11 Dongeng Anak sebelum Tidur yang Lucu Panjang
Sebelum si Kecil tidur, Mama bisa membacakannya berbagai cerita dongeng yang lucu panjang ini
8 Desember 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membacakan dongeng kepada anak memang menjadi kegiatan sebelum tidur yang banyak dilakukan oleh para orangtua. Dengan membacakan dongeng anak sebelum tidur, Mama bisa merangsang imajinasi dan membuat mereka dapat bermimpi indah selama tidur.
Menariknya, saat ini sudah ada banyak dongeng anak sebelum tidur yang bisa dibacakan kepada anak. Mama sendiri bisa memilih dongeng yang pas untuk dibacakan kepada anak.
Dalam artikel kali ini, Popmama.com akan memberikan berbagai pilihan dongeng anak sebelum tidur yang lucu panjang untuk dibacakan kepada si Kecil.
Yuk, disimak!
Kumpulan Dongeng Anak sebelum Tidur yang Lucu Panjang
1. Si Kabayan
Pada suatu hari, ada seorang laki-laki bernama Kabayan. Dia terkenal sebagai orang yang pemalas, tetapi banyak akalnya. Kabayan telah menikah dengan perempuan bernama Nyi Iteung. Mereka tinggal bersama di rumah orangtua Nyi Iteung.
Nah, mertua si Kabayan ini sering kali merasa kesal dengan sifat malas yang dimiliki Kabayan. Namun, apa boleh buat? Nyi Iteung ternyata mencintai si Kabayan. Itulah yang membuat sang mertua harus belajar menerima Kabayan.
Suatu ketika, Kabayan diminta mertuanya untuk mengambil siput-siput yang ada di sawah. Dengan berat hati, Kabayan mengiyakan permintaan mertuanya dan pergi ke sawah. Setibanya di sana, dia malas dan hanya duduk-duduk saja.
Di sisi lain, sang mertua merasa kalau Kabayan sudah pergi cukup lama dari rumah. Dia pun merasa bingung kenapa menantunya tidak kunjung ke rumah. Mertua Kabayan akhirnya memutuskan untuk datang ke sawah menghampiri Kabayan.
Sesampainya di sana, sang mertua terkejut dan geram bukan main karena melihat Kabayan hanya duduk dan bersantai saja di sana.
"Kabayan! Kenapa kamu hanya duduk di sini? Sana, turun ke sawah dan ambil siput-siput itu!" kata mertua dengan kesal.
Kabayan sendiri tak mau mengambil siput dan memberikan alasan kepada mertuanya. Menurut Kabayan, sawah itu sangat dalam, sehingga dia tidak berani untuk turun. Dia merasa akan tenggelam dan tak terselamatkan jika turun.
Tiba-tiba, bruk! Sang mertua mendorong tubuh Kabayan hingga jatuh ke sawah. Dia akhirnya sadar kalau sawah itu sangat dangkal. Alhasil, Kabayan hanya tersenyum dan tertawa kecil dengan wajah tak bersalah.
Kabayan akhirnya mengambil siput yang diminta mertuanya. Saat hari mulai gelap, mereka akhirnya kembali ke rumah bersama.
Keesokan harinya, Kabayan diminta bantuan lagi oleh mertuanya. Kali ini, Kabayan diminta untuk memetik buah yang sudah matang. Lagi-lagi, Kabayan malas menuruti mertuanya. Namun, dia akhirnya berangkat menuju pohon nangka di pinggir sungai.
Setibanya di tempat itu, Kabayan berusaha mengambil satu buah nangka yang sudah tua dan besar. Namun, Kabayan tak kuat mengangkat buah itu sendirian.
Aha! Kabayan langsung mendapatkan ide. Dia memilih menghanyutkan buah nangka itu di air sungai dengan harapan buah itu bisa sampai ke rumah sendiri. Dengan begitu, dia tak perlu repot-repot untuk membawanya ke rumah.
"Pulang duluan, ya. 'Kan sudah besar," kata Kabayan kepada nangka itu.
Sesampainya Kabayan di rumah, alangkah bingungnya sang mertua dengannya. Pasalnya, Kabayan terlihat pulang ke rumah dengan tangan hampa. Lantaran merasa bingung, mertuanya pun lantas bertanya ke mana perginya buah yang diinginkannya itu.
"Lho, belum datang ya? Padahal tadi aku sudah memintanya untuk berjalan duluan ke rumah. Ternyata buah nangka itu belum sampai juga," kata Kabayan.
