Sebagai orangtua, Mama memiliki tanggung jawab untuk mendorong anak dalam mengembangkan kecerdasannya. Selain kecerdasan akademis, ada jenis kecerdasan penting lainnya yang harus dimiliki seorang anak, yaitu kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan dengan tepat, bersamaan juga dengan menghormati perasaan orang lain. Ini adalah keterampilan yang dapat mulai dipelajari anak-anak pada usia berapa pun.
Jadi, apakah Mama ingin membesarkan anak yang cerdas secara emosional namun bingung dari mana memulainya? Kali ini Popmama.com akan memberikan lima langkah awal membangun kecerdasan emosional pada anak, di bawah ini!
1. Akui sudut pandang anak dan berempati dengannya
Freepik/Shapovalphoto
Ketika Mama tidak bisa "melakukan apa pun" pada saat anak merasa kecewa, penting untuk berempati. Hanya dengan memahami anak, dapat membantunya melepaskan emosi yang mengganggu
Jika kekesalan anak tampak tidak sesuai dengan situasinya, ingatlah bahwa semua orang pernah menyimpan emosi dan kemudian membiarkan diri sendiri menyimpannya hingga menemukan tempat berlindung yang aman.
Berempati bukan berarti Mama setuju, namun hanya melihat sebuah masalah dari sisi anak. Anak mungkin harus melakukan apa yang Mama katakan, namun ia juga berhak atas sudut pandangnya sendiri.
Mengapa ini mendorong kecerdasan emosional?
Dilansir dari ahaparenting.com, merasa dipahami memicu biokimiawi yang menenangkan. Jalur saraf yang diperkuat antara Mama dan anak, membuatnya lebih tenang. Inilah yang akan anak gunakan untuk menenangkan diri sendiri seiring bertambahnya usia.
Anak-anak mengembangkan empati dengan merasakannya dari orang lain.
Membantu anak untuk merefleksikan pengalamannya dan apa yang memicu perasaannya. Untuk anak yang lebih kecil, mengetahui bahwa ada nama untuk perasaannya adalah alat awal untuk belajar mengelola emosi.
Editors' Pick
2. Biarkan anak berekspresi
Freepik/Gelpi
Si Kecil mungkin belum bisa membedakan antara emosi dan "sifat" nya sendiri. Maka dari itu, terima emosi anak, dan hindari menyangkal atau mengucilkannya, yang memberi anak pesan bahwa beberapa perasaan itu memalukan atau tidak dapat diterima.
Menyangkal rasa takut atau amarah yang anak rasakan, tidak akan menghentikannya untuk memiliki perasaan tersebut, tetapi mungkin anak memaksa untuk menekannya. Sayangnya, perasaan yang tertekan tidak memudar, berbeda dengan perasaan yang diungkapkan bebas.
Anak juga jadi terjebak untuk mencari jalan keluar. Untuk itu, ajarkan bahwa berbagai macam perasaan dapat dimengerti dan merupakan bagian dari menjadi manusia, meskipun beberapa tindakan juga harus dibatasi.
Mengapa ini mendorong kecerdasan emosional?
Penerimaan dari Mama membantu anak menerima emosinya sendiri, yang memungkinkan anak dalam menyelesaikan perasaannya dan melanjutkan hidup, sehingga ia lebih mampu mengatur emosinya sendiri.
Penerimaan Mama mengajarkan anak bahwa kehidupan emosional itu tidak berbahaya, tidak memalukan, dan pada kenyataannya bersifat universal dan dapat diatur. Anak akan belajar bahwa ia tidak sendiri. Ia belajar bahwa ada bagian dirinya yang kurang menyenangkan dapat diterima, yang berarti anak baik-baik saja dengan apa adanya.
3. Dengarkan bagaimana perasaan anak
Freepik/Alf061
Amarah tidak akan menghilang sampai anak merasa didengarkan, baik anak berusia 6 atau bahkan 16 tahun, ia membutuhkan Mama untuk mendengarkan perasaannya. Begitu anak merasakan dan mengungkapkannya, ia akan melepaskannya dan melanjutkan hidupnya.
Bahkan, Mama akan kagum ketika melihatnya dengan penuh kasih sayang dan kooperatif saat memiliki kesempatan untuk menunjukkan bagaimana perasaannya.
Tetapi agar anak merasa aman untuk menceritakan perasaannya, ia perlu tahu bahwa Mama benar-benar hadir dan mendengarkan, yakinkan anak bahwa hal itu aman. Anak memiliki kemampuan untuk membiarkan perasaannya keluar, yang membuatnya menjadi lebih santai dan kooperatif.
