Apakah Anak Hiperaktif Itu Normal? Begini Penjelasannya!
Ayo, simak penjelasan tentang anak hiperaktif biar Mama jadi semakin paham
14 Juli 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seiring berjalannya waktu, anak tentu akan bertumbuh besar. Pada masa perkembangan anak, si Kecil bisa saja menjadi lebih aktif dalam melakukan kegiatannya.
Tak jarang, anak saat melakukan kegiatannya tampak seperti memiliki energi yang tidak habis-habisnya. Hal itulah yang membuat dia terlihat seperti anak hiperaktif.
Namun, tak sedikit orangtua yang mengkhawatirkan anaknya menjadi hiperaktif.
Kini yang menjadi pertanyaan bagi para orangtua, apakah anak hiperaktif itu normal? Nah, rangkuman penjelasan lebih lengkap tentang anak hiperaktif sudah Popmama.com siapkan dalam artikel kali ini.
Yuk, disimak!
Anak Hiperaktif: Penjelasan, Penyebab, Perbedaan dengan ADHD, dan Cara Menghadapinya
Editors' Pick
Apakah Anak Hiperaktif Itu Normal?
Bila melihat si Kecil tampak hiperaktif, maka sebaiknya jangan khawatir dulu. Menurut situs Web MD, kondisi anak hiperaktif merupakan hal yang wajar saja terjadi pada anak-anak karena mereka memiliki banyak energi untuk melakukan apa pun.
Mama perlu tahu, anak-anak di usia masa prasekolah seperti 4-5 tahun memang bisa sangat aktif. Di usia itu, mereka sering aktif melakukan berbagai kegiatan dengan berpindah-pindah secara cepat.
Akan tetapi, jika perilaku hiperaktif anak menimbulkan masalah di rumah atau dalam hubungan pertemanan dengan anak sebaya lainnya, maka Mama bisa segera mengonsultasikannya kepada dokter anak untuk mengetahui penyebabnya.
Penyebab Anak Bisa Hiperaktif
Kondisi anak yang hiperaktif ternyata bisa disebabkan oleh beberapa hal.
Anak bisa jadi hiperaktif karena dirinya memiliki rasa ingin tahu yang lebih terhadap hal yang baru, berkilau, hingga menarik perhatian mereka. Sebenarnya, mereka ingin mengenal lingkungan baru di sekitarnya yang sebelumnya tak pernah ditemui.
Selain itu, anak bisa menjadi hiperaktif karena mereka kurang tidur. Saat seorang anak tak cukup istirahat, tubuhnya akan merespons dengan memproduksi lebih banyak kortisol dan adrenalin agar mereka tetap terjaga. Hasilnya, mereka akan memiliki banyak energi.
Anak yang hiperaktif juga bisa disebabkan karena masalah kesehatan fisik. Misalnya, tiroid yang terlalu aktif bisa menyebabkan berbagai gejala, termasuk kecemasan dan hiperaktivitas. Ada pula masalah genetika lain yang menyebabkan peningkatan aktivitas pada anak.
Apa Bedanya Hiperaktif dengan ADHD?
Mungkin sebagian dari Mama memahami bahwa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) sama dengan perilaku hiperaktif.
Meski hiperaktif adalah salah satu gejala utama ADHD, ternyata anak dengan hiperaktif tidak selalu mengidap ADHD. Dengan kata lain, ada beberapa perbedaan di antara ADHD dengan hiperaktif.
Dikutip dari situs Very Well Mind, anak yang tidak bisa duduk diam, impulsif, kesulitan mengendalikan emosi, hingga sulit memperhatikan merupakan tanda dari ADHD.
Sebaliknya, jika mereka mampu mengendalikan dorongan dan emosi, mampu memperhatikan, memiliki kegelisahan, dan tampak selalu sibuk, bisa jadi anak hanya individu yang energik atau hiperaktif dalam batas wajar dan tak terpengaruh ADHD.
Cara Menghadapi Anak yang Hiperaktif
Menghadapi anak yang hiperaktif memang bisa dibilang tidak mudah dan terkadang dapat melelahkan. Terlepas dari itu, Mama tetap bisa melakukan berbagai cara untuk menghadapi si Kecil yang hiperaktif.
Pertama, Mama bisa membicarakan secara langsung secara tenang dan perlahan tentang batasan. Di sini, Mama memberitahu mereka bahwa ada waktunya bagi dia bisa lebih aktif daripada yang lain. Secara tak langsung, ini mengajarkan dia untuk hidup terorganisir.
Selain itu, Mama bisa memberikan kesempatan dan kebebasan untuk bermain jika memang sudah waktunya tiba. Dengan cara ini, mereka akan terlibat dalam aktivitas yang bisa menarik minat mereka dan menghabiskan lebih banyak waktu dan energi untuk bermain.
Kemudian, kamu bisa mendorong anak pada aktivitas fisik, seperti berlari dan melompat dengan lompat tali dan memanjat pohon. Perlu Mama ketahui, melakukan aktivitas semacam ini bisa membantu si Kecil fokus pada kegiatannya dan membakar energi berlebih mereka.
Sementara untuk transisi dari kegiatannya menuju waktu istirahat, Mama juga perlu melakukan langkah yang tepat. Perlu diketahui, anak hiperaktif bisa mengalami kesulitan untuk berpindah dari tingkat energi yang tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah.
Sebagai saran agar transisinya dapat berjalan smooth, kamu bisa menggunakan beberapa aktivitas menenangkan, seperti mengajak anak untuk berayun dengan menggunakan kursi goyang dan ayunkan secara perlahan.
Selain itu, Mama bisa memutarkan lagu anak dengan irama lembut dan pelan. Kemudian, Mama juga bisa meredupkan lampu saat melakukan aktivitas ini. Terkadang, meredupkan lampu bisa membantu untuk menenangkan anak, lho.
Jadi, itulah rangkuman informasi yang bisa menjawab pertanyaan Mama seputar anak yang hiperaktif. Lewat informasi di atas, ada banyak hal yang bisa kamu ketahui lebih dekat soal anak hiperaktif.
Terlepas dari informasi di atas, penting bagi Mama untuk tak self diagnose terhadap si Kecil. Jika kamu merasa anak lebih hiperaktif dari biasanya, maka bisa segera langsung menghubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Semoga informasi di atas bermanfaat!
Baca juga:
- Tetap Sabar, Ini 5 Cara Bijak Menghadapi Anak yang Hiperaktif
- Untuk Orangtua, Ini Dia 5 Tips Mengasuh Anak yang Hiperaktif
- Cara Mengatasi Anak 4-5 Tahun yang Hiperaktif