Merasa masih bingung dengan penjelasan Kabayan, mertuanya meminta Kabayan untuk kembali menjelaskan ke mana perginya nangka itu.
"Jadi, tadi aku sudah memetik nangkanya, tetapi karena terlalu berat, aku menghanyutkannya di sungai agar pulang sendiri," kata Kabayan.
"Kamu jangan bercanda! Tidak ada ceritanya, nangka bisa pulang sendiri!" ucap mertua kesal.
"Hah? Yang bodoh itu nangka. Sudah tua, masa nggak tahu jalan pulang," sahut Kabayan sembari pergi.
2. Si Kancil dan Buaya
Di sebuah hutan belantara yang luas, tinggalah beragam satwa. Salah satu di antaranya hiduplah seekor kancil yang dikenal memiliki kecerdikan yang luar biasa. Tak hanya cerdik, kancil juga dikenal sebagai satwa yang ramah.
Suatu hari setelah berjalan-jalan, si Kancil mulai berasa lapar. Dia pun memutuskan untuk menepi dan memakan rumput yang ada di sekitarnya. Namun, rumput itu ternyata tak cukup membuat Kancil merasa kenyang.
Kancil lalu pergi mendekati tepi sungai untuk menghilangkan dahaga setelah berjalan-jalan dan makan tadi. Tiba-tiba, Kancil setelah puas minum air sungai dia lalu memandangi pohon menarik yang ada di seberang sungai.
Derasnya aliran sungai tak memungkinkannya untuk menyebrangi sungai itu. Dia kemudian mencari cara agar bisa menyebrangi sungai tanpa bahaya. Singkat cerita, dia mendapatkan ide untuk menyebrangi sungai itu.
Dia pun memutuskan untuk mengelabui buaya-buaya yang ada di sungai itu.
"Hei Kancil! Ada apa kamu ke sungai? Apa kamu mau menjadi santapan kami?," ujar Buaya kepada Kancil.
"Aku mempunyai berita baik untuk kalian semua, aku membawa daging segar dari raja dan diperintahkan untuk menghitung jumlah buaya yang ada di sungai. Kalian cukup berjajar di sungai dan nanti akan aku hitung," kata Kancil.
Merasa senang mendengar kabar itu, buaya-buaya tadi lalu menyanggupi permintaan kancil dan berjejer di sungai hingga membentuk jembatan.
"Sudah siap!" kata para buaya dengan bersemangat.
Kancil lalu dengan girang melompati para buaya dan berpura-pura menghitung mereka yang sudah berjejer membentuk jembatan. Setelah tiba di ujung, Kancil melompat ke tepi sungai.
"Terima kasih para buaya. Berkat kalian, aku jadi bisa menyebrangi sungai ini," kata Kancil.
Setelah berkata demikian, Kancil langsung berlari kencang meninggalkan buaya yang marah padanya. Kancil lalu dengan bebas memakan buah-buahan yang ada di sebrang sungai untuk menghilangkan rasa laparnya.
3. Kancil dan Pak Tani
Suatu hari, ada Kancil yang sedang berjalan jauh sampai ke pinggir hutan. Tanpa dia sadari, Kancil sudah memasuki ladang mentimun. Saat itu, Kancil tampak tergoda dan tak bisa menahan keinginannya untuk mencicipi mentimun itu.
"Aku hanya ingin memakan beberapa buah saja kok, buah mentimun itu sungguh lezat dan terasa segar," gumam Kancil sambil memakan buah mentimun.
Saking asiknya menyantap mentimun, tanpa Kancil sadari dia sudah menghabiskan banyak sekali mentimun. Ternyata, tindakan Kancil yang memakan mentimun membuat Pak Tani menjadi marah.
"Kenapa kebunku jadi berantakan dan mentimunku habis tidak tersisa?! Siapa yang telah berbuat seperti ini?" tanya Pak Tani dengan penuh amarah.
Hari berikutnya, Kancil datang kembali ke ladang itu dengan maksud ingin meminta maaf kepada Pak Tani. Setibanya di sana, dia mengira orang-orangan sawah itu adalah Pak Tani. Akan tetapi, dia justru terjebak pada jebakan orang-orangan sawah yang disiapkan Pak Tani.
"Tolong… Tolong… Siapa pun tolong lepaskan aku," teriak Kancil meminta pertolongan sambil berusaha melepaskan dirinya.
Lalu, Pak Tani datang dan menangkap Kancil. Dia membawa Kancil pulang ke rumah dan mengurungnya. Hal itu dilakukan karena Pak Tani tak ingin ladang mentimunnya hancur kembali karena ulah si Kancil.
