Pandemi Covid-19 ini berdampak pada siapa saja, termasuk anak-anak. Sebagai populasi yang rentan, anak-anak dan remaja dapat terpengaruh oleh pandemi Covid-19 di banyak bidang lain selain kesehatan fisik.
Hal ini dapat mencakup pendidikan, kesehatan mental, keselamatan, stabilitas sosial ekonomi, bahkan bagaimana infeksi virus dapat menyebabkan perpisahan atau kehilangan keluarga mereka.
Namun, seperti bidang-bidang lainnya, situasi pandemi virus corona saat ini dapat berdampak lebih parah pada kesehatan mental dan fisik anak-anak. Ada beberapa gangguan kesehatan yang berisiko menyerang anak di masa pandemi ini.
Untuk mengetahui apa sajakah gangguan tersebut, Popmama.com telah merangkumnya dalam lima masalah kesehatan anak saat pandemi Covid-19 yang kadang orangtua tidak sadari.
1. Demam dan batuk kering
Freepik/User18526052
Menurut sebuah studi di tahun 2020 dalam jurnal Journal of the Chinese Medical Association, gejala yang paling umum di antara anak-anak selama masa pandemi termasuk gejala demam, yang diikuti oleh batuk kering.
Kemudian gejala lain yang sering dilaporkan di antara anak-anak termasuk hidung tersumbat atau berair, kelelahan, dan sakit kepala. Beberapa bukti menunjukkan bahwa banyak anak yang sakit kemudian mengembangkan Covid-19 dalam jangka waktu yang cukup lama.
Namun, tak sedikit juga seorang anak terinfeksi Covid-19 dan cenderung memiliki kasus tanpa gejala, atau yang tingkat keparahannya ringan hingga sedang.
Mereka juga lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi atau dirawat di rumah sakit daripada orang dewasa.
Editors' Pick
2. Kegagalan organ ganda
healthleadersmedia.com
Penyakit parah juga mungkin terjadi, dan dalam hal ini anak membutuhkan bantuan pernapasan, seperti ventilator. Tak hanya itu, beberapa anak telah mengalami kegagalan organ ganda.
Kasus parah atau kritis yang paling umum terjadi di masa pandemi di antara anak-anak, seringkali terjadi yang diakibatkan oleh kondisi tertentu yang mendasarinya, seperti misalnya, asma (dan terutama kasus asma yang lebih parah) atau anak yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.
Tak hanya itu saja, sebuah penelitian di tahun 2020 dalam jurnal The Pediatric Infectious Disease Journal mengatakam bahwa anak-anak lebih mungkin mengalami gejala gastrointestinal daripada orang dewasa saat pandemi Covid-19 ini.
3. Covid toes
Parents.com
Pada awal pandemi, dokter kulit melaporkan adanya peningkatan lesi pada anak-anak, terutama pada kaki, jari tangan, dan jari kaki mereka. Secara informal kondisi ini disebut sebagai "Covid Toes".
Kemunculan lesi berwarna ungu atau biru pada kaki dan jari kaki anak ini banyak memunculkan pertanyaan pada para ahli penyakit menular.
“Biasanya menyakitkan untuk disentuh dan bisa memiliki sensasi panas terbakar,” kata Dr. Ebbing Lautenbach, kepala penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania.
Apa yang menurut dokter paling menarik tentang Covid Toes ini adalah bahwa mereka muncul pada pasien Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala lain.
Dr. Lautenbach juga menambahkan bahwa Covid Toes pada beberapa orang dapat menghilang dalam waktu seminggu hingga 10 hari, tetapi yang lain berkembang menjadi gejala pernapasan.
4. Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C)
Freepik/lifeforstock
Beberapa anak yang terinfeksi mengembangkan kondisi langka yang dikenal sebagai MIS-C, yang merupakan singkatan dari Multisystem Inflammatory Syndrome in Children atau sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak.
Dilansir dari laman Centers for Disease Control and Prevention, kondisi ini menyebabkan anak mengalami demam terus-menerus dan peradangan ekstrim. MIS-C ini menyebabkan beberapa bagian tubuh yang meradang, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan.
Hingga saat ini belum dapat diketahui apa yang menyebabkan MIS-C. Namun, CDC melaporkan bahwa banyak anak dengan MIS-C memiliki virus penyebab Covid-19, atau pernah berada di sekitar seseorang yang terpapar.
MIS-C bisa serius, bahkan mematikan, tetapi kebanyakan anak yang didiagnosis dengan kondisi ini menjadi lebih baik dengan perawatan medis.
5. Stres dan kesedihan yang berlebihan
Pixabay/publicdomainpictures
Seperti kesehatan fisik, kesehatan mental adalah hak dan harus dianggap sama pentingnya. Kesehatan mental mendasari kapasitas manusia untuk berpikir, merasakan, belajar, bekerja, membangun hubungan yang bermakna dan berkontribusi pada komunitas dan dunia.
Sayangnya, pandemi ini juga berpengaruh pada kesehatan mental anak-anak.
“Pandemi dapat berdampak parah pada kesehatan mental dan fisik anak. Mereka dikurung di rumah selama lebih dari setahun, keluarga yang terkena penyakit, kehilangan upah, ini telah meningkatkan stres." ujar Dr. Praveen Kumar, Direktur, Departemen Pediatri, Lady Hardinge Medical College yang dilansir dari Mint.
Dr. Kumat juga mengatakan bahwa anak-anak dapat mengekspresikan tekanan psikologis (kesedihan) melalui bertindak dengan cara yang berbeda. Beberapa anak mungkin menjadi diam sementara yang lain mungkin mengekspresikan kemarahan dan hiperaktif.
Ia juga mengingatkan bahwa orangtua perlu bersabar dengan anak-anak dan untuk memahami emosi mereka. Penting bagi Mama untuk mencari tanda-tanda stres pada anak kecil.
Ini bisa berupa kekhawatiran atau kesedihan yang berlebihan, kebiasaan makan atau tidur yang tidak sehat, dan kesulitan perhatian dan konsentrasi. Keluarga juga perlu mendukung anak-anak untuk mengatasi stres dan juga menghilangkan kecemasan mereka.
Itulah lima masalah kesehatan anak saat pandemi Covid-19 berlangsung yang kadang tidak orangtua ketahui. Ini perlu diwaspadai, Ma.
Covid-19 telah membahayakan kesejahteraan seluruh generasi. Hingga menyebabkan banyak anak-anak menanggung beban kondisi kesehatan fisik dan mental.
Mungkin perlu beberapa waktu untuk kembali memulihkan anak dari efek pandemi ini. Namun, dengan menanamkan pola hidup dan pemikiran positif setiap hari, diharapkan dapat membantu orangtua untuk mencegah atau mengurangi tanda gangguan kesehatan fisik atau mental anak selama masa pandemi.