Kenali 4 Jenis Pengasuhan Orangtua dan Pengaruhnya pada Anak
Mana tipe pengasuhan yang Mama terapkan pada anak?
16 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua memiliki caranya sendiri dalam mengasuh anak. Cara orangtua mengasuh anak bisa berbeda berdasarkan situasi, kepribadian, gaya hidup, serta kebutuhan orangtua dan anak.
Sehingga ini tidak bisa menjadi acuan dalam bagaimana menjadi “orangtua yang baik”, karena apa yang berhasil untuk satu keluarga, belum tentu berhasil untuk keluarga lainnya, dan ini tidak apa-apa. Namun yang paling penting adalah gaya pengasuhan yang tetap konsisten.
Dari sekian banyak jenis pengasuhan, para ahli telah mempersimpitnya menjadi empat gaya pengasuhan.
Apa saja jenis pengasuhannya? Dan apakah terdapat jenis pengasuhan Mama terapkan pada anak? Yuk simak penjelasannya yang telah Popmama.com siapkan di bawah ini!
Apa itu Jenis Pengasuhan?
Pada tahun 60-an, seorang psikolog bernama Diana Baumrind, yang mempelajari anak-anak usia prasekolah dan perilakunya , menemukan konsep empat pengasuhan anak. Ia membandingkan perilaku dan interaksi antara orangtua anak-anak.
Seperti strategi pendisiplinan, bagaimana mengasuh dan peduli pada saat-saat sulit, cara berkomunikasi bersama, harapan akan kedewasaan, dan kendali. Apa yang dia temukan adalah empat jenis berbeda, berwibawa, tidak terlibat, permisif, dan disiplin (juga dikenal sebagai otoriter).
Meskipun keempat jenis ini berbeda, orangtua umumnya dapat mengidentifikasi perilaku dari berbagai kelompok. Namun, ini lebih tentang bagaimana jenis pengasuhan yang muncul secara umum. Selain itu, ada juga konteks budaya utama untuk ini.
Jika Mama sudah penasaran, berikut adalah jenis-jenis pengasuhan anak:
Editors' Pick
1. Otoriter/disiplin
"Orangtua otoriter memiliki jenis pengasuhan yang kaku, mengontrol dengan “cara saya atau jalan raya”," kata psikolog berlisensi Nicole Beurkens, Ph.D., CNS.
Pada dasarnya, orangtua otoriter memiliki tuntutan yang tinggi namun dengan sensitivitas yang rendah. Sedangkan bagi anak-anak, jenis pengasuhan ini dapat menyebabkannya merasa tidak memiliki kendali atas hidupnya, berkurangnya harga diri, dan stres.
Berukens juga mengatakan, bahwa anak yang diasuh dengan jenis pengasuhan otoriter tidak banyak bicara, karena sering membuat mereka merasa lebih cemas.
Contoh:
- Sering kali mengucapkan, "Kan Mama/Papa sudah bilang begitu."
- Menuntut tugas atau menetapkan tujuan yang tidak dapat dicapai sementara, dan tidak memberikan dukungan untuk membantu mencapainya.
- Menghukum dengan keras untuk pelanggaran ringan.
2. Permisif
Jenis pengasuhan ini pada dasarnya adalah versi kebalikannya dari otoriter/disiplin. Mereka dikenal dengan pengasuhannya yang sangat sensitif dan hangat, dan tidak merasa nyaman dengan batasan. Hingga anak yang merasakannya sebagai “sahabat"
"Mereka jarang mengatakan tidak kepada anak-anak mereka, cenderung menyuap untuk membentuk perilaku, dan umumnya tidak memberikan banyak struktur," kata Beurkens.
Sayangnya, jenis pengasuhan ini berarti anak-anak tumbuh tanpa struktur dan oleh karena itu orangtua cukup berjuang untuk menanamkan rasa tanggung jawab, sulit berprestasi di sekolah, dan cenderung memiliki masalah harga diri.
