Mendisiplinkan Anak vs. Menghukum, Kenali Perbedaannya Yuk!
Mana yang paling sering Mama terapkan ketika anak berperilaku buruk?
5 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua tentu ingin memiliki anak yang berperilaku positif. Namun ini akan menjadi sulit ketika anak mulai menunjukkan perilaku mandiri yang terkadang bisa menantang.
Ketika si Kecil menunjukkan perilaku buruk, orangtua sering menanggapinya dengan maksud menghentikan perilaku itu terjadi lagi, mulai dari mengomeli hingga diberikan hukuman seperti dikurung di kamar, mengurangi hak-hak di rumah, bahkan memukul.
Dalam hal mengoreksi perilaku buruk anak, penting untuk mengenali perbedaan besar antara hukuman dan mendisiplinkan.
Apakah perbedaannya? Yuk simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!
1. Apa itu hukuman?
Hukuman menanamkan pemberikan hukuman atau pinalti untuk pelanggaran anak. Ini berfokus untuk membuat anak "membayar" kesalahannya.
Dilansir dari Very Well Family, terkadang, keinginan untuk memberikan hukuman berasal dari perasaan frustrasi orangtua. Di lain waktu, itu berasal dari keputusasaan.
Orangtua mungkin merasa terdorong untuk berteriak, memukul, atau menghilangkan setiap hak istimewa yang dimiliki anak, dalam upaya untuk mengirim pesan yang jelas bahwa perilakunya harus berubah lebih baik, atau jika sebaliknya maka ia akan mendapat hukuman
Hukuman adalah tentang mengendalikan seorang anak, daripada mengajarinya bagaimana mengendalikan diri sendiri. Dan yang paling sering, hukuman mengubah cara berpikir seorang anak tentang dirinya sendiri.
Anak yang menanggung hukuman berat mungkin mulai berpikir, "Aku buruk/aku anak nakal/aku jahat." Bukan berpikir telah membuat pilihan yang buruk, anak mungkin percaya bahwa ia orang jahat.
Sebuah penelitian di tahun 2015 dalam jurnal Pediatric Dentistry Journal, orangtua yang otoriter kemungkinan besar akan menghukum anak. Hukuman, seperti memukul, dimaksudkan untuk menimbulkan rasa sakit dan penderitaan fisik.
Editors' Pick
2. Apa dampak dari memberikan hukuman?
Dalam sebuah penelitian di tahun 2013 yang tertulis dalam jurnal American Academy of Pediatrics mengatakan, bahwa hukuman tidak mengajari anak bagaimana berperilaku.
Seorang anak yang menerima pukulan karena memukul saudaranya, tidak belajar bagaimana menyelesaikan konflik dengan damai. Sebaliknya, ia akan merasa bingung tentang mengapa orangtua boleh memukulnya, tetapi anak tidak boleh untuk memukul saudaranya.
Hukuman juga memberi pesan pada anak bahwa ia tidak mampu mengendalikan diri sendiri. Sehingga anak belajar bahwa orangtua harus mengatur perilakunya, karena ia tidak mampu melakukannya sendiri.
Hukuman yang keras juga dapat menyebabkan anak memikirkan kemarahannya terhadap orang yang menimbulkan rasa sakit, bukan memahami bahwa perilakunya itu salah. Ini bisa menimbulkan rasa dendam pada orangtua atau pengasuh yang memberikan hukuman.