5 Manfaat Kegagalan bagi Kesuksesan Anak di Masa Depan
Kegagalan harus membuat anak bangkit dan terus belajar
4 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua tentu ingin anak berhasil dalam hidup, sehingga menyakitkan jika melihat anak mengalami kegagalan dalam proses belajarnya.
Ketika anak menghadapi kegagalan, tak mudah bagi anak dan orangtua untuk menerimanya. Namun apa yang seringkali tidak disadari adalah kesalahan dapat membawa dampak baik bagi pembelajaran dan pemecahan masalah bagi seorang anak.
Menariknya, untuk membesarkan seorang anak yang kompeten secara intelektual, orangtua perlu membiarkan anak mengalami gagal. Mengapa?
Cari tahu alasannya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini yuk!
1. Anak dapat belajar dari kesalahan
Dilansir dari Moms, sejak usia 3 tahun anak-anak belajar bahwa ada konsekuensi dari tindakan mereka, maka penting bagi orangtua untuk menyadari dan mengoreksinya.
Misalnya anak prasekolah yang mempelajari bentuk-bentuk, jika ia menyebut persegi sebagai lingkaran dan tidak ada yang mengoreksinya, ia akan tumbuh dengan keyakinan bahwa donat berbentuk persegi, dan ia akan mengalami kesulitan secara sosial dan akademis.
Bahkan anak usia prasekolah pun perlu dikoreksi, tetapi tidak sebelum mereka diberi kesempatan untuk mencoba sendiri.
Seorang anak harus mampu membuat kesalahan dan menerima umpan balik untuk belajar. Biarkan anak meraba-raba saat berpakaian atau mencoba menyusun mainan, dan tidak apa-apa jika mereka tidak mengerjakan tugasnya dengan sempurna.
Melakukannya secara baik-baik saja daripada harus unggul dalam segala hal, adalah kesempatan belajar yang sama dan akan mengajari anak untuk bekerja lebih keras.
Editors' Pick
2. Kegagalan mengajarkan tanggung jawab
Seorang anak hanya dapat belajar bertanggung jawab atas diri sendiri dan tindakannya jika diberi kesempatan. Ketika si Kecil kehilangan mainan atau bukunya, atau merusaknya, ini dapat menjadi momen bagi orangtua untuk mengajarkan anak tanggung jawab.
Jika Mama selalu mencari mainan yang hilang atau mengganti mainan yang rusak, maka anak tidak pernah belajar tanggung jawab untuk menjaga barang-barangnya, dan apa yang bisa ia lakukan untuk diri sendiri.
Jadikan momen tersebut sebagai cara mengajarkan anak tanggung jawab, misalnya merapikan kamar, membantu menyusun meja makan, merapikan mainan dan buku, dan lain-lain
Awalnya Mama dapat memberikan peringatan pada anak untuk melakukannya, namun beberapa hari kemudian hilangkan peringatan tersebut. Jika anak selalu diingatkan dan didorong untuk melakukan tugas yang diberikan, ia tidak akan belajar untuk bertanggung jawab atas diri sendiri.