25 Kumpulan Kalimat untuk Menenangkan Anak yang Sedang Marah
Digunakan untuk melatih keterampilan dalam mengontrol amarah bagi anak
31 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jika si Kecil memiliki emosi yang mudah terbakar atau meledak seperti petasan karena ucapan provokasi, namun setiap anak sebenarnya dapat mengambil manfaat dari keterampilan mengontrol amarahnya.
Sebagai orangtua, Mama yang harus meletakkan dasar keterampilan ini dengan memberikan contoh pada anak untuk mengatur emosi diri sendiri saat menghadapi ledakan kemarahan
Kondisi seperti saat ini, di mana anak dan Mama harus terus bersama karena harus berada di rumah setiap saat memang bisa memicu stres.
Anak bisa saja terdorong melakukan hal yang tidak sesuai harapan Mama dan memancing kemarahan.
Tahan dulu ya, Ma. Peran Mama sangat penting. Kalau dulu anak bisa berinteraksi di sekolah atau di day care, sekarang ia hanya memiliki Mama dan Papa sebagai pelindungnya.
Lindungi si Kecil dengan cara yang bijak sana. Mendidik anak memang penuh tantangan. Inilah New Normal kehidupan saat ini.
Saat berurusan dengan amarah pada seorang anak kecil, tunjukkan langkah terbaik Mama dengan mencoba salah satu dari kalimat dalam percakapan di bawah ini.
Simak ya Ma, Popmama.com telah merangkum 25 kalimat untuk menenangkan anak saat sedang marah.
1. Ketika anak terus melemparkan barang
Daripada: "Berhenti melempar barang!"
Coba katakan: "Ketika kamu melempar mainanmu, Mama kira kamu tidak suka bermain dengan mereka. Apakah benar itu yang terjadi?"
Teknik pembicara atau pendengar ini dirancang untuk membantu mengomunikasikan perasaan dengan cara yang tidak konfrontatif.
Hal ini tidak hanya membuat saluran komunikasi tetap terbuka, namun juga memodelkan bagaimana cara mengucapkan suatu situasi dari sudut pandang Mama, yang pada gilirannya memberi anak kesempatan untuk menceritakan peristiwa dalam perspektifnya.
2. Ketika anak menghadapi permasalahan
Daripada: "Anak yang sudah besar tidak melakukan ini"
Coba katakan: "Anak-anak yang sudah besar dan bahkan orang dewasa kadang-kadang memiliki perasaan yang rumit. Nggak apa-apa, perasaan ini membuat kamu merasa nggak nyaman. Ini akan berlalu."
Mari jujur, semakin besar anak mama maka semakin besar masalah yang akan mereka hadapi. Lalu semakin besar dan rumit perasaan yang mereka miliki.
Memberitahu mereka bahwa orang-orang yang sudah besar tidak mengalami kemarahan, frustrasi, atau kecemasan, itu adalah hal tidak benar.
Ini juga mendorong anak untuk menghindari atau menghilangkan emosi. Selain itu dapat mencegah dengan cara yang sehat.
3. Ketika anak marah sambil berteriak
Daripada: "Jangan marah"
Coba katakan: "Mama juga terlalu marah kadang-kadang. Kamu boleh menangis untuk mengendalikan perasaan marah itu."
Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa berteriak saat secara fisik terluka sebenarnya dapat mengganggu pesan rasa sakit yang dikirim ke otak.
Meskipun anak mungkin tidak kesakitan, tangisan dapat bekerja untuk melepaskan energi kemarahan dengan cara yang menyenangkan, demikian dilansir dari laman mother.ly.
4. Ketika anak terus memukul-mukul
Daripada: "Jangan berani-berani memukul ya!"
Coba katakan: "Tidak apa-apa kalau marah, tetapi tidap perlu memukul. Mama lebih suka kalau kamu cerita. Kita sama-sama harus menjaga semua orang agar tetap aman."
Ini menyampaikan pesan dengan tegas bahwa perasaan emosi itu tidak apa-apa, tetapi tindakan memukulnya tidak boleh dilakukan.
