10 Alasan yang Membuat Orangtua Gagal saat Mendisiplinkan Anak
Jangan biarkan hal-hal ini membuat Mama tak mendisiplinkan anak ya!
17 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bukan rahasia umum lagi jika mendisiplinkan anak adalah kerja keras. Hal ini membutuhkan kewaspadaan yang konstan, konsistensi, dan strategi yang tepat.
Maka dari itu, seringkali orangtua sedikit lalai untuk mendisiplinkan anak. Terlebih lagi pada hari-hari yang melelahkan atau saat kewalahan dengan banyaknya pekerjaan rumah.
Jangan khawatir, Mama tak sendirian.
Namun bagaimanapun, kurang mendisiplinkan anak bisa menjadi masalah serius.
Meskipun mungkin Mama tergoda untuk membuat pengecualian dan memberikan maaf begitu saja atas perilaku anak, batasan dan konsekuensi itu penting.
Jangan biarkan 10 alasan yang Popmama.com rangkum di bawah ini menghalangi atau membuat Mama menyerah saat mendisiplinkan anak.
Simak alasan yang membuat orangtua gagal mendisiplinkan anak, berikut ini!
1. Anak sedang mengalami masa-masa sulit
Orangtua terkadang merasa bersalah ketika anak-anak harus mengalami masa-masa sulit, seperti perceraian, ditindas di sekolah, atau ketika menghadapi kegagalan. Tentu wajar untuk merasa buruk, dan Mama tidak ingin melihat anaknya terluka, bukan?
Namun membiarkan anak melakukan perilaku buruk untuk melampiaskan rasa frustasinya, bukanlah solusi.
Dilansir dari Very Well Family, anak-anak yang stres mungkin membutuhkan disiplin lebih dari sebelumnya untuk membantu mereka merasa aman. Tunjukkan pada anak bahwa Mama dapat menjaga mereka tetap aman, yaitu dengan menetapkan batasan.
2. Anak melakukan perilaku buruk tidak disengaja
Anak-anak memang tidak boleh dimarahi karena menumpahkan segelas susu secara tidak sengaja, tetapi mereka tetap perlu bertanggung jawab atas tindakan mereka dengan membersihkannya.
Memberikan terlalu banyak kelonggaran karena sebuah "kecelakaan", dapat mencegah anak-anak bertanggung jawab penuh atas perilaku mereka.
Jika Mama mengatakan, "Dia tidak benar-benar bermaksud untuk mendorong saudaranya sekeras itu," maka anak cenderung belajar bahwa ia dapat lari dari tanggung jawab dengan menggunakan alasan "Itu kecelakaan/tidak sengaja".
Ini tak hanya berdampak di masa muda, namun juga ketika anak besar nanti. Seorang petugas polisi tidak akan memaafkan karena anak mengaku "mengebut secara tidak sengaja".
3. Mama merasa tidak enak karena tidak menghabiskan banyak waktu dengan anak
Membiarkan anak berperilaku tidak baik karena Mama merasa bersalah, ini tidak akan bermanfaat, bagi anak ataupun bagi Mama sekalipun.
Jika Mama merasa tidak enak, cari cara lain untuk mengatasi rasa bersalah tentang disiplin. Misalnya, apakah menghabiskan lebih banyak waktu bersama-sama.
Jadikan waktu bersama dengan membuat dan mengikuti batasan yang jelas, seperti menyaksikan televisi bersama dan matikan ketika memasuki jam tidur.
Kemudian, Mama dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk menikmati kebersamaan satu sama lain ketika memiliki waktu untuk bersama.
4. Mama sudah mendisiplinkan anak dengan keras sebelumnya
Jika Mama memberikan beberapa disiplin yang cukup keras sebelumnya, ini tak berarti Mama tidak mendisiplinkan anak sekarang. Sangat penting untuk menerapkan disiplin dengan konsisiten.
Menerapkan disiplin yang tidak konsisten dapat membingungkan anak-anak, dan menyebabkan peningkatan masalah perilaku, termasuk anak berusaha mencoba-coba apakah perilaku buruknya saat ini dibiarkan atau tidak.
Jadi, meskipun Mama sedikit ekstra keras kemarin, tunjukkan pada anak bahwa Mama masih akan menegakkan aturannya hingga hari ini dan seterusnya.
Editors' Pick
5. Menganggap anak-anak adalah tetap anak-anak
Merasa tak asing Ma dengan alasan yang satu ini? Membiarkan anak melakukan perilaku buruk karena menganggapnya perilaku buruk yang normal dilakukan di usia anak-anak.
