Gigitan nyamuk tidak hanya meninggalkan tanda gigitan pada kulit, tetapi juga dapat menyebabkan risiko terhadap penyakit seperti malaria dan chikungunya. Penyakit lain yang disebabkan oleh gigitan nyamuk adalah Japanese Encephalitis. Meskipun masih jarang terjadi, penyakit ini cukup sering ditemukan di negara-negara Asia, termasuk Indonesia.
Dengan kembali naiknya beberapa kasus anak yang terkena penyakit ini, Mama sebagai orangtua pastinya semakin dan harus waspada dengan kesehatan si Kecil yang bisa saja terjangkit penyakit menular ini.
Berikut Popmama.compaparkan informasi mengenai Japanese Encephalitis, penyakit berbahaya yang Mama harus waspadai. Disimak dengan penuh perhatian ya, Ma!
1. Penyebab Japanese Encephalitis
Freepik
Mengutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Japanese Encephalitis (JE) adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis virus (JEV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab utama radang otak di sebagian besar wilayah Asia dan Pasifik Barat, termasuk Indonesia.
Penyebaran virus sebenarnya terbatas pada nyamuk tertentu, yaitu nyamuk Culex, khususnya jenis Culex tritaeniorhynchus. Selain melalui nyamuk, virus juga dapat ditularkan melalui kontak dengan babi dan burung rawa.
Penyakit ini tidak terbatas hanya pada Jepang, meskipun memiliki nama "Japanese". Pada awalnya, penyakit ini ditemukan di Jepang pada tahun 1871 dan diberi nama "summer encephalitis". Namun, fakta yang ada menunjukkan bahwa kasus penyakit ini telah dilaporkan di 26 negara, termasuk Indonesia.
2. Gejala Japanese Encephalitis
Freepik/lifeforstock
Sebagian besar orang yang terinfeksi virus penyakit ini hanya akan mengalami gejala ringan atau mungkin bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Beberapa gejala awal yang biasanya muncul antara lain:
Demam
Sakit kepala
Menggigil
Mual dan muntah
Namun, terdapat risiko bahwa penyakit ini dapat menyebabkan gejala parah yang terkait dengan radang otak, yang dikenal sebagai encephalitis, seperti:
Kelemahan tubuh
Kebingungan
Kekakuan leher
Kejang
Kelumpuhan di beberapa bagian tubuh
Penurunan tingkat kesadaran, bahkan hingga koma.
Editors' Pick
3. Bahaya dari Japanese Encephalitis
Freepik
Mengutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dengan tingkat kematian sekitar 20-30% dan sekitar 30-50% pasien yang selamat mengalami gejala gangguan saraf yang berlangsung dalam jangka panjang.
Tingkat kematian ini cenderung lebih tinggi pada anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah 10 tahun. Jika pasien berhasil bertahan hidup, mereka sering mengalami gejala sisa (sekuele) seperti gangguan sistem motorik (motorik halus, kelumpuhan, gerakan yang tidak normal), gangguan perilaku (agresif, emosi tak terkontrol, gangguan perhatian, depresi), gangguan intelektual (retardasi), atau gangguan fungsi saraf lainnya (gangguan ingatan/memori, epilepsi, kebutaan).
4. Penularan Japanese Encephalitis
Freepik
Virus Japanese Encephalitis dapat ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi virus. Nyamuk golongan Culex ini banyak ditemukan di daerah persawahan dan area irigasi, dan biasanya nyamuk ini lebih aktif pada malam hari.
Di negara-negara tropis seperti Asia Tenggara, penyakit ini lebih sering terjadi selama musim hujan, terutama sebelum masa panen di daerah persawahan.
Peningkatan penyebaran penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor risiko, seperti:
Peningkatan populasi nyamuk selama musim hujan.
Kekurangan antibodi spesifik Japanese Encephalitis baik yang diperoleh secara alami maupun melalui imunisasi.
Tinggal di daerah endemik Japanese Encephalitis.
Perilaku yang meningkatkan kemungkinan terkena gigitan nyamuk, seperti tidur tanpa menggunakan kelambu.
5. Pengobatan Japanese Encephalitis
Freepik
Saat ini belum ada obat antivirus yang secara khusus dapat menyembuhkan Japanese Encephalitis. Tindakan medis yang dilakukan oleh dokter bertujuan untuk mempertahankan kestabilan kondisi pasien, mengurangi tekanan di dalam otak, dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul.
Pendekatan penanganan meliputi:
Perawatan pasien di unit perawatan intensif (ICU).
Pemberian cairan melalui infus untuk menjaga hidrasi pasien.
Pemberian oksigen, yang dapat dilakukan melalui intubasi, untuk memastikan pasien mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Pemberian obat anti kejang dan penurun demam untuk mengendalikan gejala.
Pemberian manitol melalui infus untuk mengurangi tekanan di dalam otak.
Ini adalah beberapa langkah yang umum dilakukan dalam penanganan Japanese Encephalitis guna membantu pasien dalam menghadapi kondisi tersebut.
6. Komplikasi Japanese Encephalitis
Freepik
Japanese Encephalitis yang parah dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, termasuk:
Sindrom Guillain-Barré (kelainan langka yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf tepi)
Hidrosefalus (penumpukan cairan di dalam otak)
Koma
Tingkat kematian sekitar 20-30% dari kasus
Selain itu, sekitar 30-50% pasien yang sembuh dari Japanese Encephalitis parah dapat mengalami gangguan saraf yang berkelanjutan, seperti kelumpuhan permanen, gangguan bicara, gangguan memori, dan gangguan mental.
Pasien yang mengalami Japanese Encephalitis juga cenderung membutuhkan istirahat total dan perawatan di rumah sakit untuk waktu yang lama. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi tambahan, seperti pneumonia dan luka kulit akibat tekanan yang berkepanjangan.
7. Pencegahan Japanese Encephalitis
Freepik/jcomp
Tindakan utama untuk mencegah Japanese Encephalitis adalah melalui vaksinasi.
Di Indonesia, vaksinasi Japanese Encephalitis telah dimasukkan ke dalam program imunisasi dasar untuk anak usia 9 bulan dengan dosis tunggal. Untuk perlindungan jangka panjang, vaksinasi tambahan dapat diberikan setelah 1-2 tahun.
Selain vaksinasi, risiko terkena Japanese Encephalitis juga dapat dikurangi dengan melindungi diri dari gigitan nyamuk. Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:
Menggunakan losion anti-nyamuk sesuai petunjuk saat berada di luar ruangan.
Mengenakan pakaian dengan lengan panjang ketika beraktivitas di area dengan banyak tanaman seperti semak-semak atau rawa-rawa.
Menggunakan kelambu saat tidur, terutama jika ruangan tidak memiliki AC.
Rutin membersihkan tempat-tempat yang berpotensi menjadi genangan air seperti ember, pot bunga, dan tempat sampah, serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah.
Menghindari menumpuk barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Itulah penjelasan mengenai Japanese Encephalitis, penyakit berbahaya yang Mama harus waspadai. Penyakit ini adalah penyakit menular yang serius dan dapat menyebabkan komplikasi yang parah. Dengan melakukan vaksinasi dan langkah-langkah pencegahan sangat penting Mama lakukan dalam mengurangi risiko penularan penyakit ini terhadap anak. Yuk, jaga kesehatan keluarga!