Yang perlu Mama lakukan, tetap hadir, dan tahan dorongan untuk menghilangkan perasaan yang sedang mengganggu anak. Karena secara naluriah, anak mengerti bagaimana menyembuhkan dirinya sendiri.
Mengapa ini mendorong kecerdasan emosional?
Sifat emosi manusia yang sehat bergerak masuk ke dalam tubuh, mengisi seluruh tubuh, dan kemudian hilang. Saat menangkis atau menekannya, emosi justru terjebak di dalam diri. Namun anak juga bisa merasa ketakutan karena emosi yang kuat membuatnya kewalahan, jadi ia mencoba menangkisnya sampai merasa cukup aman untuk menceritakannya. Karena emosi disimpan di dalam tubuh, bercerita adalah cara alami untuk membantu anak untuk melampiaskannya.
Ketika Mama membantu anak, hingga ia merasa cukup aman untuk merasakan dan mengekspresikan emosinya, Mama tak hanya menyembuhkan jiwa dan tubuhnya. Mama juga membantu anak dalam mempercayai proses emosionalnya sendiri, hingga ia dapat menangani emosinya seiring bertambahnya usia, tanpa amukan atau represi.
4. Ajarkan pemecahan masalah
Freepik/Rawpixel-com
Emosi adalah pesan, maka dari itu ajari anak untuk bernapas, merasakannya, mentolerirnya tanpa perlu bertindak berdasarkan emosinya. Dengan begitu anak tidak berada dalam lubang emosi yang kuat, dan berfokus untuk memecahkan masalah dan bertindak jika perlu.
Terkadang, anak bisa melakukannya sendiri, namun terkadang ia juga membutuhkan bantuan Mama untuk bertukar pikiran. Tapi tahan keinginan untuk terburu-buru dan menangani masalahnya, kecuali jika anak memintanya.
Jika memaksakan diri untuk membantu anak, ini memberikan pesan bahwa Mama tidak percaya pada kemampuan anak dalam menanganinya sendiri.
Mengapa ini mendorong kecerdasan emosional?
Anak perlu mengungkapkan perasaannya, tetapi ia juga perlu tahu cara menemukan solusi atas masalahnya tersebut. Ini membutuhkan latihan dan contoh dari pihak orangtua.
Mengajarkan anak untuk menghargai perasaannya, dapat menjadi pertanda tentang hal-hal yang ia perlu tangani secara berbeda dalam hidup, yang akan memberdayakannya.
Setiap anak membutuhkan pembinaan untuk belajar mengungkapkan kebutuhannya tanpa harus menyerang orang lain.
5. Bermain bersama anak
Pexels/Andrea Piacquadio
Ketika Mama melihat pola negatif berkembang, ketahuilah bahwa anak memiliki perasaan yang ia tidak tahu bagaimana menanganinya, dan cara menghilangkannya adalah dengan bermain. Misalnya, mungkin anak yang berusia empat tahun selalu ingin bermain bersama Mama.
Anak yang berusia empat tahun akan cekikikan dan menyombongkan diri setelah mendapatkan kesempatan untuk membuktikan bahwa dia dapat selalu memiliki Mama. Setelah itu, ia juga akan melepaskan semua kekhawatiran terpendam yang menuntutnya.
Mengapa ini mendorong kecerdasan emosional?
Semua anak mengalami perasaan besar setiap hari. Ia sering merasa tidak berdaya dan tertekan, marah, sedih, takut, atau cemburu. Anak yang sehat secara emosional memproses perasaan dengan bermain.
Membantu anak "memainkan" konflik batinnya, memungkinkannya menyelesaikan sehingga perasaan tersebut, sehingga ia dapat melanjutkan ke tantangan perkembangan berikutnya yang sesuai dengan usia.
Anak tidak dapat mengungkapkan konflik emosionalnya yang lebih dalam ke dalam kata-kata, bahkan ini juga sulit untuk kebanyakan orang dewasa. Tetapi anak dapat memainkannya secara simbolis dan menyelesaikannya bahkan tanpa perlu membicarakannya.
Tertawa melepaskan hormon stres serta air mata, dan jauh lebih menyenangkan.
Nah itulah beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan emosional pada anak. Gunakan kesalahan anak sebagai kesempatannya untuk tumbuh lebih baik.
Ketika anak marah atau menyakiti perasaan seseorang, luangkan waktu untuk membicarakan tentang bagaimana mereka bisa berbuat lebih baik di masa depan. Dengan dukungan dan bimbingan Mama yang berkelanjutan, anak dapat mengembangkan kecerdasan emosional dan kekuatan mental yang diperlukan untuk berhasil dalam hidup.