"Hei Kancil, kau akan kukurung di sini sampai panen mentimunku selesai. Aku tidak ingin kamu mencuri semua mentimunku lagi," kata Pak Tani.
Tak hilang akal, Kancil yang terjebak langsung memutar otaknya untuk mencari jalan keluar agar dia bisa bebas dari kurungan itu. Aha! Kancil lalu memiliki ide untuk mengelabui Anjing penjaga milik Pak Tani.
"Sobat, tahukah kamu mengapa aku dikurung di sini?" tanya Kancil.
"Itu karena kau sudah mencuri mentimun Pak Tani," jawab si Anjing.
"Kamu salah. Sebenarnya Pak Tani tengah mengadakan pesta dan di sana ada banyak sekali daging panggang. Apakah kamu mau?" tanya Kancil lagi.
Namun, Anjing penjaga merasa tergoda dan masuk jebakan si Kancil. Anjing itu mengira kalau Pak Tani benar-benar sedang mengadakan pesta. Kancil lalu berusaha membujuk Anjing untuk keluar dari kurungan itu.
"Sayangnya Pak Tani tidak mengajakmu. Jika kamu mau, kamu boleh menggantikan tempatku sebab aku tidak suka daging," ucap Kancil.
Anjing milik Pak Tani ternyata terpedaya oleh bujukan si Kancil. Anjing itu lalu membuka kandang dan mempersilakan Kancil keluar dan dia masuk ke dalam kandang menggantikan Kancil. Saat Anjing itu di dalam, si Kancil segera mengunci pintu kandang itu.
"Maafkan aku kawan. Aku telah berbohong kepadamu, sampaikan juga maafku pada Pak Tani, ya!" kata Kancil.
"Apa?! Kau telah menipuku!" balas si Anjing dengan penuh kesal.
Kancil lalu pergi dari rumah Pak Tani dan meninggalkan Anjing itu yang terus menggonggong dengan galak di dalam kandang.
4. Tresalong, Trenggiling Sang Penolong
Alkisah di sebuah padang sabana, hiduplah seekor trenggiling. Trenggiling itu dikenal dengan nama Tresalong. Dia sendiri merupakan trenggiling yang suka menolong hewan lain.
Suatu hari, seekor harimau datang ke padang sabana itu. Dia membuat takut semua hewan. Kelinci, Tupai, dan Tresalong yang sedang bermain bahkan ikut takut melihat kedatangan Harimau itu. Ketiganya lalu bersembunyi di semak-semak.
"Jangan berisik!" ujar Tupai sambil memperhatikan Harimau yang mulai mendekat.
Tubuh Kelinci pun semakin gemetar ketakutan melihat langkah Harimau yang semakin dekat. Gerakan Kelinci yang tak bisa ditahan pun membuat tempat persembunyian mereka jadi bergoyang-goyang. Alhasil, melihat itu membuat Harimau semakin mendekat.
"Hei! Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Harimau.
"Tidak, kamu tidak sedang melakukan apa-apa," sahut si Tupai.
"Baiklah, aku lapar! Aku butuh daging segar. Apakah kalian bisa memberikan makanan yang aku butuhkan?" kata Harimau kepada mereka.
Kelinci dan Tupai semakin ketakutan saat mendengar itu. Mereka hanya pasrah dengan nasib hidupnya. Tak ada langkah lain yang bisa mereka ambil, kecuali menanti Harimau mencabik habis tubuh mereka dan menyantapnya.
Tresalong sadar bahwa kedua temannya ketakutan. Dia akhirnya mencoba berbicara kepada Harimau yang sedang lapar itu.
"Harimau, dagingku sangat lezat. Aku mau memberikan dagingku kepadamu asalkan kamu mau melepaskan dua temanku untuk pergi dari sini," kata Tresalong.
"Apa kamu rela dagingmu aku makan?" sahut Harimau.
"Aku rela asalkan dua temanku diizinkan pulang menyampaikan kematian kepada orangtuaku," kata Tresalong.
"Baiklah, kalau hanya itu maumu," ujar Harimau.
Dua teman Tresalong, si Kelinci dan si Tupai akhirnya diperbolehkan pergi menyampaikan keinginan Tresalong. Dengan berat hati, mereka pergi meninggalkan Tresalong dengan Harimau. Setelah dirasa cukup jauh, Tresalong segera meminta Harimau mencicipi dagingnya.
Harimau yang sudah sangat lapar tak mau menunggu lama. Dia lalu mendekat dan menyergap Tresalong. Namun, Tresalong seketika menggulingkan tubuhnya.