Memisahkan antara emosi dan tindakan akan membantu anak belajar melakukan hal yang berbeda.
Keamanan itu harus diciptakan, siapa yang wajib melakukannya? Mama bisa mengajak si Kecil untuk melakukannya bersama.
5. Ketika anak sedang menghadapi kesulitan
Daripada: "Begitu saja kesulitan?"
Coba katakan: "Kamu kesulitan ya? Kita akan memikirkan ini bersama-sama. Bagian mana yang terasa susah dikerjakan?"
Ketika anak berupaya semaksimal mungkin dalam melakukan suatu hal, penting untuk memahami alasannya.
Kalimat ini memperkuat gagasan bahwa Mama mendukung anak, bekerja menuju tujuan yang sama.
6. Ketika anak melakukan kesalahan
Daripada: "Itu saja, kamu dihukum!"
Coba katakan: "Ayo kita pergi ke ruang sudut tenang bersama."
Kalimat tersebut menghilangkan hukuman "timeout" menjadi "waktu bersama" yang memungkinkan untuk hubungan yang lebih positif kembali, bukan isolasi.
Namun jika di area sudut tenang anak merasa butuh kelonggaran dan ingin sendiri, berikan waktu ya Ma.
Lakukan hal yang membuatnya merasa lebih nyaman.
7. Ketika anak malas untuk sikat gigi
Daripada: "Sikat gigi mu sekarang juga!"
Coba katakan: "Apakah kamu ingin menyikat gigi Elmo terlebih dahulu atau gigi kamu?"
Bagi balita, mengamuk adalah cara untuk mengendalikan lingkungan disekitar mereka. Dengan cara ini, Mama menawarkan anak pilihan untuk sedikit bermain-main, dan jika sudah tepat, berikan sedikit kontrol.
8. Ketika anak tidak mau menghabiskan makanannya
Daripada: "Makan semua makanan kamu atau kamu akan pergi tidur dengan perut lapar"
Coba katakan: "Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat makanan ini terasa lebih enak?"
Kalimat yang Mama sebutkan akan membantu untuk mencari solusi dalam menemukan tanggung jawab pada anak.
9. Ketika kamar anak berantakan dan kotor
Daripada: "Kamar kamu menjijikkan! Kamu dihukum kecuali bikin ini jadi bersih."
Coba katakan: "Bagaimana kalau kita mulai membersihkan sudut kecil kamarmu ini? Mama bantu kamu ya, Nak."
Sebagai memberikan fokus untuk memberikan tugas besar pada anak dengan membersihkan kamar mereka yang berantakan, ubah tujuan menjadi sekadar memulai tugas baru bersama.
Memulai tugas yang tidak diinginkan bersama-sama dapat memberikan dorongan dan perasaan untuk terus melanjutkan tugas.
10. Ketika anak perlu waktu untuk bersiap sebelum pergi
Daripada: "Mama tinggal ya!"
Coba katakan: "Apa yang perlu kamu lakukan agar bisa segera siap untuk berangkat?"
Biarkan anak untuk memikirkan proses untuk transisi dalam kehidupan mereka. Ini membantu menghindari perebutan kekuasaan di rumah dan memberi mereka kesempatan untuk memberi isyarat ke benak mereka bahwa mereka sedang melakukan transisi ke aktivitas baru.
Dan hindari mengancam anak dengan mengatakan, "Mama pergi ya" setiap kali anak tidak patuh.
11. Ketika anak sedang merengek
Daripada: "Berhenti merengek"
Coba katakan: "Coba ulangi perkataan kamu dengan suara normal, yuka katakan pelan-pelan. Mama mau dengar ya."
Terkadang anak-anak merengek dan bahkan tidak menyadarinya. Dengan meminta mereka mengulangi memakai nada normal, sebenarnya Mama mengajarkan anak bahwa cara mereka berkomunikasi merupakahan hal yang penting.
Editors' Pick
12. Ketika anak terus mengeluh
Daripada: "Berhenti mengeluh"
Coba katakan: "Mama mendengarmu. Bisakah kamu menemukan solusi?"
