8 Tips Mengajarkan Anak untuk Mengelola Emosi agar Tak Mudah Marah
Hindari menuruti semua keinginan si Kecil untuk menghindari amukannya ya, Ma!
13 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai orangtua, wajar untuk merasa khawatir ketika balita berteriak atau bertindak agresif. Beberapa anak mungkin tidak mampu mengatasi emosinya, dan akhirnya membuat anak menjadi lebih mudah "meledak" karena pemicu sekecil apa pun.
Ini juga yang membuat balita jadi mudah frustrasi, sehingga ledakan kemarahan sering terjadi. Maka dari itu, penting bagi Mama untuk mengajari anak bagaimana cara mengelola emosi atau perasaannya secara positif.
Berikut Popmama.com memberikan 8 tips mengajarkan anak untuk mengelola amarah yang bisa Mama praktikkan di rumah.
1. Bicaralah dengan anak tentang emosi
Hal pertama yang perlu Mama lakukan adalah mengajari si Kecil tentang emosi atau perasaan. Anak-anak sering bereaksi marah karena ia masih belum mengerti perasaannya sendiri. Dalam kebanyakan kasus, balita tidak tahu bagaimana mengekspresikan perasaannya sehingga ia akhirnya menyerang.
Dilansir dari Very Well Family, anak mungkin bereaksi dengan marah karena ia berusaha mendapatkan perhatian orangtua. Berbicara dengan anak tentang emosi akan mengajarinya cara mengidentifikasi dan melabeli apa yang ia rasakan di dalam hatinya.
Sebagai permulaan, Mama bisa menunjukkan gambar-gambar kartun wajah dengan emosi yang berbeda. Lalu beri tahu anak setiap emosi yang mewakili setiap gambar.
Ketika terjadi ledakan emosi, Mama bisa bertanya pada balita, gambar apa yang cocok untuk menjelaskan perasaannya.
2. Memberikan anak waktu tenang
Memiliki "waktu tenang" sangat membantu ketika berhadapan dengan anak yang marah. Berbicara dengan seorang anak yang sedang dilanda amarah hanya akan memperbesar masalah.
Dilansir dari Mom Junction, sebaiknya hindari aktivitas apapun yang memicu perdebatan dan memanjakan anak ketika dia mengomel atau bereaksi dengan marah.
Namun, beri anak waktu untuk menenangkan diri sebelum Mama turun tangan menangani masalah ini. Ingat, kemarahan bisa menakutkan bagi balita. Jika anak mulai ketakutan, tetap dekat dan tawarkan dukungan.
3. Hindari terlalu banyak berbicara
Ketika si Kecil melakukan perilaku negatif, tentu dalam diri Mama ingin segera memberikan nasihat pada anak agar ia tidak mengulanginya lagi. Namun penting untuk menunggu sampai anak tenang sebelum mencoba berbicara.
Dilansir dari Coping Skills for Kids, ketika seorang anak marah atau frustrasi, ia tidak dalam posisi terbaik untuk memproses informasi, sehingga nasihat Mama mungkin akan terlewat begitu saja.
Saat berbicara dengannya, gunakan nada yang tenang dan sesedikit mungkin berbicara. Jaga agar kalimat tetap pendek dan terus ulangi kalimat yang sama sebagai penegasan. Pengulangan juga akan membantu memastikan bahwa balita mendengar kata-kata Mama.
Editors' Pick
4. Miliki sudut tenang di rumah
Ajari anak bagaimana cara bereaksi yang tepat ketika ia mulai merasa marah atau frustrasi. Mengganti kemarahan dengan sesuatu yang positif dapat membantu. Salah satunya dengan memiliki tempat atau ruangan yang ditunjuk sebagai "sudut tenang" di rumah.
Ini adalah tempat di mana si Kecil dapat menenangkan diri ketika ia mulai merasa marah. Buatlah aktivitas menenangkan yang bisa dilakukan anak sampai emosinya mereda.
