Hasil Studi: Pengasuhan Kasar Menyebabkan Ukuran Otak Anak Lebih Kecil
Pengasuhan yang umum secara sosial juga memiliki dampak yang sama
8 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Orangtua mungkin sering memarahi anak dengan alasan mendisiplinkan anak atau untuk membuatnya tidak mengulangi kesalahan lagi. Tak jarang beberapa orangtua memberikan hukuman fisik seperti memukul dan menjewer telinga anak.
Hal ini mungkin dianggap wajar bagi sebagian orangtua, tanpa disadari bahwa memarahi anak hingga meneriakinya dapat membawa dampak buruk bagi tumbuh kembang anak dalam jangka panjang.
Dampak ini ditemukan dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Development and Psychopathology, bahwa anak-anak yang menerima praktik pengasuhan keras seperti berteriak atau memukul, memiliki ukuran otak yang lebih kecil selama masa remaja.
Untuk informasi lebih lengkapnya, kali ini Popmama.com akan membahas dampak pengasuhan keras orangtua pada perkembangan otak anak, di bawah ini!
1. Meneriaki atau memukul anak menyebabkan ukuran otak yang lebih kecil saat masa remaja
Dalam sebuah studi berjudul “Does 'harsh parenting' lead to smaller brains?” yang diterbitkan pada tahun 2021 dalam jurnal Development and Psychopathology, menunjukkan praktik pengasuhan yang keras dapat berdampak negatif pada perkembangan anak dalam jangka panjang.
Ditemukan bahwa anak yang mendapatkan praktik pengasuhan yang ketat dari orangtuanya seperti berteriak atau memukul memiliki ukuran otak yang lebih kecil saat masa remaja.
Area otak yang mengalami pengurangan ukuran paling signifikan adalah amigdala dan korteks prefrontal, dua area tersebut berhubungan dengan pemrosesan emosi dan perkembangan kecemasan dan depresi.
Meskipun sudah banyak diketahui bahwa pelecehan anak yang serius dapat menyebabkan penurunan ukuran otak, studi ini membuktikan bahwa praktik pengasuhan yang tidak terlalu parah dan sering diterima secara sosial tetap berdampak pada anatomi fisik otak anak-anak.
Editors' Pick
2. Beberapa contoh pengasuhan "kasar" menurut peneliti
Sabrina Suffren, PhD, dari Universite de Montreal dan CHU Sainte Justine Research Center, bekerja sama dengan para peneliti dari Universitas Stanford untuk meneliti apa yang disebut sebagai pengasuhan yang “kasar”.
Dan Suffren menuliskan bahwa, berulang kali marah, memukul, mengguncang, atau meneriaki anak-anak, dikaitkan dengan struktur otak yang lebih kecil di masa remaja.
“Kesulitan dan kecemasan masa kanak-kanak telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan internalisasi di kemudian hari dan dengan berbagai kelainan struktural otak; Namun, beberapa penelitian telah meneliti hubungan antara praktik pengasuhan yang keras dan anatomi otak, di luar penganiayaan berat atau psikopatologi.” kata Suffren.
Suffren mengatakan praktik pengasuhan “kasar” yang tercakup dalam penelitian ini adalah hal biasa dan bahkan dianggap dapat diterima secara sosial oleh banyak orang di seluruh dunia.
"Implikasinya melampaui perubahan di otak. Saya pikir yang penting adalah orangtua dan masyarakat memahami bahwa seringnya melakukan pengasuhan keras dapat membahayakan perkembangan anak. Kita berbicara tentang perkembangan sosial dan emosional mereka, serta pengembangan otak mereka." tulisnya.
3. Berpengaruh pada regulasi emosional dan munculnya kecemasan serta depresi
Pelecehan anak yang serius (seperti pelecehan seksual, fisik dan emosional) dan penelantaran telah dikaitkan dengan kecemasan dan depresi di kemudian hari.
Dilansir dari gulfnews.com, penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami pelecehan parah memiliki korteks prefrontal dan amigdala yang lebih kecil, dua struktur yang memainkan peran kunci dalam regulasi emosional dan munculnya kecemasan serta depresi.
Sedangkan dalam studi yang ditulis oleh Suffren, ia dan para peneliti mengamati bahwa remaja yang masa kecilnya berulang kali menjadi sasaran praktik pengasuhan yang keras, juga memiliki ukuran otak yang lebih kecil, walaupun tidak mengalami tindakan pelecehan yang lebih serius.
Suffren menambahkan bahwa sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2019, menunjukkan bahwa praktik pengasuhan yang keras dapat menyebabkan perubahan fungsi otak di antara anak-anak, namun ternyata juga memengaruhi struktur otaknya.
4. Penelitian ini menggunakan data dari anak yang telah dipantau sejak lahir
Salah satu kekuatan dari penelitian ini adalah menggunakan data dari anak-anak yang telah dipantau sejak lahir di CHU Saint-Justine pada awal 2000-an oleh Unit Penelitian Universite de Montreal tentang Maladjustment Psikososial Anak (GRIP) dan Institut Statistik Quebec.
Pemantauan ini diselenggarakan dan dilakukan oleh anggota GRIP Dr. Jean Seguin, Dr. Michel Boivin dan Dr. Richard Tremblay. Sebagai bagian dari pemantauan, praktik pengasuhan dan tingkat kecemasan anak dievaluasi setiap tahun pada anak-anak berusia antara 2 tahun hingga 9 tahun.
Data ini kemudian digunakan untuk membagi anak-anak ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan keterpaparan mereka, rendah atau tinggi, hingga kekerasan yang terus-menerus dalam praktik pengasuhan anak.
"Perlu diingat bahwa anak-anak dengan usia antara 2 tahun dan 9 tahun terus-menerus menjadi sasaran praktik pengasuhan yang keras. Ini berarti bahwa perbedaan dalam otak mereka terkait dengan paparan berulang terhadap praktik pengasuhan yang keras selama masa kanak-kanak," ujar Suffren.
Suffren beserta rekan-rekannya kemudian menilai tingkat kecemasan anak-anak dengan melakukan MRI anatomis ketika anak-anak tersebut berusia 12 dan 16 tahun.
Studi ini mencoba mengidentifikasi hubungan antara praktik pengasuhan yang keras, kecemasan anak, dan anatomi otak mereka.
Nah itulah dampak berbahaya pengasuhan keras yang perlu orangtua ketahui sebelum memarahi atau bahkan memukul anak.
Perlu diketahui bahwa setiap anak sedang dalam masa pembelajarannya, perlu kesabaran dan ketekunan dalam mendidik anak, agar anak mendapatkan manfaat didikan orangtua serta tumbuh kembang secara positif.
Baca juga:
- Hindari! 5 Pola Asuh Ini Buruk Bagi Perkembangan Anak
- Pola Asuh Alpha Generation, Sudah Tahu Tips dan Triknya Ma?
- 5 Alasan Anak Berani Melawan Orangtua dengan Pola Asuh Otoriter