Hampir setiap orangtua merasa sedih bila melihat anaknya berdiri sendiri setelah melihat anak lain pergi untuk bermain lari-larian di taman bermain. Atau Mama mengetahui bahwa si Kecil makan siang sendirian di prasekolah.
Kebanyakan anak kecil memang belum membutuhkan banyak teman di usia ini. Tetapi persahabatan, baik di tahun-tahun awal sekolah dasar, dan kemudian, ketika mereka remaja, sangat penting untuk pertumbuhan sosial dan emosional anak.
Inilah yang membuat orangtua merasa khawatir tentang bagaimana cara untuk membiasakan anak bersosialisasi? Apakah orangtua perlu turun tangan secara langsung dan memaksa anak agar bersosialisasi?
Jika Mama mengalami hal yang sama dan mempertanyakan hal tersebut, berikut ini Popmama.com telah merangkum jawabannya untuk Mama. Baca terus ya!
Perlukah Orangtua Memaksa Anak untuk Bersosialisasi?
Freepik/v.ivash
Mempelajari cara membangun hubungan teman sebaya yang sukses adalah keterampilan penting bagi anak-anak. Ini akan menjadi keterampilan yang akan mereka gunakan dan sempurnakan di sepanjang hidup mereka.
Itulah sebabnya memaksa anak ke dalam situasi sosial tidak akan membantu.
Sebaliknya, Mama perlu membantu balita untuk membentuk keterampilan dan mengembangkan kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk menikmati proses membangun hubungan dengan orang lain.
Cara Membentuk Keterampilan Anak dalam Membangun Hubungan Teman Sebaya:
Seperti yang disebutkan sebelumnya, meskipun balita perlu belajar bersosialisasi, bukan berarti orangtua dapat memaksa anak di setiap situasi sosial. Melainkan cara yang dilakukan adalah, membentuk keterampilan dalam membangun hubungan teman sebaya.
Jadi apa yang dapat Mama lakukan untuk membantu anak yang kesulitan bersosialisasi?
Editors' Pick
1. Cari tahu apa yang terjadi
Freepik/prostooleh
Sebelum membuat si Kecil lebih terlibat dalam kegiatan dengan anak-anak lain, cobalah mencari tahu apa yang menghalanginya dalam berteman. Lihat apa yang dapat Mama pelajari dengan berbicara langsung kepadanya.
Misalnya, Mama mungkin bertanya apakah anak lebih suka menghabiskan waktu sendirian di kamarnya membaca dan menggambar, atau lebih suka bermain di taman?
Jika itu tidak berhasil, cobalah berbicara dengan guru prasekolah. Berikut adalah beberapa pertanyaan untuk ditanyakan:
"Apakah anak saya pemalu atau cemas dengan anak-anak lain?"
"Apakah anak saya diintimidasi di sekolah?"
"Apakah anak saya menunjukkan tanda-tanda gangguan emosional lainnya?"
"Apakah anak saya mengalami kesulitan menyesuaikan diri?"
2. Jangan mendorong terlalu keras
Freepik/prostooleh
Ketika si Kecil sudah berjuang dalam situasi sosial, memaksanya untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya jarang memperbaiki situasi, justru malah bisa membuatnya semakin menarik diri.
Sebagai gantinya, cobalah memilih tiga kegiatan potensial dan mintalah balita memilih satu. Misalnya, apakah ia ingin bermain di taman kota, ingin bepergian ke perpustakaan, atau ingin hanya di rumah saja.
Dengan menawarkan dua tempat potensial untuk bersosialisasi, Mama juga telah memberikan balita yang pemalu kesempatan untuk bertemu teman-teman.
Tetapi menawarkan aktivitas di rumah juga tak kalah penting. Selain tidak memaksakan anak, Mama dapat membantunya agar merasa lebih nyaman dengan dirinya sendiri hingga akhirnya ingin bermain di luar.
3. Rencanakan waktu bermain bersama teman sebaya di rumah
Freepik/pressfoto
Apakah anak memiliki saudara sepupu yang usianya sebaya? Atau Mama memiliki teman yang anaknya seumuran dengan anak mama? Jika ada, maka atur waktu bermain bersama mereka di rumah.
Jika Mama berada dalam posisi untuk menjadi tuan rumah, ini dapat membantu si Kecil, yang kemungkinan besar akan merasa paling nyaman bermain di rumah.
Tak hanya itu, dengan menggunakan mainannya sendiri, anak mama akan merasa jauh lebih percaya diri untuk berinteraksi, seperti menunjukkan cara-cara bermainnya.
Waktu bermain ini juga tak perlu besar-besaran, Mama bisa mengundang 1-2 anak yang usianya tak jauh berbeda dari balita, dan biarkan mereka bermain bersama di ruang terbuka di rumah.
4. Lakukan permainan peran di rumah
Freepik/Shurkin_son
Bermain peran bisa sangat membantu dalam hal mengajarkan keterampilan membangun hubungan pada anak-anak kecil. Di sini, Mama dapat bermain dengan si Kecil, dan bergiliranlah berperan sebagai teman bermain atau sebagai tuan rumah dan tamu.
Cobalah untuk mengantisipasi argumen macam apa yang mungkin muncul di situasi sosial, seperti membuka topik percakapan, meminjam mainan, berbagi alat lukis, dan lain-lain. Memainkan banyak situasi dengan anak mama dapat membantunya lebih tenang saat berada di situasi aslinya.
5. Berikan contoh perilaku yang baik
Freepik/bearfotos
Terakhir dan tak kalah penting adalah, memberikan contoh bagaimana bersosialisasi dengan baik. Baik disadari atau tidak, balita akan memerhatikan orangtuanya saat berbicara dengan anggota keluarga dan teman sendiri.
Ingatlah bahwa perilaku yang Mama dan Papa tunjukkan, adalah hal yang ditanamkan dan dilakukan pada anak. Sehingga perlihatkan bagaimana perilaku memerhatikan orang lain, bermurah hati, hingga mencoba menyelesaikan konflik dengan tenang.
Dan sebaliknya, hindari berkata kasar atau merendahkan orang lain, bahkan dengan maksud bercanda sekalipun. Karena, tak menutup kemungkinan balita bisa mengikutinya dan tumbuh menjadi seseorang yang tidak sopan pada orang lain.
Nah itulah jawaban dari "perlukah orangtua memaksa anak untuk bersosialisasi?". Meskipun terkadang menyayat hati melihat anak sendirian di saat banyak anak lain bermain bersama, memaksakannya untuk bersosialisasi bisa membuatnya jadi tidak nyaman.
Namun dengan tips-tips di atas, semoga Mama bisa membentuk keterampilan sosial anak tanpa perlu ada paksaan. Ingatlah juga bahwa kecepatan setiap anak berbeda, sehingga diperlukan kesabaran dan sikap pantang menyerah untuk membentuk keterampilan sosial yang baik pada anak.