Dalam sebuah keluarga, perdebatan adalah suatu hal wajar. Tetapi perbedaan pendapat ini dapat menimbulkan pengaruh yang bervariasi pada anak. Apa yang terjadi di rumah dapat memengaruhi kesehatan dan perkembangan mental anak dalam jangka panjang.
Namun bukan hanya hubungan antara orangtua dan anak yang penting, bagaimana orangtua menyelesaikan permasalahan satu sama lain juga memainkan peran besar dalam kesejahteraan anak.
Sehingga berpotensi untuk memengaruhi segalanya, mulai dari kesehatan mental hingga keberhasilan akademik dan hubungan di masa depan.
Untuk mengetahui bagaimana pertengkaran orangtua sangat berdampak pada anak, kali ini Popmama.com telah menyiapkan informasi selengkapnya di bawah ini:
1. Anak yang terpapar konflik memiliki denyut jantung yang lebih cepat dan respon hormon stres
Freepik/zilvergolf
Dalam kebanyakan kasus, pertengkaran memiliki sedikit atau tidak ada efek negatif bagi anak. Tetapi saat orangtua berteriak dan marah satu sama lain, terkadang Mama dan Papa saling memberikan "perlakuan diam".
Penelitian Inggris dan internasional yang dilakukan selama beberapa dekade melalui pengamatan di rumah serta penelitian eksperimental, menunjukkan bahwa sejak usia enam bulan, anak yang terpapar konflik, memiliki denyut jantung yang lebih cepat dan respons hormon stres.
Bayi, anak-anak dan remaja dapat menunjukkan tanda-tanda gangguan perkembangan otak dini, gangguan tidur, kecemasan, depresi, gangguan perilaku, dan masalah serius lainnya sebagai akibat dari hidup dengan konflik orangtua yang parah atau kronis.
Efek serupa juga terlihat pada anak yang terpapar pada konflik yang sedang berlangsung tetapi tidak intens, jika dibandingkan dengan anak yang orangtuanya menyelesaikan konflik secara tenang.
2. Argumen sebelum, selama, dan setelah perceraian lebih menyebabkan kerusakan pada anak
Freepik/User18526052
Dampak pertengkaran pada anak tidak dapat selalu seperti yang diharapkan. Sebagai contoh, perceraian sering dianggap memiliki efek yang sangat merusak dalam jangka panjang pada banyak anak.
Tetapi dalam beberapa kasus, diperkirakan bahwa argumen yang terjadi antara orangtua sebelum, selama dan setelah perceraian lebih menyebabkan kerusakan, daripada perceraian itu sendiri.
Sering diasumsikan bahwa genetika berperan dalam menentukan bagaimana anak merespons konflik, dan lingkungan anak adalah pusat kendali kesehatan mentalnya, yang berperan dalam merespons masalahnya mulai dari kecemasan, depresi, dan psikosis.
Tetapi lingkungan rumah dan pengasuhan yang mereka terima juga bisa sangat signifikan. Risiko genetik adalah yang mendasari kesehatan mental, yang juga dapat diperburuk oleh kehidupan keluarga yang memiliki konflik.
Editors' Pick
3. Anak dapat menyalahkan diri sendiri atau dapat merasa bersalah atas pertengkaran
Freepik/Bearfotos
Apa arti semua ini bagi orang tua? Pertama, penting untuk menyadari bahwa orangtua dapat sering berdebat atau tidak setuju satu sama lain. Namun, ketika terlibat dalam konflik satu sama lain yang sering, intens dan tidak diselesaikan, anak dapat meresponnya dengan kurang baik.
Terlebih lagi jika pertengkaran itu menyangkut anak, sehingga anak menyalahkan diri sendiri atau merasa bersalah atas pertengkaran itu. Efek negatif ini dapat memberikan gangguan tidur dan gangguan perkembangan otak dini untuk anak, kecemasan dan masalah perilaku di sekolah, depresi, masalah akademik.
Hal ini tidak hanya terpengaruh dalam kehidupan anak sendiri, tetapi penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang buruk dapat berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ini adalah siklus yang harus dipatahkan jika orangtua menginginkan kehidupan anak yang positif dan bahagia untuk generasi selanjutnya, keluarga berikutnya.
4. Dari usia sekitar 2 tahun anak adalah pengamat cerdik terhadap perilaku orangtua mereka
Freepik/Jcomp
Tetapi ada beberapa faktor yang dapat mengurangi kerusakan yang ditimbulkan. Dari usia sekitar dua tahun anak adalah pengamat yang cerdik terhadap perilaku orangtua mereka.
Jika anak sering memperhatikan pertengkaran, anak dapat menafsirkan dan memahami penyebab serta konsekuensi dari konflik tersebut.
Berdasarkan pengalaman masa lalu mereka, anak-anak memutuskan apakah mereka berpikir konflik akan lebih sering, berpotensi melibatkan mereka, atau bahkan dapat menimbulkan risiko bagi keluarga.
Mereka juga mungkin khawatir tentang kemungkinan hubungan mereka dengan orang tua mereka memburuk.
5. Anak laki-laki dan perempuan yang dapat merespons permasalahan secara berbeda
Freepik/Jcomp
Penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki dan perempuan mungkin juga merespons secara berbeda, dengan anak perempuan berisiko lebih besar mengalami masalah dalam emosional, dan anak laki-laki berisiko lebih besar mengalami masalah dalam perilaku.
Mendukung hubungan antara orangtua juga dapat membuat perbedaan besar bagi anak dalam jangka pendek, serta lebih baik dalam menguatkan mereka untuk membentuk hubungan sehat bagi diri mereka sendiri dengan orang lain di masa depan.
Di mana anak-anak memiliki hubungan yang mendukung dengan saudara, saudara kandung, teman-teman sekolah, atau orang dewasa lainnya, seperti guru. Ini penting untuk perkembangan kesehatan jangka panjang anak.
6. Anak juga akan mendapatkan pelajaran positif saat orangtua berhasil menyelesaikan pertengkaran
Freepik
Wajar bagi Mama dan Papa untuk merasa khawatir tentang dampak argumen mereka terhadap si Kecil. Tetapi adalah wajar untuk berdebat atau kadang-kadang tidak setuju, dan pada kenyataannya anak juga dapat merespons dengan baik ketika orangtua menjelaskan atau menyelesaikan dengan cara yang tepat tentang apa argumen itu.
Ketika orangtua berhasil menyelesaikan pertengkaran, anak mendapatkan pelajaran positif yang penting untuk membantunya dalam mengontrol emosi dan hubungan mereka sendiri dewasa nanti.
Pentingnya orangtua dalam memahami bagaimana hubungan mereka juga dapat memengaruhi perkembangan anak, membuat kehidupan untuk anak yang sehat serta keluarga yang sehat di masa depan.