Pernahkah Mama meninggalkan si Kecil sebentar di rumah untuk pergi ke pasar dan tiba-tiba ia lari mengejar sambil memeluk dan menangis kencang?
Ini seringkali dianggap hal yang wajar terjadi pada anak balita. Namun jika ini terus-menerus terjadi atau terjadi gejala fisik lainnya sampai ke tahap yang cukup parah, ada kemungkinan anak mama memiliki monofobia, atau rasa takut akan sendirian atau perpisahan.
Dengan fobia ini, meski anak tahu bahwa dirinya aman secara fisik, ia mungkin masih takut pada orang asing atau penyusup, merasa tidak dicintai, mengalami keadaan darurat, atau mengalami kejadian tak terduga lainnya tanpa bantuan.
Untuk mengetahui fobia ini lebih lanjut, berikut Popmama.com akan membahas penyebab dan ciri monofobia pada anak. Simak di bawah ini ya Ma!
1. Apa itu monofobia?
Freepik/jcomp
Monofobia atau monophobia juga dikenal sebagai autophobia, isolophobia, atau eremophobia. Ini adalah bentuk rasa takut terisolasi, kesepian, atau sendirian.
Dilansir dari Very Well Mind, Istilah umum ini mencakup beberapa ketakutan akan perpisahan, yang mungkin juga (atau tidak) memiliki penyebab yang sama, seperti ketakutan akan:
Menjadi terpisah dari orang tertentu
Di rumah sendirian
Berada di depan umum sendiri
Merasa terisolasi atau diabaikan
Mengalami bahaya saat sendirian
Hidup sendiri
Kesepian
Kesendirian
Monophobia adalah fobia spesifik, artinya melibatkan ketakutan akan situasi tertentu. Ketika dihadapkan pada perasaan sendirian, balita dengan monofobia akan mengalami kecemasan yang ekstrem.
2. Gejala fisik yang muncul ketika pemicu monofobia muncul
Pexels/anna shvets
Sebagian besar anak mungkin dapat merasa sedih atau kesepian ketika sistem pendukungnya, seperti orangtua, harus pergi. Namun kesulitan yang dialami anak dengan monofobia jauh lebih serius dan mengganggu.
Dilansir dari WebMD, mengalami situasi yang memicu monofobia juga dapat mengakibatkan gejala fisik, termasuk:
Berkeringat
Gemetar
Menggigil
Kesulitan bernapas atau sesak napas
Sensasi tersedak
Peningkatan denyut jantung (takikardia)
Sesak atau nyeri di dada
Mual atau sakit perut
Mulut kering atau telinga berdenging
Pusing atau pingsan
Disorientasi atau kebingungan
Monofobia juga dapat dikaitkan dengan bentuk kecemasan sosial lainnya, karena terkait dengan cara bagaimana anak terhubung dengan orang lain di sekitarnya.
Editors' Pick
3. Penyebab monofobia menyebabkan otak anak percaya bahwa ia berada dalam bahaya
Freepik
Fobia menghasilkan perasaan takut dan cemas yang begitu kuat sehingga memengaruhi kehidupan dan rutinitas sehari-hari. Fobia juga membangkitkan respons sistem "lawan atau lari" dari tubuh, yang menyebabkan otak anak percaya bahwa ia berada dalam bahaya yang akan segera terjadi.
Hingga saat ini masih belum dapat dipastikan jelas apa yang menyebabkan kondisi monofobia. Ini mungkin telah berkembang karena pengalaman traumatis yang anak alami saat ditinggalkan sendirian, atau si Kecil mungkin telah mempelajari perilaku tersebut dari anggota keluarga
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan monofobia pada anak, yaitu:
Biologis: Neurotransmitter di otak dapat bereaksi dengan cara yang tidak terduga terhadap pemicu tertentu, membuat otak percaya bahwa anak berada dalam bahaya, baik itu dari orang di sekitar, benda, atau situasi tertentu.
Genetik dan keluarga: Kecenderungan rasa takut dan cemas yang tinggi dapat diwarisi dari orangtua. Demikian pula, seorang anak dapat menyaksikan ketakutan anggota keluarga terhadap suatu situasi (seperti sendirian) dan mungkin belajar untuk takut akan hal yang sama.
Lingkungan: Trauma, atau mengalami situasi kesendirian yang sangat memicu kecemasan, dapat menyebabkan monofobia.
Sementara para ilmuwan tidak sepenuhnya jelas tentang apa yang menyebabkan fobia seperti monofobia, banyak yang menduga bahwa jenis fobia kompleks ini disebabkan oleh kombinasi dari faktor-faktor ini.
Seringkali, meskipun tidak selalu, fobia dapat ditelusuri kembali sebagian ke peristiwa atau pengalaman di masa kanak-kanak.