Contoh:
- Tidak ingin menghukum anak-anak, tidak peduli seberapa besar masalahnya.
- Sangat pandai menghibur, namun sangat buruk dalam menetapkan batasan.
- Orangtua lebih peduli jika anaknya suka dengan mereka, daripada menginginkan mereka tumbuh dan berkembang.
3. Tidak terlibat
Menurut Beurkens, orangtua yang tidak terlibat seringkali tidak selaras dengan kebutuhan anak mereka, dan umumnya membiarkan anak untuk mengurus dirinya sendiri. Mereka tidak menaruh minat pada anak atau aktivitasnya, dan tidak menghabiskan banyak waktu untuk berinteraksi dengan mereka.
"Ini umumnya dianggap sebagai jenis pengasuhan yang paling bermasalah." Beurkens menambahkan.
Sedangkan untuk anak-anak yang dibesarkan di rumah dengan orangtua yang tidak terlibat, mereka juga cenderung mengalami kesulitan, seperti bermasalah dengan hubungan, akademisi, harga diri, kesehatan mental, dan banyak lagi.
Contoh:
- Tak hadir, terkadang secara fisik tetapi hampir selalu secara emosional.
- Tidak menghukum anak tapi juga tidak memuji mereka karena tingkah lakunya yang baik.
- Tidak memberikan bimbingan.
4. Otoritatif atau berwenang
Pada dasarnya, pola asuh otoritatif adalah keseimbangan ideal antara kepekaan dan harapan yang jelas, batasan, dan tuntutan. Di mana orangtua perlu memberikan sebagai seorang anak untuk tumbuh, serta juga perlu merasa aman untuk menerima batasan.
Hal ini membuat orangtua merasa selaras dengan anak. Jadi mengapa jenis pengasuhan ini berhasil dengan baik? Ini membantu anak-anak berkembang menjadi orang yang bertanggung jawab dan peduli, terutama dalam hal kepemimpinan dengan memberi contoh.
"Orangtua otoritatif dianggap sebagai campuran yang paling mendukung perkembangan dari orang tua otoriter dan permisif. Mereka mempertimbangkan pikiran dan perasaan anak ketika memutuskan batasan dan memberlakukan konsekuensi,” kata Beurkens.
Ia juga penambahkan jika anak dibesarkan oleh orangtua yang berwibawa, cenderung menjadi orang yang paling bisa menyesuaikan diri, memiliki keterampilan sosial yang baik, mampu mengatur emosi, dan memiliki perilaku yang lebih baik, daripada anak yang dibesarkan di rumah dengan tiga jenis pengasuhan lainnya.
Contoh:
- Semua perasaan diterima, namun tidak semua perilaku.
- Mendengarkan dan menunjukkan empati pada saat anak tertekan, tetapi juga akan membantu anak menemukan cara untuk membuat situasi menjadi lebih baik.
- Hukuman sesuai dengan pelanggaran, dan biasanya disertai dengan penjelasan mengapa anak berada dalam masalah dan bagaimana menjadi lebih baik di masa depan.
Nah itulah beberapa jenis pengasuhan yang dikelompokan oleh para ahli. Seperti yang disebutkan sebelumnya, jenis pengasuhan tidak dapat menjadi acuan seperti apa “orangtua yang baik”. Karena banyak faktor yang memengaruhi perbedaan jenis pengasuhan setiap orangtua.
Sehingga terapkan jenis pengasuhan yang menurut Mama dapat berdampak positif bagi perkembangan dan pertumbuhan, serta kesehatan fisik dan mentalnya.
Baca juga:
- Hasil Studi: Pengasuhan Kasar Menyebabkan Ukuran Otak Anak Lebih Kecil
- Perlu Bersabar Mengasuhnya, Ini 9 Ciri Karakter Anak Keras Kepala
- 5 Alasan Mengapa Peran Papa Penting dalam Mengasuh Anak