Permainan sensori adalah bentuk aktivitas yang melibatkan panca indra pada balita. Mama mungkin telah mengetahui ada banyak kegiatan sensorik yang dapat dilakukan dengan anak di rumah.
Mulai dari wadah sensorik dengan beras, pasir, shaving cream, kemudian juga ada botol sensorik, dan masih banyak lagi.
Ketika Mama pertama kali mengenalkan si Kecil pada permainan sensorik, ini mungkin bisa menjadi bencana. Balita menumpahkan beras atau pasir di mana-mana, atau memasukkan ke dalam mulutnya.
Belajar permainan sensori bisa seperti mengajari balita makan, yaitu akan berantakan pada awalnya.
Untuk membantu Mama, kali ini Popmama.com telah merangkum 7 tips agar permainan sensori balita tidak menjadi berantakan. Yuk simak!
1. Perhatikan benda-benda apa yang digunakan untuk permainan sensori
modernparentsmessykids.com
Tips ini sangat penting. Misalnya, jika balita masih suka memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya, maka hindari menggunakan benda-benda yang tidak dapat dimakan.
Atau jika Mama ingin mendorong pengembangan keterampilan motorik halus, tawarkan materi yang akan membantu membangun keterampilan tersebut.
Jika balita adalah pencari sensorik atau penghindar sensorik, maka penting untuk mempertimbangkan preferensi ini saat mengeluarkan wadah sensorik.
Jika itu adalah tekstur yang secara aktif anak hindari, kemungkinan besar ia juga tidak akan senang memainkan wadah sensoriknya.
Pastikan juga untuk mencari minat anak dan buat permainan sensorik bertema. Ini adalah salah satu cara termudah untuk membuat anak tertarik pada aktivitas sensorik.
2. Mulai dengan sederhana
Pexels/Tatiana Syrikova
Jadikan permainan sensorik pertama si Kecil sebagai wadah sensorik yang sederhana. Misalnya, jika Mama tertarik untuk menyiapkan sensory bin atau wadah sensorik untuk balita, sebaiknya mulai dengan beras dan pasta seperti makaroni.
Dibandingkan dengan pasir, bahan-bahan lain seperti beras, kacang, makaroni, biji jagung, masih dapat dimakan (meskipun sebaiknya tidak) dan mudah dibersihkan dengan sapu atau vacuum cleaner. Konsekuensinya pun lebih rendah bila semuanya berjalan tak semestinya.
Editors' Pick
3. Hindari memulai dengan sesuatu yang berantakan
giftofcuriosity.com
Siapkan diri Mama untuk sukses saat melihat si Kecil memulai petualangan di permainan sensorik.
Permainan sensori seperti bermain slime, Jell-O, shaving cream memang sangat menyenangkan untuk dimainkan, tetapi mungkin bukan yang terbaik sampai si Kecil memiliki keterampilan untuk bermain di wadah sensorik.
Untuk wadah sensorik yang berantakan, Mama dapat mengatur wadah di atas tirai kamar mandi atau terpal. Ini menjadi lebih mudah dicuci dan berfungsi dengan baik sebagai alas.
4. Menerima bila permainan sensorik tidak berjalan seperti yang diharapkan
Pexels/Karolina Grabowska
Sebelum Mama mengeluarkan mainan-mainan sensorik untuk si Kecil, pastikan Mama sudah bisa menerima konsekuensinya.
Sesi-sesi pertama setelah Mama mengenalkan permainan sensori pada anak yang masih kecil, ketahuilah bahwa ia akan membuat kekacauan. Ingat, ini sangat mirip saat Mama memperkenalkan makanan, awalnya berantakan.
Namun tugas Mama sebagai orangtua adalah mengajarinya untuk membatasi kekacauan itu. Satu atau dua beras yang jatuh baik-baik saja, namun membuang seluruh wadah beras di atas karpet adalah perilaku yang tidak dapat diterima.
5. Buat aturan permainan
Freepik/prostooleh
Untuk mencegah kekacauan, Mama dapat membuat aturan atau batasan permainan sensori. Misalnya, balita tidak boleh memakan atau membuang mainan sensorik. Dan ini tidak dapat dinegosiasikan.
Sebelum bermain, Mama perlu memberikan satu kali peringatan atau pengingat. Baru ambil mainan-mainan sensori yang digunaka.
Untuk menjaga barang-barang tetap rapi, Mama dapat menyediakan satu area khusus untuk pembersihan cepat, seperti menggunakan kolam renang karet atau area play mat.
Jika balita melanggar atau membuat kekacauan, Mama perlu mengambil mainannya selama beberapa menit. Kemudian dicoba lagi.
Ulangi kalimat yang sama berulang-ulang “Kita tidak boleh memakan dan membuang mainan kita.”
Kebiasaan ini memang tidak bisa dibangun dalam sehari. Ini akan memakan waktu. Tetapi setiap percobaan dan kesempatan, anak mama bisa menjadi lebih baik dan lebih baik.
6. Hentikan permainan bila segala sesuatunya mulai kacau
Freepik/Gpointstudio
Namun ada kalanya permainan ini tak berjalan sesuai harapan, misalnya ketika balita justru melempar bola atau botol sensori, atau dengan sengaja menumpahkan wadah yang berisi beras meskipun sudah diingatkan beberapa kali.
Ketika segala sesuatunya mulai kacau, jangan takut untuk mengambil permainan sensori. Mama juga dapat menerapkan "Play Time Out" atau waktu berhenti untuk bermain.
7. Pastikan untuk selalu mengawasi anak
Freepik/kostikova
Banyak bahan permainan sensori yang menghadirkan bahaya tersedak, sehingga Mama tak cukup untuk menekankan aturan agar anak tidak memakan bahan-bahan permainan saja. Sebaiknya, Mama harus selalu mengawasi anak saat ia bermain dengan tempat sampah sensorik.
Selain itu, bergabung dan bermain bersama, dapat meningkatkan ikatan Mama dengan anak. Terutama jika si Kecil agak ragu untuk mencobanya.
Tunjukkan padanya cara yang berbeda untuk bermain atau minta anak untuk menjelaskan apa yang ia lakukan saat bermain. Berbicara bersama adalah cara yang baik untuk membangun keterampilan bahasanya juga.
Bermain bersama anak juga dapat membantu mengatasi kekacauan dalam beberapa cara. Misalnya, dapat mendemonstrasikan dan memodelkan cara bermain tanpa terlalu berantakan.
Mama juga dapat mengingatkannya tentang aturan permainan sensorik saat bermain bersama
Nah itulah beberapa cara mengenalkan permainan sensori pada balita. Yup, permainan sensori mungkin bisa menjadi kacau dan berantakan. Namun ketahuilah bahwa menjadi 'berantakan' adalah salah satu cara balita untuk mengeksplorasi lingkungannya.
Jadi pastikan untuk selalu mengawasi si Kecil saat bermain ya Ma!