Dongeng Fabel Anak: Kucing dan Anaknya
Dongeng yang mengajarkan anak untuk menyayangi dan menghormati kedua orangtuanya
20 Maret 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membacakan dongeng menjadi pilihan stimulasi untuk anak yang dapat Mama lakukan.
Selain itu, ada banyak hal yang bisa dipelajari anak melalui dongeng, mulai dari mengenal ragam tokoh beserta sifatnya, menambah kosakata dan bahasa baru, serta memetik pesan moral dari dongeng.
Salah satu dongeng yang dapat diceritakan pada anak adalah, dongeng fabel atau dongeng tentang kehidupan binatang. Pada setiap fabel, ada berbagai kisah binatang dengan cerita yang menarik untuk diketahui dan dipelajari anak.
Dongeng fabel yang bisa Mama pilih adalah, dongeng kucing dan anaknya, yang berasal dari Bengkulu.
Berikut Popmama.com telah menyiapkan dongeng fabel anak: Kucing dan anaknya, di bawah ini.
Yuk bacakan untuk si Kecil!
1. Hiduplah seekor induk kucing yang sangat menyayangi anaknya
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor induk kucing dengan anaknya. Induk kucing itu sangat menyayangi anaknya, setiap hari ia pergi berburu mencari makanan demi buah hatinya tersebut.
Inilah yang membuat anak kucing itu sangat dimanja oleh induknya. Namun, akibatnya anak kucing itu tumbuh menjadi anak yang pemalas.
Hingga suatu ketika, induk kucing jatuh sakit.
"Nak, sekarang aku sedang sakit sehingga tidak bisa mencari makanan untukmu. Mulai sekarang, engkau harus belajar mencari makanan sendiri." kata induk kucing.
Si anak kucing yang telah terbiasa hidup malas, merasa induknya telah mengusirnya secara halus. Bahkan, anak kucing merasa induknya sudah tidak mencintainya lagi.
“Oh jadi kau sudah tidak menyayangi aku lagi. Baiklah aku akan pergi” kata anak kucing pada induknya.
Anak kucing lalu pergi begitu saja meninggalkan induknya yang telah tua dan sakit-sakitan. Sepanjang perjalanan, anak kucing kebingungan, karena ia tak tahu mau pergi ke mana.
2. Anak kucing merasa diusir oleh induknya, karena sudah tak menyayanginya lagi
Suatu ketika, ia mendongakkan kepalanya ke atas. Dia melihat sinar matahari dengan sinarnya yang menyilaukan.
Dia berangan-angan kalau induknya adalah matahari, tentu hidupnya akan senang.
“Wahai, matahari yang kuat maukah kamu mengambil aku sebagai anakmu?” tanya anak kucing kepada matahari.
“Mengapa kamu ingin menjadi anakku hai anak kucing?” kata matahari yang balik bertanya karena merasa heran.
“Engkau terlihat sungguh kuat. Aku ingin menjadi kuat seperti engkau” jawab anak kucing.
“Hmm...mungkin kelihatannya saja seperti itu. Padahal, di dunia ini aku tak selalu kuat. Masih ada yang bisa mengalahkan aku” jawab matahari.
“Siapakah itu?” tanya si anak kucing.
“Awan. Awan sering menutupi wajahku sehingga tidak tampak olehmu” jawab matahari.
Editors' Pick
3. Awan mengatakan bahwa angin lah yang lebih kuat darinya
Mendengar jawaban matahari seperti, anak kucing berpikir, kalau begitu awan saja yang menjadi induknya.
Dia pun kemudian mencari awan.
"Awan yang baik hati, maukah kau menjadi indukku?” tanya anak kucing.
“Menjadi anakku? Mengapa engkau ingin menjadi anakku?” Tanya awan.
“Kata Matahari kamu bisa lebih kuat dari dia!" jawab anak kucing.
“Oh begitukah kata matahari? Ketahuilah masih ada yang bisa mengalahkan aku di Bumi. Dia adalah angin. Jika angin datang menyerang, maka tubuhku tercerai-berai. Aku diterbangkan ke sana-kemari hingga hancur lebur menjadi air.” jawab awan.
Si anak kucing diam saja mendengar keterangan awan. Lalu ia berlari ke arah angin yang bertiup kencang.
“Hai angin, maukah kamu menjadi indukku? Agar Aku bisa bebas terbang kesana-kemari seperti engkau.” kata anak kucing.
"Dengar anak kucing, biarpun aku terlihat bebas terbang kesana-kemari, tapi jangan kamu kira aku selalu senang. Aku pun masih sering punya masalah karena masih ada yang lebih hebat dari pada aku. Ia adalah bukit," angin menjawab.
"Walaupun aku mampu bergerak bebas, namun jika di depanku ada bukit, aku tak bisa meneruskan perjalananku" kata angin melanjutkan.
