Jenis-Jenis Gangguan Bicara pada Anak yang Wajib Orangtua Ketahui
Kenali jenis gangguan ini jika si Kecil mengalami keterlambatan berbicara
7 Agustus 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama pasti sangat memperhatikan pertumbuhan anak bahkan dalam hal kecil sekalipun. Hal yang ditakuti orangtua mengenai tumbuh kembang si Kecil adalah adanya terlambat berbicara. Pada pertumbuhan normal, anak usia 1,5 tahun minimal sudah bisa mengucapkan minimal 5 kata.
Seorang anak bisa dikatakan terlambat berbicara jika sudah mencapai umur 2-3 tahun, tetapi belum bisa berbicara dengan lancar.
Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa jenis gangguan bicara pada anak yang bisa dialami dan kadang kurang orangtua sadari.
1. Apraksia
Apraksia adalah gangguan saraf pada otak yang membuat anak kesulitan dalam mengkoordinasi otot yang digunakan saat berbicara. Anak dengan kondisi ini mengetahui apa yang ingin dikatakan, tetapi kesulitan untuk berbicara.
Apraksia pada anak biasanya disebabkan oleh gangguan genetik dan metabolisme. Selain itu, kondisi ini juga dapat dialami jika Mama mengonsumsi alkohol atau obat terlarang saat sedang hamil.
Apraksia biasanya baru bisa terdeteksi pada anak di bawah usia tiga tahun.
Gejala yang muncul antara lain, kurangnya ocehan ketika bayi, tampak kesulitan menggerakkan mulut untuk mengunyah, menghisap atau meniup, serta lebih sering menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi.
Selain itu, gejala juga bisa berupa kesulitan saat mengucapkan huruf konsonan yang berada di awal dan akhir kata, dan susah mengucapkan kata yang sama untuk kedua kalinya.
Editors' Pick
2. Disatria
Disartria adalah kelainan pada sistem saraf, sehingga memengaruhi otot yang berfungsi untuk berbicara. Kondisi ini tidak memengaruhi kecerdasan maupun tingkat pemahaman si Kecil. Disatria memiliki beberapa gejala umum seperti cadel dan suara kecil saat bicara.
Disartria ini memiliki beberapa tanda yang mudah diketahui, antara lain sebagai berikut:
- gejala suara serak,
- nada bicara yang monoton,
- berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat,
- bicara cadel,
- tidak mampu bicara dengan volume yang keras,
- kesulitan dalam menggerakkan lidah maupun otot-otot wajah,
- kesulitan dalam menelan karena air liur keluar secara tidak terkontrol.
Anak yang mengidap kondisi ini mengalami kesulitan dalam mengontrol otot-otot bicara, karena bagian otak serta saraf yang mengontrol pergerakan otot tersebut tidak berfungsi dengan normal.
Beberapa kondisi medis yang dapat menimbulkan disartria, antara lain cedera kepala, tumor otak, infeksi otak, atau kelumpuhan otak.