7 Tips dalam Mengatasi Anak yang Takut akan Suara Keras
Anak yang memiliki Lygrophobia atau takut akan suara keras
30 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap suara membangkitkan perasaan dalam diri anak. Suara keras yang diterima dari telinga terhubung ke area otak, yang melibatkan ingatan, emosi, ketakutan, dan tingkat kewaspadaan dasar anak.
Ligyrophobia atau yang dikenal sebagai Phonophobia merupakan ketakutan akan suara keras. Ketakutan ini paling umum terjadi pada anak kecil tetapi dapat juga terjadi pada orang-orang dewasa.
Beberapa anak takut dengan suara keras yang sangat tiba-tiba, tetapi juga ada yang takut dengan suara bising yang berkelanjutan.
Ini dapat memengaruhi kemampuan anak untuk merasa nyaman dalam lingkungan sosial, seperti pesta, konser, dan acara lainnya.
Kenali dua tipe dasar ketakutan akan suara keras pada anak
Terdapat dua tipe dasar ketakutan akan suara keras pada anak, yang pertama adalah takut akan suara yang tiba-tiba dan tak terduga yang mengejutkan anak, seperti balon yang meledak atau pintu yang terbanting.
Suara keras yang tiba-tiba dan tidak terduga dapat menyebabkan respons stress pada anak, sebagian besar anak dapat, terkejut lalu pulih dengan cepat. Namun, ada yang berjuang untuk mengatasi kecemasan ini.
Tipe kedua, takut pada suara yang rutin di dengarkan, atau yang biasa terdengar. Seperti takut suara penyedot debu. Jika anak mengalami ketakutan tipe dua, mungkin ia sebelumnya menemukan suara tertentu yang menakutkan. Suara bising yang kronis dapat memicu kecemasan pada anak.
Untuk mengatasinya, berikut ini Popmama.com akan memberikan 7 Tips dalam menghadapi anak yang takut akan suara keras, di bawah ini:
1. Ketahui alasan ketakutan anak sampai ke dasarnya
Mulailah dengan mengetahui alasan ketakutan anak sampai ke dasarnya. Ketakutan akan kebisingan sering dikaitkan dengan ketakukan lainnya. Misalnya, suara pintu dibanting atau suara kembang api mungkin menakutkan anak karena mereka membayangkan suara perang atau tertembak.
Suara penyedot debu mungkin menakutkan karena mereka membayangkan tersedot ke pusarannya, atau suara-suara besar yang meningkatkan trauma anak.
Jadi bicaralah dengan anak untuk mencari tahu apa yang membuat mereka takut. Jika anak belum dapat berbicara dengan lancar, buatlah respon mereka terhadap suara-suara yang berbeda, sehingga Mama dapat memahami apa yang mendorong rasa cemas anak.
2. Buat daftar suara-suara yang membuat anak takut dan buat rencana setiap mendengar suara
Bantu anak untuk membuat daftar suara-suara yang membuatnya takut, lalu buat rencana untuk setiap suara. Misalnya, ketika anak mendengar suara sirine, ia bisa menutupi telinganya, berhitung sampai sepuluh dan mengambil napas dalam-dalam.
Berlatih di awal akan membantu memberinya kepercayaan diri dan mengurangi kecemasan. Berbicara tentang suara awalnya mungkin membuat anak menjadi kesal. Namun beritahu anak jika cara ini dapat mengurangi ketidaknyamanannya
Tunjukan gambar darimana suara berasal, lalu latih pernapasan dalam dan strategi relaksasi ketika melihat gambar-gambar tersebut, kemudian berlatih dan sering meninjau strategi yang dilakukan.
Persiapan sekecil mungkin pasti sedikitnya dapat berguna untuk penyembuhan anak.
Editors' Pick
3. Tunjukkan pada anak dengan menyentuh atau memegang benda yang ditakuti anak
Tunjukkan pada anak dengan menyentuh atau memegang benda yang ditakuti anak, setelah merasa nyaman melihat benda tersebut, biarkan anak ikut menyentuhnya.
Beberapa stasiun pemadam kebakaran seringkali bersedia dikunjungi oleh anak-anak yang memiliki takut akan sirene, untuk memahami bahwa sirine merupakan barang yang untuk melindungi orang banyak.
Jika anak takut pada penyedot debu, lakukan percobaan untuk menunjukkan pada anak bahwa penyedot debu terlalu lemah untuk mengangkat sekotak tisu, tunjukkan bahwa anak lebih kuat daripada penyedot debu.
Minta anak untuk melemparkan kotak tisu ke seberang ruangan, lalu suruh anak mengambilnya, untuk menunjukkan seberapa kuat mereka dibandingkan dengan penyedot debu.
4. Tunjukkan respons dengan cara yang berbeda saat mendengar suara keras yang mengejutkan
Untuk suara keras yang mengejutkan, bantu anak mengolah kembali perasaan kecemasan sebagai kegembiraan. Namun hindari untuk terlalu menjengkelkan atau meremehkan rasa takut anak.
Buatlah respons yang berbeda, ketika suara tiba-tiba mengejutkan anak, lihat langsung ke matanya dengan senyum lebar di wajah Mama dan katakan "Wow! Itu keras, bukan? Suara apa itu ya?"
Seiring waktu, ini akan melatih mereka untuk bereaksi dengan respon terkejut daripada ketakutan, dan anak akan mengolah respons stres semacam itu dengan cara yang berbeda.
5. Berikan kesempatan pada anak untuk membuat suara keras sendiri
Berikan anak berkesempatan untuk membuat suara keras sendiri, seperti bermain permainan di mana Mama dan anak dapat memukul panci atau menghancurkan tutup panci bersama.
Ini bisa memberi mereka perasaan kekuatan yang berdaya atas ketakutan mereka.
Bantu anak memahami secara khusus dengan menciptakan suara-suara berbeda yang menakutkan mereka. Ini seringkali akan mengurangi kecemasan anak.
6. Gunakan penyumbat telinga atau headphone untuk meredam suara bising
Namun jika anak masih tidak dapat mengendalikan rasa takut akan suara yang keras, Mama dapat memberikannya alat-alat bantu untuk meringankan tingkat kecemasan anak terhadap suara keras.
Tersedia beberapa bentuk penyumbat telinga atau headphone untuk meredam suara bising, barang-barang tersebut mungkin dipakai saat mengantisipasi suara keras.
Memakai headphone atau penyumbat telinga memberi anak lebih banyak kontrol pada situasi-situasi dengan suara keras.
7. Lakukan perawatan dengan terapi atau dengan teknik pertolongan mandiri
Perawatan dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan ketakutan anak dan tingkat interaksi sosial yang dapat mempengaruhinya. Perawatan mungkin termasuk terapi, yang akan menempatkan anak di lingkungan yang memicu rasa takut namun dengan cara yang terkontrol.
Terapi bicara juga dapat membantu, yang merupakan konseling dengan seorang profesional kesehatan mental tentang pemicu, ketakutan, dan asal-usul kecemasan anak. Untuk membantu meringankan ketakutan anak akan suara keras.
Ada banyak teknik pertolongan mandiri yang mungkin melibatkan relaksasi otot, kelompok pendukung, dan hipnoterapi serta meditasi, berbicara positif dan cara lain untuk meningkatkan reaksi terhadap suara keras.
Ingatlah bahwa tidak semua anak dapat mentolerir suara keras. Kesabaran adalah kunci untuk membantu anak yang memiliki rasa takut tentang objek apa pun, dan Mama perlu mendukung anak selama masa proses penyembuhannya yang memakan banyak waktu serta membutuhkan banyak latihan.