentifikasi cara untuk mengelola frustrasinya.
Misalnya, “Mama tahu pergi ke rumah nenek butuh waktu lama dan kamu bisa merasa tidak sabar. Tetapi hari ini, ketika kamu mulai merasa frustrasi, beri tahu Mama ya. Kita akan beristirahat selama beberapa menit untuk membantumu menenangkan diri.”
Ketika anak berperilaku tidak baik, dorong ia untuk mencari tahu perasaan yang menyebabkan perilaku tersebut. Kemudian, ajarkan keterampilan memecahkan masalah dan bekerja sama untuk menemukan solusi kreatif.
Jika memungkinkan, biarkan balita mengembangkan solusi kreatifnya sendiri. Jadi, jika anak melempar barang saat mereka marah, duduk bersama dan buat daftar hal lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi marahnya.
Nah itulah lima cara untuk mendisiplinkan seorang balita dengan mengelola perasaannya. Selain menerapkan lima cara di atas, jangan lupa untuk memerhatikan perilaku baik anak dan gunakan pujian untuk mendorong perilaku positif.
Sedangkan berikan konsekuensi negatif ketika anak berperilaku tidak baik. Jelaskan bahwa Mama akan mengoreksi perilakunya, bukan perasaannya. Jadi, meskipun merasa marah tidak apa-apa, memukul adalah tindakan yang salah dan tidak boleh dibiarkan.