Beberapa mainan yang mungkin dapat membantu menenangkan anak adalah, balok susun, buku mewarnai, puzzle dan lain-lain.
5. Menggunakan teknik relaksasi
Menenangkan pikiran secara efektif membantu menghilangkan kemarahan pada balita. Mempelajari keterampilan manajemen kemarahan dapat membantu.
Dialansir dari Motherly, ada beberapa teknik relaksasi yang dapat membantu balita. Misalnya seperti mengajarkan relaksasi melalui kalimat, kata, atau gambar yang dapat membantu anak untuk memfokuskan kembali pikirannya.
Untuk anak-anak yang lebih kecil, cerita atau lagu favorit mungkin dapat membantu menenangkan. Untuk anak yang lebih besar, Mama dapat mengajarkan teknik seperti pernapasan, meditasi, yoga, dan berjalan-jalan.
6. Hindari menuruti keinginan anak hanya untuk menghindari keributan
Anak-anak, terutama yang usianya lebih kecil dapat dengan cepat belajar bahwa ia bisa mendapatkan apapun yang diinginkan dengan cara hanya melampiaskan amarah. Hal yang kurang tepat adalah, ketika Mama menyerah dan memberikan keinginan anak hanya untuk menghindari keributan.
Jika anak mengetahui bahwa amukannya membuatnya mendapatkan apa yang diinginkan, ia akan terus melakukannya.
Menyerah pada anak untuk menghindari keributan mungkin tampak seperti hal yang lebih mudah, tetapi tidak membantu dalam jangka panjang. Ajari anak bahwa agresinya tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya.
7. Mengajarkan anak untuk berempati
Jika si Kecil marah tentang sesuatu, dorong ia untuk membicarakannya. Ini juga akan memberi tahu balita bahwa Mama mengenali dan peduli tentang perasaannya. Ketika membicarakan perasaan, penting untuk mengakui perasaan dan biarkan anak tahu bahwa Mama mengerti.
Bukan rahasia umum lagi, jika anak-anak dapat menjadi marah ketika mereka merasa perasaannya diabaikan. Jika anak tahu bahwa Mama tulus dan menganggapinya serius, itu akan membantu meredakan kemarahannya.
8. Memuji perilaku baik anak
Anak berkembang untuk mendapatkan perhatian, sehingga cara Mama dalam bereaksi juga berpengaruh pada perilaku anak selajutnya. Memberikan pujian dan mengingat perilaku positif anak dapat mengajarkannya untuk mengurangi kebiasaan marah.
Dilansir dari Motherly, memuji anak setiap kali menunjukkan perilaku yang baik, juga akan mendorongnya untuk melakukannya lebih sering.
Namun, Mama tidak boleh memuji secara berlebihan. Karena terlalu banyak pujian bisa membuat anak sulit menangani kritik di masa depannya. Seimbangkan pujian dengan kalimat-kalimat penegasan ketika anak menunjukkan perilaku buruk.
Nah itulah beberapa cara untuk mengajarkan anak bagaimana cara mengelola emosi agar tidak cepat marah. Tak kalah penting, anak belajar dari contoh, terutama dari orangtua.
Jika Mama ingin balita belajar mengelola atau mengendalikan amarahnya, Mama harus menjadi panutan yang baik dengan cara belajar untuk mengendalikan amarah diri sendiri.
Selain itu, Mama juga harus selalu menindaklanjuti dengan konsekuensi yang pasti. Disiplin yang konsisten sangat penting untuk mengajari anak bahwa perilaku agresif tidak dapat diterima. Mengajari anak bahwa kemarahan memiliki konsekuensi, akan efektif dalam mengendalikan perilakunya.
Baca juga:
- Cegah Stres, Ini 5 Cara Membuat Anak Fokus pada Kebahagiaan
- Cara Membuat Anak Memahami Perbedaan Kebutuhan dan Keinginan
- 7 Cara Membuat Anak Tumbuh Menjadi Pribadi yang Berkarakter Baik