Harimau pun sadar kalau Tresalong dapat menggulingkan tubuhnya dengan balutan sisik keras dan membuat Harimau kesusahan untuk memakannya.
Berulang kali Harimau mencoba menggigit tubuh Tresalong. Namun, usahanya sia-sia saja. Pasalnya, Harimau justru mendapatkan rasa sakit pada taringnya karena berulang kali menggigit kerasnya sisik Tresalong.
Harimau pun menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Tresalong. Dia pergi dengan perut keroncongan karena tak mendapatkan santapan yang dia inginkan.
Sementara itu, Tresalong justru bahagia karena berhasil menyelamatkan kedua temannya dari buruan Harimau. Saat Tresalong pulang, semua teman dan keluarganya menyambut dengan penuh haru.
Editors' Pick
5. Kisah Si Kancil dan Siput
Di suatu hari yang cerah, ada seekor Kancil yang terkenal sangat licik di dalam hutan. Saat itu, si Kancil sedang bersantai di bawah pohon besar.
Dia pun menikmati waktu santainya dan terbawa suasana hembusan angin sepoi-sepoi sampai dia mengantuk. Untuk menghilangkan kantuknya, dia memutuskan untuk berjalan-jalan menelusuri hutan.
Sambil berjalan, Kancil dengan bangga membusungkan dadanya lalu berkata,
"Siapa di hutan ini yang tidak mengenalku? Si pintar, si cerdik yang banyak akal. Setiap masalah pasti dapat aku selesaikan dengan mudah."
Setelah berjalan cukup jauh, Kancil sampai di tepi sungai dan dia segera minum air di aliran sungai itu untuk menghilangkan hausnya. Tak hanya itu saja, Kancil bahkan terus mengatakan kata-kata yang berisi pujian untuk dirinya sendiri.
Tanpa dia sadari, Kancil ternyata sedang diperhatikan si Siput yang sedang duduk di balik sebuah batu besar di pinggiran sungai. Selain memperhatikan, Siput juga mendengar ucapan Kancil.
"Hei Kancil, asyik sekali kau ku lihat berbicara sendiri, ada apa? Apa kamu sedang bergembira," tanya Siput.
Kancil pun mendengar suara Siput. Setelah mengetahui dari mana suara itu, Kancil lalu menjawab Siput dengan ucapan bernada hinaan.
Betapa terkejutnya Siput dengan jawaban Kancil. Jawaban itu ternyata turut membuat Siput marah dan menantang Kancil untuk berlomba adu lari. Mendengar tantangan itu, Kancil menerimanya karena tahu kalau Siput tak akan mampu mengalahkannya.
Lomba itu akhirnya digelar esok hari. Namun, si Siput sadar bahwa dia tak mampu mengalahkan Kancil sendirian. Dia akhirnya meminta bantuan teman-temannya untuk mengelabui si Kancil di hari perlombaan.
Semua teman si Siput kemudian bersembunyi di jalur lomba yang akan mereka lalui. Mereka harus muncul saat mendengar suara si Kancil dari kejauhan, sehingga Kancil mengira Siput akan selalu berada di depannya.
Saat lomba dimulai, Kancil dengan angkuh langsung berlari dengan sangat cepat. Dia bahkan tertawa sambil berkata,
"Ha-ha-ha-ha-ha selamat tinggal Siput lelet, aku tunggu kau di garis finish nanti."
Setelah berlari meninggalkan Siput cukup jauh, Kancil justru malah terkejut saat melihat di depannya ada Siput yang sedang berjalan dengan santai. Dia mengira itu adalah si Siput yang sudah ia tinggalkan. Padahal, itu adalah teman dari si Siput untuk mengelabui Kancil.
Dengan cepat, Kancil lalu melewati siput tersebut. Kejadian itu terus berulang sampai akhirnya membuat Kancil kewalahan dan kelelahan karena Siput selalu berada beberapa langkah di depan Kancil.
Saat si Kancil hampir sampai di garis finish, Siput ternyata sudah mendekati garis finish lebih dulu. Si Kancil terkejut dan berpikir mengapa Siput itu dapat berada di depannya dan sampai ke garis finish. Padahal, Kancil sudah meninggalkan Siput di belakang.
Si Kancil jelas tidak menerima kekalahannya. Dia bahkan terheran-heran karena masih belum dapat percaya kalau dirinya berhasil dikalahkan oleh hewan yang sering ia ejek sebagai "kecil dan lelet" itu.
