Cara Mengetahui Balita Kelebihan Berat Badan atau Obesitas
Obesitas dapat menyebabkan masalah kesehatan yang berbahaya
25 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sejak usia kanak-kanak, umumnya orangtua membiarkan anak untuk makan dalam porsi yang banyak, serta sering memberikan anak makanan ringan karena mewajarkan anak yang berada di usia pertumbuhan.
Namun, ketika sampai pada masalah berat badan, terutama pada balita, menjadi sulit bagi orangtua untuk memahami apakah itu hanya lemak balita atau anak sudah mengarah ke obesitas. Obesitas pada balita berisiko mengembangkan penyakit jantung, diabetes mellitus tipe 2, asma, dan lain-lain.
Nah, jika Mama adalah orangtua yang sadar dan ingin tahu apakah si Kecil mengalami kelebihan berat badan atau tidak, serta ingin mengetahui fakta obesitas balita, kali ini Popmama.com telah menyiapkan informasi selengkapnya di bawah ini!
Simak mengenai cara mengetahui bayi kelebihan berat badan atau obesitas.
1. Obesitas menyebabkan anak berisiko terkena komplikasi kesehatan di kemudian hari
Meski kedengarannya aneh, tetapi obesitas pada balita menjadi penyebab kekhawatiran. Dilansir dari Parenting.firstcry.com, sekitar 14 persen kasus obesitas yang meningkat, dengan anak-anak usia 2 sampai 5 tahun di Amerika termasuk dalam kategori obesitas.
Persentase ini lebih tinggi pada rumah tangga berpenghasilan rendah. Selain menghadapi masalah kesehatan, obesitas juga membuat anak berisiko terkena komplikasi kesehatan di kemudian hari. Dapat menjadi sulit bagi anak-anak untuk beralih dari kategori obesitas ke kategori sehat di kemudian hari karena kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat.
AAP atau American Academy of Pediatrics dan CDC atau Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan agar orangtua bisa menghitung BMI atau indeks massa tubuh balita untuk menentukan apakah anak termasuk dalam kategori normal, kelebihan berat badan, atau obesitas.
Editors' Pick
2. Mengukur pertumbuhan balita & BMI
BMI merupakan singkatan dari Body Mass Index atau indeks massa tubuh yang merupakan perhitungan kalkulasi dari berat badan dan tinggi badan. Cara menghitungnya pun mudah, Mama hanya perlu mengetahui berat badan dan tinggi badan anak.
BMI (IMT) Balita
Pada usia sekitar dua tahun, BMI atau indeks massa tubuh dapat membantu untuk mengetahui ukuran dan berat anak. Para peneliti dunia memberikan dua batas level perbandingan antara BMI anak serta umurnya, seperti berikut ini:
- Kategori persentil BMI 85 atau lebih tinggi: kategori kelebihan berat badan/berisiko obesitas
- Kategori persentil BMI 95 atau lebih tinggi: kategori overweight atau anak obesitas.
Sama seperti pada orang dewasa, menghitung BMI dapat membantu Mama mengetahui di kisaran persentil anak berada. Namun dilansir dari Parenting.firstcry.com, BMI bukan menjadi indikator yang menentukan kesehatan anak.
Untuk menghitung BMI (IMT) balita, Mama bisa menggunakan kalkulator BMI untuk anak di sini
Persentil Berat & Panjang Balita
Jika anak berusia kurang dari dua tahun, maka persentil berat dan panjang anak akan dipertimbangkan untuk menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, Mama tidak perlu khawatir dengan persentil ini sampai anak menunjukkan konsistensi dalam pertumbuhannya.
Misalnya, jika anak di bawah persentil 75 namun memiliki tubuh sehat serta makan dengan baik, tidak ada alasan untuk khawatir.
Tetapi pada saat yang sama, jika ada lonjakkan tiba-tiba atau penurunan drastis dalam persentil, Mama perlu mencatat hal yang sama dan menghubungi dokter anak untuk berkonsultasi mengenai perubahan mendadak dalam kurva pertumbuhan.
3. Beberapa hal yang menyebabkan balita mengalami obesitas
Setelah mengetahui si Kecil mengalami kegemukan atau bahkan obesitas, Mama juga perlu tahu apa saja yang menyebabkan obesitas pada balita, berikut adalah beberapa penyebabnya:
- Rutinitas makan atau kudapan yang tidak teratur: Jika anak makan sepanjang hari atau tidak memiliki jadwal makan atau kudapan yang tetap, terkadang hal itu dapat menyebabkan kelebihan berat badan.