4. Faktor yang meningkatkan risiko monofobia pada anak
Freepik/Bearfotos
Seperti yang disebabkan sebelumnya, hingga kini masih belum jelas apa yang menyebabkan kondisi seperti monofobia. Namun ada beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan ketakutan akan perpisahan ini.
Masih dilansir dari Very Well Mind, anak-anak dapat mengembangkan rasa takut sendirian setelah mengalami hal-hal seperti:
Mendapatkan kekerasan/pelecehan
Kematian orangtua
Perceraian
Kekerasan dalam rumah tangga
Masalah ekonomi dalam keluarga
Perpisahan dari orangtua dalam jangka waktu yang lama
Diabaikan atau ditelantarkan
Orangtua mengalami penyalahgunaan zat atau memiliki penyakit mental
Penyakit serius dari anggota keluarga
Perasaan kesepian dan tantangan dengan kemampuan diri juga dapat memicu monofobia. Kondisi ini dapat terkait dengan perasaan tidak mampu jika situasi darurat muncul, kekhawatiran umum bagi anak yang takut sendirian.
5. Cara mendiagnosis monofobia pada anak
Freepik/Gpointstudio
Seorang profesional kesehatan mental dapat mendiagnosis fobia seperti monofobia. Setelah mendiagnosis autofobia, monofobia, atau isolofobia, dokter dapat membantu Mama untuk menavigasi langkah tepat selanjutnya apa yang perlu diberikan untuk pemulihan fobia si Kecil.
Dalam proses mendiagnosis monofobia, dokter kemungkinan akan bertanya tentang riwayat kesehatan dan kesehatan fisik anak dan orangtua. Dokter juga akan membutuhkan deskripsi situasi yang menyebabkan kecemasan ekstrem anak.
Dokter atau psikiater mungkin menggunakan tes yang disebut tes penghindaran perilaku, atau Behavioral Avoidance Test (BAT), untuk mengukur intensitas ketakutan atau keengganan balita untuk sendirian.
Ini adalah alat yang digunakan para profesional untuk menilai intensitas ketakutan atau penghindaran terhadap sesuatu yang spesifik.
6. Perawatan yang dilakukan untuk mengatasi monofobia adalah dengan terapi
Freepik/Gpointstudio
Seperti banyak fobia situasional lainnya, monofobia dapat dikelola melalui psikoterapi. Dilansir dari WebMD, ada beberapa pilihan tertapi dapat membantu Mama mengatasi rasa takut anak pada sendirian, yaitu:
Terapi paparan
Bentuk terapi ini didasarkan pada peningkatan secara bertahap, jumlah waktu seseorang dihadapkan pada hal atau situasi yang mereka takuti. Terapi pemaparan telah dibuktikan secara ilmiah dan klinis untuk membantu orang mengatasi jenis kecemasan dan fobia tertentu.
Terapi perilaku kognitif
Salah satu bentuk psikoterapi yang paling banyak digunakan dan dipelajari, terapi kognitif-perilaku atau cognitive-behavioral therapy (CBT) adalah perpaduan dari dua jenis terapi, yaitu kognitif dan perilaku.
Konsepnya adalah untuk mengidentifikasi masalah atau pemicu, dan mengeksplorasi pemikiran dan pengetahuan anak tentang situasi perpisahan, serta reaksi emosionalnya.
7. Teknik yang membantu mengurangi dampak monofobia pada anak
Freepik/Katemangostar
Merasa tidak mampu sendirian dapat menyulitkan si Kecil untuk bepergian, menjalankan aktivitas, dan mengalami banyak masalah pada aspek perkembangannya.
Jika anak mama memiliki monofobia, penting untuk mencari pengobatan dan mengikuti saran dari dokter. Mereka dapat membantu anak menemukan strategi koping di rumah yang dapat Mama gunakan untuk membantu mengurangi kecemasannya.
Teknik-teknik ini dapat mencakup:
Mengambil napas dalam
Meditasi atau yoga
Membayangkan pengalaman atau gambar yang menyenangkan
Pengalihan
Selain itu, Mama juga bisa mengatakan pada anak bahwa Mama telah meminimalkan risiko, misalnya dengan meminta pengasuh atau anggota keluarga lain untuk menemani anak, atau menggunakan CCTV, menggembok rumah, dan lan-lain.
Mama juga bisa meminta bantuan orang-orang atau komunitas dengan fobia yang sama, untuk mengetahui bagaimana mengatasi monofobianya.
Itulah beberapa informasi seputar penyebab dan ciri monofobia pada anak. Monofobia adalah kondisi yang dapat diobati, dan mendapatkan bantuan dari profesional kesehatan mental dapat membantu anak mengatasi fobianya, dan mengoptimalkan perkembangannya sehari-hari.
Jika ketakutan anak akan kesendirian sangat parah, atau jika hal itu memengaruhi kehidupan sehari-harinya, solusi terbaik adalah mencari perawatan profesional.