Apa Itu Teori Piaget sebagai Konsep Perkembangan Kognitif
Salah satu konsep pembelajaran yang bisa Mama terapkan kepada anak
31 Maret 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama pasti ingin yang terbaik untuk pendidikan dan pengetahuan si Kecil. Tak hanya belajar secara teori melalui buku, anak juga bisa belajar melalui pembelajaran yang fokus pada pengalaman anak. Konsep pembelajaran seperti ini dapat dikenal sebagai teori Piaget.
Teori Piaget untuk perkembangan kognitif yang diajukan oleh Jean Piaget ini menjelaskan cara anak-anak berinteraksi dengan dan menginterpretasikan objek dan peristiwa di sekitar mereka.
Sebagai contoh, teori ini menjelaskan bagaimana anak-anak belajar tentang sifat dan fungsi objek seperti mainan, perabotan, dan makanan, serta objek sosial seperti diri sendiri, orang tua, dan teman-teman.
Apa saja lagi yang perlu diketahui mengenai teori ini? Berikut Popmama.com rangkum mengenai mengenal Teori Piaget sebagai konsep perkembangan kognitif. Disimak yuk, Ma!
1. Apa itu teori Piaget
Teori Piaget adalah teori pembelajaran yang didasarkan pada perkembangan anak, di mana mereka membangun struktur kognitif atau peta mental yang disebut dengan skema (jamak: skemata).
Dalam buku "Teori Belajar Dan Pembelajaran: Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Efektif" karya Dr. H. Muhammad Soleh Hapudin, MSi, konsep skema atau jaringan ini berguna untuk memahami dan merespons pengalaman fisik individu dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, terjadi dua proses utama, yaitu organisasi informasi dan adaptasi penerimaan informasi.
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik, penting untuk memberikan makna dan arti terhadap apa yang diajarkan, kemudian melalui tahap penyesuaian terhadap pengalaman sebelumnya.
Kemudian, konstruksi pengetahuan terjadi dengan memanfaatkan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik sebelumnya.
Dalam proses konstruksi pengetahuan, individu mengalami proses asimilasi dan akomodasi hingga mencapai tahap keseimbangan. Pembelajaran sendiri terdiri dari empat proses, yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi:
- Pertama, individu membentuk skema yang disesuaikan dan diubah sesuai dengan pengetahuan/informasi yang diperoleh dari lingkungan individu.
- Kedua, proses penggabungan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada. Tahap ini disebut asimilasi karena individu menggabungkan persepsi, konsep, dan pengalaman baru mereka.
- Ketiga, proses penyesuaian struktur kognitif dalam situasi baru akan membangun atau mengubah pemahaman yang sudah ada sebelumnya. Hal ini memungkinkan terjadinya perkembangan kognitif individu.
- Keempat, tahap keseimbangan mengatur diri secara mekanis untuk mencapai keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi pengetahuan.
Dengan demikian, konsep teori Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan proses pengolahan dan pembangunan pemahaman sendiri.
Editors' Pick
2. Tahapan perkembangan kognitif anak
Piaget mengungkapkan bahwa struktur kognitif anak akan berkembang seiring dengan pertambahan usia mereka.
Ini akan mempengaruhi proses pembelajaran yang mengikuti pola tahap perkembangan yang sesuai dengan usia anak.
Dalam buku "Biopsikologi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi" karya Dr. Hasanuddin, MSi, terdapat tahapan perkembangan kognitif anak sebagai berikut:
Tahap Sensori-Motor (Usia 0 hingga 2 tahun)
Pada tahap ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik dengan tindakan fisik. Penting untuk melakukan tindakan nyata daripada tindakan imajiner.
Tahap Pra-Operasional (Usia 2 hingga 7 tahun)
Anak mulai merepresentasikan dunia dengan menggunakan kata-kata dan gambar visual yang mereka temui. Penggunaan kata dan gambar menunjukkan peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan indra dengan lingkup fisik.
Tahap Konkret-Operasional (Usia 7 hingga 11 tahun)
Anak dapat berpikir secara logis tentang peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda di sekitar mereka ke dalam kategori yang berbeda. Namun, mereka masih memiliki keterbatasan dalam menyelesaikan masalah verbal yang bukan bersifat konkret.
Tahap Operasional Formal (Usia 11 tahun ke atas)
Pada tahap ini, remaja mampu berpikir secara lebih abstrak, logis, dan idealistik. Tahap ini mencakup sifat deduktif-hipotesis dan kemampuan berpikir kombinatoris. Anak pada tahap ini juga memiliki kemampuan problem-solving atau memecahkan masalah.