- Kurangnya latihan fisik: Balita yang tidak rutin melakukan aktivitas fisik atau olahraga mungkin akan mengalami kenaikan berat badan.
- Ukuran porsi: Selain mengawasi jadwal makan, penting juga untuk memeriksa ukuran porsi. Porsi yang lebih besar berarti lebih banyak kalori, yang dalam jangka panjang dapat menambah bobot tubuh anak.
- Faktor keluarga: Sebagian anak cenderung menambah berat badan karena gen yang dimiliki, yang berarti jika orangtua atau memiliki keluarga dekat yang kelebihan berat badan atau obesitas, maka anak berisiko kelebihan berat badan atau obesitas
4. Hal-hal yang dapat Mama lakukan jika si Kecil obesitas
Jika Mama sedang memikirkan tentang apa yang dapat dilakukan jika balita memiliki kelebihan berat badan, berikut beberapa hal yang dapat Mama lakukan:
Buatlah pilihan makanan sehat: Sertakan makanan yang lebih bergizi dan sehat dalam diet balita yang kelebihan berat badan. Ini berarti memasukkan lebih banyak sayuran hijau, buah-buahan segar, dan kelompok makanan serupa lainnya ke dalam makanan harian si Kecil.
Fokus pada kualitas daripada kuantitas: Orangtua seringkali memberi makan anak secara berlebihan. Namun, sebaiknya hindari berfokus pada kuantitas tetapi memberi asupan makanan yang berkualitas, yang berarti memasukkan semua kelompok makanan dalam jumlah sedang.
Lakukan perubahan bertahap: Mama tidak boleh melakukan perubahan mendadak pada diet anak untuk menurunkan berat badan berlebih. Namun, Mama harus melakukan perubahan bertahap, yang artinya jika anak mengonsumsi tiga cangkir susu dalam sehari, Mama dapat menurunkannya menjadi dua atau satu, dibanding langsung menghentikannya sama sekali!
5. Tips mencegah obesitas dan membuat anak tetap sehat dengan berat badan ideal
Setelah melacak BMI balita dan Mama merasa berat badan anak menjadi perhatian, Mama harus segera melaporkannya ke dokter. Sementara itu, berikut adalah beberapa tips pencegahan obesitas pada balita yang dapat Mama lakukan agar anak tetap sehat:
Biarkan anak makan sendiri:
Melakukan hal ini tidak hanya dapat membantu anak mengetahui tentang rasa laparnya dan membiarkan anak untuk tahu bagaimana rasa kenyang, tetapi membiarkan anak makan sendiri juga dapat membantunya mengetahui kapan harus berhenti makan.
Batasi asupan jus atau minuman manis:
Jus dan minuman-minuman manis kemasan dapat menyebabkan konsumsi lebih banyak kalori. Selain mengurangi ukuran porsi, Mama juga bisa menambahkan air ke dalam jus untuk lebih mengencerkannya.
Sertakan lebih banyak makanan sehat:
Penting bagi Mama untuk memasukan sayuran, buah-buahan, produk susu rendah lemak, biji-bijian, dan pilihan makanan sehat lainnya dalam asupan anak. Berikan kepada anak secara berkala untuk mencegah rasa lapar atau mengonsumsi makanan yang tidak sehat.
Kurangi asupan makanan tidak sehat:
Kurangi asupan makanan olahan cepat saji atau makanan yang sarat kalori dan rendah gizi.
Lakukan aktifitas ringan:
Sempatkan waktu untuk beraktivitas bersama anak, termasuk berlari, bermain di taman, bersepeda, dan aktivitas fisik lainnya.
Nah itulah informasi mengenai anak dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Sebelum Mama mengkhawatirkan kesehatan balita yang kelebihan berat badan, penting untuk diingat bahwa BMI tidak dapat menentukan segala sesuatu tentang kesehatan anak.
Mama juga harus berkonsultasi dengan dokter anak dan membuat perubahan yang diperlukan dalam gaya hidup dan asupan anak. Semoga informasinya bermanfaat Ma!
Baca juga:
- 6 Manfaat Ubi Ungu untuk Menjaga Kesehatan Anak Obesitas
- Bukan Hanya Porsi Makan, 5 Hal ini Menyebabkan Obesitas pada Anak
- Si Kecil Terlalu Gemuk? Hati-Hati dengan Obesitas pada Anak!