Yup, tentu saja ada yang namanya perilaku buruk yang normal. Namun, penting untuk membedakan antara masalah perilaku anak normal dan tidak normal atau sudah melanggar batas.
Membiarkan anak-anak lolos dari perilaku buruk dengan menyebutnya sebagai "perilaku normal" dapat merugikan. Terlebih lagi jika Mama terlalu sering membiarkan anak melanggar aturan.
Sejak usia dini, anak-anak tetap perlu belajar bagaimana membuat pilihan yang lebih sehat dan tepat, sehingga ia dapat bertumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
6. Mama tidak ingin anak kesal
Terkadang jika melihat anak sedang bersenang-senang, Mama tak ingin membuatnya kesal atau tantrum dengan menyuruhnya untuk tidur, bukan?
Namun, mengajar anak-anak untuk mengatasi perasaan negatif adalah salah satu keterampilan hidup yang harus diajarkan oleh orangtua.
Anak akan merasa dirugikan jika Mama tidak membantunya belajar untuk mengatur emosinya. Jadi, ketika anak melakukan kesalahan, tetap tindak lanjuti dengan konsekuensi. Kemudian bantu anak mempelajari keterampilan mengatur emosi saat ia kesal.
7. Mama terlalu lelah untuk mendisiplinkan anak
Akan ada hari-hari di mana orangtua merasa terlalu lelah atau terkuras energinya untuk memberikan satu lagi pelajaran pada anak. Namun, sekali lagi penting untuk mengumpulkan energi dan menawarkan disiplin yang konsisten.
Luangkan waktu dan energi ekstra untuk mengatasi masalah perilaku anak sekarang, dan itu akan mengurangi upaya yang diperlukan di kemudian hari. Pikirkan energi yang Mama keluarkan saat ini sebagai investasi yang akan terbayar nanti.
8. Menganggap anak tidak akan mendengarkan perkataan Mama
Kurangnya kepercayaan diri dalam mengasuh anak dapat mencegah orangtua untuk turun tangan setiap anak mengalami masalah perilaku. Beberapa orangtua yang kurang percaya diri, takut anak mereka akan melawan atau tidak mau mendengarkan ketika hak istimewa diambil.
Jika konsekuensinya tidak efektif, periksalah alasan mengapa cara pendisiplinan Mama tidak berhasil. Menghindari disiplin hanya akan memperburuk masalah, dan penting bagi Mama untuk memperoleh keterampilan mengasuh anak dengan percaya diri untuk mendisiplinkan secara efektif.
9. Takut anak akan menganggap Mama sebagai orang yang jahat
Salah satu kesalahan pengasuhan terbesar adalah hanya melihat jangka pendek. Dalam jangka pendek, anak mungkin berpikir Mama kejam karena mengambil mainannya atau tidak membiarkannya bermain di luar.
Namun, dalam jangka panjang, ini adalah hal terbaik bagi anak dan penting untuk membantunya belajar. Terkadang, ketika anak marah kepada Mama saat didisiplinkan, itu berarti Mama telah melakukan tanggung jawab mendidik anak dengan baik.
10. Pasangan selalu membiarkan anak lolos dari masalah perilaku
Jika pasangan selalu membiarkan anak lolos dari masalah perilaku, kemungkinan Mama akan merasa seperti orangtua yang jahat ketika menetapkan aturan dan saat mendisiplinkan anak.
Ketika ini terjadi, pelajari cara mendisiplinkan bersama dengan pasangan sehingga anak tidak melihat salah satu dari orangtuanya sebagai "orang jahat".
Tetapkan aturan rumah tangga dan bekerja sama untuk menegakkan aturan ini secara konsisten.
Perilaku anak kemungkinan besar akan berkembang dengan baik, ketika Mama dan pasangan menunjukkan kekompakkan dalam menegakkan aturan.
Nah itulah beberapa alasan yang menghalangi Mama saat mendisiplinkan anak.
Walaupun sulit untuk konsisten saat mendisiplinkan anak, ketahuilah bahwa mendisiplinkan dapat membimbing seorang anak untuk berperilaku baik tak hanya di masa ini, namun juga di masa depan.
Baca juga:
- 5 Cara Efektif Mendisiplinkan Anak dengan Melatih Emosinya
- Mendisiplinkan Anak vs. Menghukum, Kenali Perbedaannya Yuk!
- 7 Teknik Mendisiplinkan Anak dengan Memberi Batasan