"Sudahlah Kancil, tidak usah sedih. Aku tidak ingin hadiah apa-apa dari kamu. Aku hanya ingin kau tahu, janganlah menjadi sombong dengan kelebihan yang kau miliki. Semua makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi, jangan suka menghina dan menyepelekan makhluk hidup lainnya," kata Siput kepada Kancil.
Siput lalu pergi menyelam ke dalam sungai dan tinggalah Kanci yang menyesal dan malu karena sudah kalah dalam lomba tersebut. Sejak itu, Kancil berjanji tak akan menganggap remeh makhluk hidup lainnya.
6. Pertandingan Binatang Kecil dan Binatang Besar
Pada suatu hari, ada sebuah perlombaan sepak bola yang diadakan di tengah hutan. Dalam pertandingan itu, ada dua kubu yang bertanding, yaitu binatang yang berukuran kecil melawan binatang berukuran besar.
Babak pertama pun dimulai. Pada babak itu, pertandingan justru dimenangkan oleh para binatang dari kelompok berukuran besar. Tentu saja, hasil tersebut membuat binatang besar merasa senang.
Namun, hasil pertandingan babak kedua justru berbalik. Hasilnya, kelompok binatang berukuran kecil memenangkan pertandingan sepak bola. Menariknya, si Kaki Seribu menjadi pahlawan dari pertandingan itu.
Akhirnya, kelompok binatang berukuran besar memenangkan pertandingan sampai pada babak terakhir dimainkan. Kejadian itu ternyata membuat seluruh binatang menjadi bertanya-tanya.
Menariknya, Kaki Seribu ternyata tidak ada dalam pertandingan babak pertama yang dimenangkan oleh binatang besar tadi. Tupai pun bertanya kepada Kaki Seribu soal ketidakhadirannya pada babak itu.
"Di babak pertama, kau ke mana saja? Kok tidak ikut pertandingan?" tanya Tupai dengan rasa penasaran.
"Maaf saya terlambat. Saya sudah bangun sangat pagi, tapi tetap saja waktunya kurang. Saya harus memasang sepatu di kaki-kai saya yang jumlahnya sangat banyak," sahut Kaki Seribu.
Mendengar jawaban dari Kaki Seribu hanya mampu membuat si Tupai tersenyum saja.
7. Si Kancil dan Serigala
Suatu hari, ada seekor serigala yang sedang asik beristirahat bahkan sampai tertidur di tepi sungai. Tiba-tiba, ada suara ranting patah hingga membuat si Serigala jadi terbangun. Mendengar itu, Serigala langsung mencari asal suara tersebut.
Suara itu berasal dari ranting pohon yang jatuh karena tak sengaja terinjak Kancil. Serigala yang kebetulan sedang merasa lapar kemudian menghampiri Kancil secara perlahan. Kancil yang sadar dirinya didekati Serigala kemudian melarikan diri dan bersembunyi.
Namun, si Kancil justru merasa kelelahan sampai akhirnya Serigala dapat menyusulnya. Merasa dalam bahaya, Kancil langsung mendapatkan ide untuk meloloskan dirinya dari kejaran Serigala.
"Ada apa Serigala? Sudah lama kita tidak bertemu," sapa Kancil kepada Serigala dengan santai.
Sambil berseru menyombongkan diri di hadapan si Kancil, Serigala berkata seperti ini,
"Sudah lama aku mencarimu ke sana-kemari. Sekarang, jangan banyak bicara. Hari ini, kamu akan menjadi santapanku! Aku adalah raja hutan! Siapa saja harus tunduk!"
Membalas perkataan Serigala, Kancil mengatakan bahwa sebelumnya dia sudah bertemu dengan serigala lain yang gagah dan mengaku sebagai raja hutan. Kancil bahkan berkata kalau serigala lain itu juga ingin memangsanya.
"Jika kamu ingin memangsaku, sebaiknya kamu mengalahkannya karena dagingku terlalu sedikit untuk dibagi dua," kata si Kancil.
Setelah bertanya kepada Kancil tentang serigala mana yang mengaku sebagai raja hutan, si Serigala dibawa Kancil menuju sumur tua di tengah hutan. Serigala lalu mendekati lubang sumur itu dan saat menengok ke bawah, dia terkejut melihat ada serigala di dalam sumur.
Sesudah mendengar ada auman yang lebih keras darinya di dalam sumur, Serigala tanpa berpikir panjang langsung melompat. Akan tetapi, Serigala tak menemukan adanya serigala lain di sumur itu. Dia akhirnya sadar kalau telah ditipu si Kancil.
8. Kancil dan Kerbau Bermain Petak Umpet
Suatu hari, ada seekor Kancil yang bertemu dengan si Kerbau. Kancil lalu mengajak Kerbau untuk bermain petak umpet.