4. Anak kucing segera berlari ke arah bukit dan bertanya kepadanya
Mendengar jawaban angin, si anak kucing segera berlari ke arah bukit. Dia pun bertanya kepada bukit.
“Bukit yang tinggi, maukah kamu mengangkat aku sebagai anakmu?” kata anak kucing.
“Apa yang kamu harapkan dariku?” Tanya bukit pada kucing.
“Kamu gagah dan kuat. Aku ingin seperti engkau” jawab anak kucing.
“Hidupku pun tak lepas dari masalah. Masih ada yang sering mengganggu ketenanganku.” kata bukit.
“Benarkah ? Siapa dia?” tanya anak kucing.
“Kerbau. Dia sering menanduk badanku hingga rusak dan rata dengan tanah” jawab bukit.
Tak tinggal diam, anak kucing segera berlari ke arah kerbau. Namun kali ini anak kucing sudah mulai kelelahan.
5. Anak kucing kemudian bertanya pada kerbau dan rotan
Setelah bertanya kepada kerbau, ternyata kerbau itu menyatakan bahwa rotan yang mengikat itulah yang membuat hidupnya tak tenang.
“Hidupku tidak tenang hai anak kucing. Engkau lihatlah rotan pengikat tubuhku ini, ia lebih hebat dariku.” kata si kerbau itu pada anak kucing
Lalu anak kucing berlari ke padang rumpun rotan.
Namun menurut rotan, hidupnya pun tak senang, karena sering digigiti oleh serombongan tikus hingga badannya sakit semua.
“Yang benar saja anak kucing, aku lemah! Badanku sering digigit oleh tikus-tikus. Mereka lebih hebat dariku” kata rotan pada kucing.
Mendengar jawaban rotan, anak kucing segera berlari ke arah lubang tikus. Di situ ada sebuah keluarga tikus.
Anak kucing lalu mengutarakan maksudnya.
“Wahai tikus perkasa maukah engkau mengangkatku menjadi anakmu?” kata anak kucing pada induk tikus.
6. Induk tikus memberi tahu bahwa ada seekor kucing tua yang ditinggal oleh anaknya
Tentu saja induk tikus merasa curiga, karena ada kucing ingin menjadi anak angkatnya, karena selama ini kucinglah yang menjadi pemangsa tikus.
“Apa permintaanmu tidak keliru anak kucing?” tanya induk tikus penuh curiga.
“Tidak. Aku sungguh-sungguh ingin menjadi anakmu. Menurut rotan engkau lebih perkasa.” kata si anak kucing.
“Maksudmu perkasa bagaimana? Hidup kami sering ditimpa kemalangan. Di hutan ini ada binatang yang sering membunuh anak-anak kami menjadi santapannya.” jawab induk tikus.
“Benarkah? Siapakah gerangan sang pemberani itu?” tanya anak kucing.
“Di hutan ada seekor kucing tua yang sangat ditakuti anak-anakku. Ia selalu memangsa tikus-tikus di hutan. Namun, beberapa hari ini anak-anak kami berani bermain-main di luar karena kabarnya kucing si betina tua kini sakit-sakitan." kata induk tikus.
Saat mendengar induk tikus membicarakan seekor kucing yang kuat di hutan, anak kucing terdiam.
"Apalagi anak satu-satunya yang paling disayangi meninggalkan dia. Kucing tua itu tampak menderita sekali karena sakit keras, sementara anaknya justru pergi meninggalkan dia.” lanjut induk tikus.
7. Anak kucing yang menyadari kesalahannya, akhirnya pulang menemui induknya dan memeluknya
Mendengar penjelasan induk tikus, anak kucing langsung terduduk lemas teringat akan induknya.
Dia sadar sekarang bahwa tindakannya meninggalkan induknya, adalah perbuatan yang keliru. Anak kucing kemudian meneteskan air matanya.
Ia merasa rindu sekali kepada induknya karena telah bepergian mencari induk baru. Inilah yang juga membuat anak kucing merasa sangat berdosa kepada induknya.
Tanpa berpikir panjang, si anak kucing segera pulang untuk menemui induknya dan memeluknya. Sejak saat itu dia tidak lagi menjadi kucing yang manja dan malas.
Nah itulah dongeng fabel anak: kucing dan anaknya. Dari kisah ini dapat mengajarkan pada anak untuk menghormati Mama dan Papanya. Karena setiap orangtua berusaha keras untuk membesarkan anak-anaknya, meskipun mereka sendiri sedang lemah dan tidak berdaya.
Selain itu, cerita ini juga berpesan bahwa tanggung jawab yang diberikan oleh orangtua, bukan berarti bahwa mereka membenci anak-anaknya, namun ini untuk mengajarkan anaknya menjadi seseorang yang mandiri dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Baca juga:
- Dongeng Fabel Anak: Kancil, Kerbau dan Buaya
- Dongeng Fabel Anak: Kancil dan Tikus
- Dongeng Fabel Anak: Kancil dan Gajah