Sekali lagi, ini menempatkan tanggung jawab kembali pada anak. Jika anak mengeluh tanpa henti tentang sekolah, makan malam, atau kakak adiknya, mintalah ia untuk mencari solusi.
Ingatkan bahwa tidak ada jawaban yang salah, dan semakin konyol, semakin baik. Biarkan anak putar otak untuk mengatasi masalahnya.
13. Ketika anak tidak mendengarkan ucapan Mama
Daripada: "Berapa kali Mama harus mengatakan hal yang sama???"
Coba katakan: "Mama bisa melihat kamu tidak mendengarkan saat tadi Mama bicara. Bagaimana kalau Mama mengatakannya sekali lagi, lalu kamu membisikkannya kembali?"
Minta anak untuk mengulangi apa yang didengarnya menguatkan pesan. Memvariasikan volume menambah unsur kesenangan pada permintaan.
14. Ketika anak sedang frustasi saat mengerjakan tugas
Daripada: "Berhentilah frustrasi"
Coba katakan: "Apakah ___ itu terlalu sulit sekarang? Mari kita istirahat dan kembali lagi setelah 17 menit."
Kedengarannya memang random, tetapi berdasarkan penelitian produktivitas sesorang yang bekerja selama 52 menit, perlu istirahat selama 17 menit.
Dengan mengambil istirahat setelah stres yang terkait dengan tugas, anak kembali ke siap untuk memulai lagi, fokus dan lebih produktif daripada sebelumnya.
Konsep yang sama berlaku untuk pekerjaan rumah, berlatih alat musik atau melakukan olahraga.
15. Ketika anak membutuhkan waktu sendiri
Daripada: "Pergi ke kamarmu"
Coba katakan: "Mama akan tetap di sini menemani kamu sampai kamu siap untuk peluk Mama."
Sekali lagi, dengan menyuruh anak untuk isolasi mengirimkan pesan bahwa ada sesuatu yang salah dengan anak. Dengan memberikannya waktu sampai dia siap untuk terlibat kembali, Mama memberikan jaminan bahwa akan selalu ada untuknya.
Berada di sisi anak meski sama-sama sedang kesal, sesekali tak masalah. Tenangkan perasaan Mama, maka anak akan ikut tenang. Ini adalah kalimat yang baik untuk menghadapi anak yang sedang marah.
16. Ketika anak menangis atau berteriak di tempat umum
Daripada: "Menyebalkan, kamu bikin Mama malu"
Coba katakan: "Ayo kita pergi ke suatu tempat dan menyelesaikan masalah ini."
Ingat, ini bukan tentang Mama. Ini tentang anak dan perasaannya. Mama dan si Kecil perlu memisahkan diri dari situasi tersebut, dengan itu dapat memperkuat upaya bersama tanpa menarik perhatian orang lain pada perilaku anak.
17. Ketika Mama sedang merasa kecewa dengan anak
Daripada: (Mengeluh dan memutar mata)
Coba lakukan: (Lakukan kontak mata, ingat kekuatan terbesar anak dan berikan dia senyum belas kasih.)
Hal ini digunakan untuk menjaga hubungan agar Mama tetap melihat kekuatan positif pada anak.
Tanpa kata-kata tapi gerakan tubuh mama bisa menjadi tekanan atau dukungan bagi seorang anak.
18. Ketika anak membutuhkan dukungan
Daripada: "Kamu tidak mungkin bisa"
Coba katakan: "Kamu mengalami kesulitan. Mari kita selesaikan ini bersama-sama. Kamu pasti bisa!"
Penting untuk bekerja sama dan menghasilkan solusi. Dorongan postif dapat membuat anak jadi lebih percaya diri.
19. Ketika anak berteriak dan mengamuk di rumah
Daripada: "Berhentilah berteriak!"
Coba katakan: "Mama akan berpura-pura meniup lilin ulang tahun. Maukah kamu melakukannya bersama-sama?"
Bernapas dalam membantu mengembalikan tubuh ke kondisi tenang. Bermain-main yang terlibat dalam pernapasan dapat meningkatkan kerja sama dengan anak.