"Hai Kerbau, apa kabarmu?" sapa Kancil kepada Kerbau
"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" jawab si Kerbau.
"Aku juga baik-baik saja. Bagaimana kalau pertemuan ini kita rayakan dengan sebuah permainan petak umpet?" tanya Kancil.
"Ya… Kalau aku setuju saja," sahut Kerbau.
"Kau akan pasti kalah karena badanmu lebih besar dari badanku," ucap Kancil dengan sombong.
"Ayo kita lihat saja nanti. Sekarang kamu yang lebih dulu untuk bersembunyi," kata Kerbau.
Kancil pun mulai mencari tempat persembunyian. Setelah berlari-lari, sampailah Kancil di bawah sebatang pohon. Dia lalu mengendap-endapkan dirinya. Daun pada pohon itu pun berguguran hingga menutupi badan Kancil.
Kerbau lalu mulai mencari si Kancil.
"Hai Kancil, di mana kau?" sambil mencari ke sana ke mari.
Namun, si Kancil tak bisa ditemukan Kerbau. Si Kerbau lalu menginjak-injak rerumputan dan melompat-lompat. Tindakannya hampir saja membuat si Kancil terinjak oleh Kerbau. Sementara itu, si Kancil tetap tak bisa ditemukan Kerbau.
Si Kancil sudah tak sanggup lagi bersembunyi lebih lama. Dia akhirnya keluar dari tempat persembunyian dan melompat ke arah Kerbau.
"Kerbau, aku mengaku kalah. Aku tak sanggup lagi bertahan lebih lama. Kali ini, aku mengaku kalah. Sekarang, giliranmu untuk bersembunyi. Ayolah Kerbau, bersembunyilah," ucap Kancil.
Segera Kerbau bergegas meninggalkan Kancil dan mencari tempat persembunyian. Dia lalu menemukan gubuk yang terbakar. Kerbau lalu menelentangkan dirinya dengan meluruskan keempat kakinya ke arah atas.
Sementara itu, Kancil mulai mencari Kerbau dengan mengelilingi rerumputan, tetapi tak menemukan Kerbau. Namun, Kancil tiba-tiba melihat ada gubuk yang terbakar. Dia pun menghampiri gubuk itu dan mulai meraba tiang-tiang yang ada di sana.
"Tiang ini kok ada bulunya? Persis seperti kaki kerbau. Ah, barangkali tidak," kata Kancil dalam hati.
Kancil lalu meninggalkan gubuk itu dan masih saja terus mencari Kerbau. Akan tetapi, Kancil tak kunjung menemukan Kerbau. Dia lalu kembali lagi ke gubuk itu dan tetap saja tidak menemukan si Kerbau yang bersmbunyi.
"Kerbau… Kerbau… Kerbau… Keluarlah, kau. Aku mengaku kalah. Keluarlah. Aku tak mampu untuk mencarimu lagi," kata Kancil yang sudah merasa jenuh.
"Ha-ha-ha… Bagaimana Kancil? Siapa di antara kita yang menang?" ucap Kerbau yang keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri Kancil.
"Ya… Kerbau, aku merasa malu karena aku kalah darimu," kata Kancil.
Sejak saat itu, Kancil pun berjanji tidak akan lagi merasa sombong kepada si Kerbau.
9. Kisah Kelinci dan Singa
Zaman dahulu kala, hiduplah seekor singa buas di hutan. Singa itu setiap hari memakan banyak sekali hewan lainnya di hutan. Tindakan itu ternyata membuat seisi hewan di hutan merasa resah dan ketakutan padanya.
Akhirnya, para penghuni hutan mendatangi si Singa dan membuat perjanjian agar dia tidak memakan banyak hewan setiap hari. Perjanjian itu berisi persetujuan kalau Singa setuju tak akan membunuh banyak hewan sebagai buruannya. Akan tetapi, setiap hari harus ada satu hewan yang menjadi santapannya.
Suatu hari, giliran si Kelinci menjadi santapan Singa. Dia ternyata merupakan seekor kelinci yang pintar. Hari itu, si Kelinci sengaja datang terlambat, sehingga membuat Singa marah besar.
"Mengapa kamu datang terlambat? Aku sudah lapar!" Raung Singa dengan marah.
Kelinci itu memasang wajah ketakutan dan meminta maaf kepada Singa. Namun, Kelinci dengan cerdik ternyata sudah menyiapkan sebuah alasan dan rencana agar selamat dari santapan Singa.
