Setiap orangtua tentu ingin memiliki anak yang baik hati. Namun sekadar baik hati saja tak cukup lho Ma! Anak juga perlu tahu bagaimana cara berempati atau kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan dengan orang lain.
Ada beberapa alasan mengapa orangtua harus mempertimbangkan untuk mengajarkan empati dan memelihara kecerdasan emosional pada anak-anak mereka sejak usia dini.
Untuk menjadi penyemangat Mama dalam menumbuhkan rasa empati anak, kali ini Popmama.com akan membahas mengapa penting untuk mengajarkan empati pada anak sejak dini, dan bagaimana cara tepat mengajarkannya.
Simak informasi beberapa alasan anak perlu belajar empati sejak dini di bawah ini yuk, Ma!
Mengapa Orangtua Perlu Mengajarkan Empati pada Anak?
Freepik/Zinkevych
Sebuah penelitian di tahun 2018 dalam jurnal American Journal of Pharmaceutical Education telah menunjukkan bahwa empati adalah keterampilan hidup yang penting.
Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), didefinisikan sebagai kemampuan memahami perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta mampu mengendalikan emosi sendiri dan melatih pengendalian diri.
EQ dianggap lebih penting untuk sukses dalam hidup daripada IQ, atau Intelligence Quotient.
Penelitian lainnya di tahun 2017 dalam jurnal Journal of Patient Experience juga telah menunjukkan bahwa empati sangat penting bagi anak-anak untuk membangun hubungan yang sehat dan bahagia dengan keluarga dan teman-teman di sekolah.
Tak hanya itu saja, empati juga bisa menjadi faktor penting dalam mengajari anak-anak apa itu bullying dan bagaimana agar anak tidak terlibat dalam perilaku buruk ini. Mengajarkan empati dengan demikian merupakan landasan penting dalam mencegah intimidasi di sekolah.
Bagaimana Cara Mengajarkan Empati pada Anak Sejak Usia Dini?
Beberapa orangtua seringkali keliru untuk meyakini bahwa empati adalah sesuatu yang anak miliki sejak lahir, sehingga anak secara alami dapat memiliki empati atau tidak memilikinya. Namun kenyataannya adalah bahwa empati adalah keterampilan yang dapat diajarkan pada anak sejak dini.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dicoba orangtua untuk mengajarkan empati dan meningkatkan kecerdasan emosional anak:
1. Memastikan kebutuhan emosional anak telah terpenuhi
Pixabay/ast25rulos
Penting bagi orangtua untuk memastikan bahwa kebutuhan emosional si Kecil sendiri telah terpenuhi. Ketika kebutuhan emosional anak telah dipenuhi dengan baik, ia dapat tumbuh dengan kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan empati kepada orang lain.
Balita harus dapat mengandalkan orangtua atau pengasuh lainnya untuk memberikan kasih sayang dan dukungan emosional sebelum dia dapat memberikannya kepada orang lain. Karena, bagaimana anak dapat mengerti empati jika ia sendiri tidak mendapatkannya?
Editors' Pick
2. Bantu anak mengelola emosi negatifnya
Freepik/Racool-studio
Sebagai manusia yang memiliki beragam perasaan, wajar bagi anak-anak dan orang dewasa untuk mengalami emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecemburuan, dan lain-lain.
Ketika anak mengalami emosi negatif, kebanyakan orangtua berusaha untuk menghentikan secepatnya. Walaupun sesekali tidak menimbulkan masalah, jangan lupa Ma, untuk mengajarkan si Kecil cara mencegahnya atau cara mengelola emosinya dengan cara yang tepat.
Seorang anak yang diajari bagaimana menangani perasaan megatif dengan cara yang positif, serta diajari dan pemecahan masalah oleh orangtua yang simpatik, cenderung memiliki kecerdasan emosional dan empati yang kuat.
3. Tanyakan, "Bagaimana perasaanmu?"
Freepik/Racool-studio
Anak-anak secara alami perlu diarahkan pada empati. Bahkan seorang balita yang melihat seseorang dalam tekanan emosional yang jelas, cenderung menunjukkan simpati dan mungkin mencoba menghibur orang tersebut.
Namun pada saat yang sama, anak kecil pada dasarnya sering menunjukkan sikap egois. Misalnya jika seorang balita memukul saudara atau teman, atau mengambil mainan mereka, orangtua perlu menjelaskan bahwa perilaku tersebut dapat menyakiti orang lain secara fisik atau emosional.
Coba katakan sesuatu seperti, "Bagaimana perasaanmu jika seseorang mengambil mainanmu?" atau "Bagaimana perasaanmu jika seseorang memukulmu?"
Ini dapat mengajarkan anak untuk tahu apa yang ia lakukan pada orang lain, dapat menyakiti dan memengaruhi mereka.
4. Beri tahu anak berbagai nama perasaan sebanyak mungkin
Freepik/Gpointstudio
Untuk membantu balita memahami emosi dan perasaan, kenali dan beri label nama perasaan sebanyak mungkin.
Misalnya jika anak berperilaku baik terhadap seseorang, seperti mencoba menghibur bayi atau teman yang menangis, katakan, "Kamu sangat baik karena mengkhawatirkan temanmu. Mama yakin itu akan membuatnya merasa jauh lebih baik, karena kamu begitu baik padanya."
Namun, jika anak berperilaku tidak baik atau negatif, katakan, "Mama tahu kamu mungkin merasa marah, tetapi temanmu akan sedih ketika kamu mengambil mainannya darinya."
5. Bicarakan tentang perilaku positif dan negatif di sekitar
Freepik/Tirachardz
Kita terus-menerus dihadapkan pada contoh perilaku baik dan buruk dalam kehidupan nyata dan dalam buku, TV, dan film. Sehingga bicarakan dengan anak tentang perilaku yang Mama dan anak lihat di TV.
Misalnya seperti seseorang yang membuat orang lain sedih, atau bertindak seperti pengganggu. Dan sebaliknya, seperti seseorang membantu orang lain dan membuat orang lain merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.
Kemudian Mama dapat membicarakan ini pada anak, bahwa dari kedua perilaku tersebut dapat memiliki efek yang berbeda.
6. Jadilah panutan bagi anak
Freepik/senivpetro
Balita belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain dengan memerhatikan orangtua dan orang dewasa lain dalam hidupnya. Maka dari itu, gunakan momen ini untuk menunjukkan padanya apa artinya menjadi orang yang dermawan atau bagaimana bersikap baik dan penuh kasih.
Misalnya, dengan membantu anggota keluarga dan tetangga, atau mendukung teman dan orang lain yang membutuhkan atau mengalami kesulitan. Di sini, Mama telah menanamkan pada anak bagaimana menjadi orang yang berempati.
Nah itulah alasan mengapa orangtua perlu mengajarkan anak empati sejak usia dini dan bagaimana cara mengajarkannya. Saat ini Mama mungkin melihat di televisi yang mengungkapkan banyak tindakan bullying dan keji yang merugikan orang lain.
Mengajarkan anak berempati bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarga. Namun ini juga membawa harapan agar generasi selanjutnya dapat berperilaku lebih baik lagi, dan mengurangi tindakan bullying di masa depan,