Untuk anak yang lebih besar, minta mereka mengikuti bernapas seperti meditasi bersama Mama.
Walau terkesan konyol, ini adalah kalimat yang baik untuk menghadapi anak yang sedang marah.
20. Ketika Mama sedang tidak dapat menemani anak
Daripada: "Mama tidak ada waktu dengan kamu sekarang"
Coba katakan: "Mama saat ini sedang sedikit lelah, sebentar lagi Mama akan segera tenang."
Ajari anak cara memberi label dan mengatur emosinya dengan menerapkan kalimat ini secara nyata.
21. Ketika anak melakukan tindakan yang tidak baik
Daripada: "Mama sudah selesai berbicara"
Coba katakan: "Aku mencintaimu. Aku ingin kamu mengerti bahwa itu tidak baik. Apakah ada sesuatu yang perlu Mama pahami tentang kamu?"
Ini menjaga jalur komunikasi tetap terbuka sambil mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat.
22. Ketika Mama telah mencapai batas kesabaran pada anak
Daripada: "Mama sudah berada di batas kesabaran"
Coba katakan: "Jika hijau tenang, kuning frustrasi, dan merah marah, Mama ada di zona kuning menuju merah. Apa warnamu? Apa yang bisa kita lakukan untuk kembali ke hijau?"
Berikan visual kepada anak-anak untuk mengekspresikan perasaan mereka. Mungkin mengejutkan apa yang mungkin mereka katakan, dan cari solusi apa yang akan dilakukan untuk kembali tenang bersama.
23. Ketika anak sedang panik dan marah
Daripada: "Berhenti"
Coba katakan: "Mama di sini untukmu. Mama mencintaimu, Nak. Kamu aman dekat Mama." (Kemudian, duduk dengan tengan bersama anak dan biarkan emosi bangkit dan berlalu.)
Ketika anak berada dalam pergolakan kemarahan atau kepanikan, seringkali tubuh mereka mengalami respons stres di mana mereka benar-benar merasa tidak aman.
Dengan memberitahu mereka bahwa mereka aman, dapat mendorong mereka untuk membuang rasa tidak nyaman.
24. Ketika anak berkata "Tidak!"
Daripada: "Berhentilah mengatakan 'Tidak!'"
Coba katakan: "Mama mendengar kamu berkata, 'Tidak.' Mama mengerti kamu tidak menginginkan ini. Ayo cari tahu apa yang bisa kita lakukan secara berbeda."
Daripada memperparah situasi dengan berdebat ya / tidak, ubah kalimat untuk berfokus pada masa depan dan mencari solusi.
25. Ketika anak menunjukkan reaksi yang berlebihan
Daripada: "Berhenti bereaksi berlebihan"
Coba katakan: "Kamu memiliki reaksi besar. Jika emosi memiliki wajah monster, akan seperti apa itu jadinya ya?"
Saat anak lelah, lapar, atau terlalu bersemangat, mereka akan bereaksi berlebihan. Menempatkan wajah pada emosi akan mengeksternalkan masalah ini dan memungkinkan anak-anak untuk merespons kemarahan batin mereka. Ini selanjutnya membantu mereka mengendalikan emosi.
Ketika anak sedang menunjukkan gejolak emosinya, Mama dapat mencontohkan pada anak untuk bagaimana mengontrol emosi dengan baik, selain agar menjaga hubungan antara Mama dan anak tetap positif, anak juga dapat menirukan sikap ketenangan Mama dalam menghadapi masalah di kemudian hari.
Itulah 25 kalimat untuk menenangkan anak yang sedang marah. Jangan biarkan emosi dan kemarahan mengusai anak dan Mama. Tetap tenang saat menghadapi si Kecil ya Ma.
Baca juga:
- 7 Langkah Jitu Menahan Marah saat Hadapi si Kecil
- Anak Mudah Marah dan Sering Menentang, Waspadai Gangguan Perilaku Ini
- 5 Tanda Anak Pemarah yang Perlu Mendapat Perhatian Khusus