"Maaf Singa, tadi aku harus bersembunyi dari Singa lain di dekat sungai. Dia adalah Raja Hutan ini!" jawab Kelinci sambil menundukkan kepalanya.
Singa itu merasa heran karena hanya dialah satu-satunya raja hutan tersebut.
"Tidak ada raja lain! Akulah si Raja Hutan ini!" seru Singa dengan sangat marah.
Akan tetapi, Kelinci tetap bersikeras kalau dia melihat ada Singa dengan badan yang lebih besar di tepian sungai. Seakan tak mau dikalahkan, si Singa langsung menyuruh Kelinci untuk menunjukkan tempat di mana singa lain itu berada.
Kelinci lalu mengantarkan Singa ke tepian sungai. Singa ternyata tak begitu pintar. Dia lalu mengira kalau bayangan dirinya di air sungai merupakan singa lain yang menjadi saingannya.
Tanpa pikir panjang, Singa langsung menerkam singa yang dilihatnya di air itu. Namun, apa yang dilihatnya ternyata adalah bayangannya dia sendiri. Alhasil, si Singa langsung tenggelam di dalam sungai itu.
Peristiwa itu membuat penghuni hutan bersorak-sorai. Mereka senang karena Singa kejam itu sudah tak lagi menjadi ancaman bagi mereka.
10. Ayam Jantan yang Cerdik dan Si Rubah yang Licik
Pada suatu sore, sinar matahari mulai meredup dan tenggelam. Kala itu, ada seekor ayam jantan yang terbang ke dahan untuk bertengger dan beristirahat.
Si Ayam Jantan pun mengepakkan sayapnya sebanyak tiga kali dan berkokok satu kali untuk mengabarkan kalau hari sudah mulai malam. Lalu, dia mulai menyelipkan kepalanya di bawah sayap dan bersiap untuk beristirahat.
Dari kejauhan, si Ayam Jantan melihat ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia melihat ada sepasang mata menyala, hidung panjang dan berbulu warna merah yang sudah mengawasinya sedari tadi.
"Oh, tidak! Itu si Rubah. Dia siap memangsaku," kata si Ayam Jantan sembari ketakutan.
Sementara itu, si Rubah yang kelaparan sedang berpikir sejenak untuk mencari cara agar si Ayam Jantan mau turun dari atas dahan pohon. Setelah itu, dia secara perlahan mendatangi si Ayam Jantan.
Betapa terkejut sekaligus curiga Ayam Jantan kala melihat kedatangan si Rubah dengan muka yang bersahabat.
"Ada apa kau datang kemari, Rubah?" tanya si Ayam Jantan.
"Hei, kau Ayam. Sudahkah kau mendengar bahwa ada berita yang sangat bagus?" ujar si Rubah.
"Kabar tentang apa itu, Rubah?" tanya si Ayam Jantan dengan tenang, meski dia merasa aneh dan sedikit gugup lantaran takut dengan Rubah.
"Kini, kita bersahabat. Teman, keluargamu dan keluargaku, dan semua binatang lainnya telah bersepakat untuk melupakab perbedaan. Mulai sekarang dan selamanya, kita semua hidup dalam perdamaian dan persahabatan. Coba kau pikir teman, tentang kabar bagus ini," kata Rubah.
"Aku sangat senang sekali dan ingin memelukmu, sahabat. Turunlah kau ke sini, teman, dan marilah kita rayakan kabar bagus ini dengan gembira," rayu si Rubah yang mulai melancarkan aksi liciknya.
"Wah, ini kabar yang sangat bagus sekali, Rubah. Aku sangat senang mendengar kabar ini," kata si Ayam Jantan.
Sambil berbicara, si Ayam Jantan menjinjitkan cekernya dan mulai menoleh ke kanan dan kiri. Tindakan itu dilakukannya seperti sedang melihat dan menantikan kedatangan sesuatu dari kejauhan.
"Kau sedang melihat apa, sahabatku? Mari sini peluk sahabat barumu ini, teman," tanya Rubah dengan perasaan sedikit gelisah dan cemas.
"Aku melihat ada sepasang anjing. Sepertinya mereka sedang menuju kemari. Mereka pun pasti telah mendengar kabar baik ini," jawab si Ayam Jantan.
Si Rubah sudah tampak ketakutan mendengar dari Ayam kalau ada sepasang anjing yang akan datang. Tanpa menunggu lama, si Rubah mulai kabur berlari.
"Hei sahabatku, tunggu. Kenapa kau lari? Sekarang anjing adalah sahabatmu juga," teriak si Ayam Jantan.
