7 Cara Mudah Mengatasi Balita yang Mengalami Stres
Tak hanya orang dewasa, balita juga bisa mengalami stres lho Ma!
6 Januari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi orang dewasa, masa kanak-kanak bisa tampak seperti waktu yang riang. Tapi faktanya, seorang balita bisa mengalami stres.
Perubahan pada diri sendiri dan kehidupan sosial terkadang dapat menciptakan tekanan yang dapat membuat balita merasa kewalahan.
Sebagai orangtua, Mama tidak dapat melindungi balita dari stres, tetapi Mama dapat membantunya mengembangkan cara yang sehat untuk mengatasi stres dan memecahkan masalah sehari-hari.
Sementara anak mungkin belum mampu memulai percakapan tentang apa yang mengganggunya, ia mungkin menunjukkan bentuk stresnya dengan menangis, rewel, amukan, teriakan, dll.
Meski seringkali membuat Mama kebingungan, ada beberapa hal yang bisa Mama lakukan untuk mengatasi balita yang sedang stres.
Berikut Popmama.com telah merangkum tujuh cara mudah mengatasi balita yang mengalami stres.
Simak ya, Ma!
1. Tunjukkan rasa keingintahuan Mama terhadap apa yang anak rasakan
Mama dapat memberi tahu anak ketika merasa ada sesuatu yang mengganggunya. Jika bisa, sebutkan perasaan tersebut, misalnya "Sepertinya kamu masih marah tentang apa yang terjadi di taman bermain tadi ya?".
Hindari bersikap menuduh seperti mengatakan "Oke, apa yang terjadi sekarang? Apakah kamu masih marah tentang itu?"
Ini hanya pengamatan yang menunjukkan bahwa Mama tertarik untuk mendengar lebih banyak tentang kekhawatiran anak. Tunjukanlah simpatik dan tunjukkan bahwa Mama peduli dan ingin memahami perasaannya.
2. Dengarkan dan pahami apa yang anak rasakan
Minta anak untuk memberi tahu apa yang salah. Dengarkan dengan penuh perhatian dan tenang, dengan minat, kesabaran, keterbukaan, dan perhatian.
Hindari dorongan untuk menghakimi, menyalahkan, menceramahi, atau mengatakan apa yang menurut Mama seharusnya dilakukan oleh anak. Tujuannya adalah untuk membuat si Kecil merasa aman ketika membicarakan kekhawatiran dan perasaannya.
Cobalah untuk mendapatkan keseluruhan cerita dengan mengajukan pertanyaan seperti "Lalu apa yang terjadi?" Tidak usah buru-buru dan biarkan anak meluangkan waktunya juga untuk menenangkan diri.
3. Memberikan label pada setiap nama perasaan
Namun jika si Kecil belum mengembangkan keterampilan verbal untuk menggambarkan kata-kata dari perasaannya, Mama bisa menggunakan momen ini untuk mengenalkan anak pada berbagai jenis emosi.
Misalnya ketika balita tampak marah atau frustrasi, gunakan kata seperti "Marah" atau "Kecewa" untuk membantunya belajar mengidentifikasi emosi dengan namanya.
Memasukkan perasaan ke dalam kata-kata membantu anak-anak berkomunikasi dan mengembangkan kesadaran emosional, atau kemampuan untuk mengenali keadaan emosinya sendiri.
Anak-anak yang sudah mampu mengomunikasikan kata-katanya, cenderung tidak mencapai titik didih perilaku. Di mana emosi yang kuat keluar melalui perilaku buruk.
Editors' Pick
4. Mengakui dan menunjukkan kepedulian pada apa yang anak rasakan
Berikan komentar singkat tentang perasaan yang menurut Mama dialami balita. Misalnya, Mama mungkin mengatakan "Itu pasti menjengkelkan" atau "Tidak heran kamu merasa marah ketika mereka tidak mengizinkanmu bermain", atau "Itu pasti tampak tidak adil bagimu."
Melakukan hal ini menunjukkan bahwa Mama mengakui dan memahami apa yang anak rasakan, dan menunjukkan bahwa Mama peduli tentang perasaannya.
Merasa dipahami dan didengarkan membantu anak merasa didukung, dan itu sangat penting di saat-saat stres.
5. Bantu anak memikirkan hal-hal yang menyenangkan untuk dilakukan
Jika ada masalah khusus yang menyebabkan stres, bicarakan bersama tentang apa yang harus dilakukan. Misalnya Mama bisa mendorong si Kecil untuk memikirkan beberapa ide yang berfokus pada bersenang-senang.
Mama dapat memulai brainstorming jika perlu, tetapi hindari melakukan semua rencana tersebut untuk mencegah aktivitas balita yang terlalu padat. Partisipasi aktif balita juga akan membangun kepercayaan diri.
Dukung setiap ide-ide bagus yang anak keluarkan dan tambahkan sesuai kebutuhan. Tanyakan, "Bagaimana menurutmu ini akan menyenangkan?"
6. Menunjukkan kasih sayang ekstra pada anak
Balita mungkin tidak selalu ingin membicarakan apa yang mengganggunya, namun ini tidak apa-apa. Bahkan ketika ia tidak ingin berbicara, anak biasanya tidak ingin orangtuanya meninggalkannya sendirian.
Mama dapat membantu anak merasa lebih baik hanya dengan berada di sana, memberikannya bentuk kasih sayang tambahan, menemaninya, menghabiskan waktu bersama.
Sehingga, jika Mama memerhatikan bahwa anak tampak sedih, stres, atau mengalami hari yang buruk, tetapi tidak ingin berbicara, mulailah memeluknya, mengajaknya berjalan-jalan, menonton film, mewarnai, atau bahkan memanggang kue.
Bukankah menyenangkan mengetahui bahwa kehadiran Mama benar-benar berarti?
7. Penting untuk tetap sabar dan fokus untuk membantu anak
Sebagai orangtua, tentu Mama akan merasa sedih ketika melihat balita yang begitu riang menjadi tidak bahagia atau stres. Tetapi cobalah untuk menahan keinginan untuk memperbaiki setiap masalah.
Alih-alih memperbaikinya, fokuslah untuk membantu anak, perlahan tapi pasti, tumbuh menjadi pemecah masalah yang baik.
Seiring bertambahnya usia, anak akan mulai mengenali bagaimana adanya pasang surut kehidupan, mengungkapkan perasaan dengan kata-kata, tenang saat dibutuhkan, dan bangkit kembali untuk mencoba lagi.
8. Usahakan agar rutinitas anak tetap pada jadwal
Meskipun terlihat sepele, penting untuk mempertahankan rutinitas harian seperti waktu makan dan mempersiapkan waktu tidur balita.
Rutinitas memungkinkan balita merasa mengendalikan apa yang diharapkan, dan sangat membantu dalam menciptakan rasa tenang.
Menjaga waktu tidur yang konsisten juga sangat penting karena anak-anak dapat menjadi lebih mudah stres jika mereka terlalu lelah.
Untuk membantu anak mengatasi stres, pastikan ia mendapatkan tidur malam yang baik, tidur siang yang cukup, makanan sehat, dan banyak aktivitas sehari-hari.
Sebaiknya tunda perubahan lain, seperti latihan pispot atau transisi ke tempat tidur mandiri, yang mungkin dapat mengganggu jadwal rutinitas normal.
Tunggu sampai anak menjalani hidup dengan pola yang nyaman.
9. Memantau paparan televisi
Berhati-hatilah dengan program apa yang diserap anak. Ketika Mama menonton berita dan seorang anak berada di dalam ruangan, terkadang ada paparan segala jenis kekerasan maupun berita bencana alam yang bisa menyebabkan anak alami kecemasan.
Sebaiknya nyalakan televisi setelah anak-anak tidur atau batasi berapa lama Mama menonton berita malam.
Paparan seringkali tidak disengaja, jadi cobalah menjadwalkan waktu TV yang berbeda dengan anak, atau pastikan semua program ditujukan untuk anak yang lebih kecil jika ia berada di ruangan bersama Mama.
Nah, itulah beberapa cara mudah mengatasi balita yang mengalami stres.
Penting untuk diingat bahwa orangtua tidak dapat menyelesaikan setiap masalah saat anak-anak menjalani kehidupan.
Tetapi dengan mengajarkan strategi koping sehat yang ditanamkan sejak usia dini, Mama akan mempersiapkan anak untuk mengelola stres yang datang di masa depan.
Baca juga:
- 5 Jenis Kecemasan pada Anak yang Disebabkan oleh Trauma
- Bukan Pemalu, 10 Ciri Kecemasan Sosial pada Anak yang Perlu Diwaspadai
- 8 Meditasi Ramah Anak untuk Mengatasi Kecemasan dan Stres