"Aku terlupa sesuatu, sahabatku. Aku masih mempunyai tugas yang sangat penting," jawab Rubah sambil terus berlari.
Akhirnya, si Ayam Jantan tertawa karena sudah berhasil memperdayai si Rubah yang licik. Dia pun melihat Rubah tengah berlari tunggang-langgang.
11. Keledai Berkulit Singa
Dahulu kala di sebuah hutan, hiduplah seekor keledai. Dia bukanlah keledai biasa. Dia adalah keledai yang ambisius, sangat, sangat ambisius. Namun, tak ada yang bisa menghentikannya.
Dia tetap ambisius seperti biasanya. Walau begitu, ambisinya terus saja berubah. Terkadang, dia ingin pergi ke Bulan untuk menolong kelinci, ada kalanya juga dia ingin menjadi seekor burung yang bisa terbang.
Sementara itu, Singa si raja hutan menghilang. Para hewan di hutan pun mulai kehilangan kesabaran. Di antara mereka, Rusa dan Zebra pun ketakutan kalau Singa tidak kembali. Pasalnya, mereka khawatir bahwa Harimau akan memangsa mereka.
"Tidak, jangan katakan itu. Jika sesuatu yang mengerikan telah terjadi pada raja kita, maka hidup kita juga dalam bahaya. Harimau pasti akan melahap salah satu dari kita," kata Rusa.
"Kita harus berdoa. Kita semua. Berdoa agar raja kita kembali. Kalau tidak, kita semua akan musnah!" seru Zebra.
Ketika sedang berjalan di hutan, si Keledai bertemu kulit raja Singa yang tergeletak di bawah pohon. Tanpa pikir panjang, si Keledai memakai kulit Singa itu untuk menghibur dirinya. Dia lalu berjalan-jalan.
"Ha-ha-ha. Aku tuan Singa, lihat aku! Raja hutan, lihat aku!" kata si Keledai.
Ketika Keledai itu berlari di sepanjang jalan dan melompat kegirangan dalam iramanya, dia tidak menyadari kalau ada beberapa hewan yang mengikuti dia dari belakang.
"Raja telah kembali! Raja telah kembali! Aku baru saja melihatnya berjalan dengan riang melintasi hutan ini," kata Kelinci.
"Itu dia!" kata Jerapah.
Mereka pun membungkuk ketika melihat si Keledai menggunakan kulit Singa. Keledai pun terkejut melihat dirinya diperlakukan seperti raja.
"Aku baru saja memutuskan untuk beristirahat. Tapi itu sudah terjadi. Sekarang, aku kembali dan sebagai raja kalian, tahap pertama yang akan aku lakukan adalah mengusir Harimau dari hutan. Aku datang untukmu, Harimau," kata Keledai yang berada di balik kulit Singa.
Mendengar percakapan itu, Rubah bergegas mendatangi Harimau dan berkata kalau Singa telah kembali. Rubah itu berkata kalau Singa akan datang menemui Harimau.
"Aku mendengar percakapan mereka. Dia tampak berbeda seperti lebih bertekad dari sebelumnya. Sebaiknya, kau lari, tuan, karena dia akan datang," kata Rubah kepada Singa.
Khawatir akan hidupnya, Harimau itu lalu bergegas melarikan diri dari hutan. Sementara itu, Rubah pun mengikuti Harimau yang pergi dari hutan tersebut.
Para hewan di hutan bergembira mendengar berita itu. Mereka bersorak dan tertawa memuji raja mereka. Keledai tentu amat senang saat melihat hewan-hewan memujinya seolah dia adalah Singa. Namun, si Keledai tidak bisa menjaga ekspresinya.
"Hi-haa hi-haa," teriak Keledai.
Mendengar itu, semua hewan terkejut. Mereka baru menyadari bahwa dia bukanlah raja Singa dan menyoraki Keledai sebagai penipu. Keledai itu segera melepaskan kulit Singa dan pergi.
Setelah jauh berlari, si Keledai bertemu dengan Monyet. Monyet itu menasihati Keledai agar dia berhenti bermimpi dan tetap menjadi diri sendiri. Keledai pun mengerti apa yang dinasihati Monyet dan sejak saat itu dia melepaskan ambisinya.
Nah, itu dia beberapa kumpulan dongeng anak sebelum tidur yang lucu panjang. Deretan dongeng di atas memiliki cerita yang menarik dan menghibur, sehingga cocok untuk menjadi bacaan cerita sebelum tidur.
Dari cerita di atas, mana yang lebih disukai si Kecil?
Baca juga: