Cara Menanamkan Nilai Toleransi saat Mengasuh Anak
Beberapa cara menanamkan nilai toleransi yang bisa Mama terapkan pada pola asuh
19 Januari 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai makhluk sosial, kita tentu sadar bahwa tidak ada satupun manusia yang bisa hidup tanpa berdampingan dengan orang lain.
Meskipun kita menemukan berbagai macam perbedaan satu sama lain, pada akhirnya kita akan tetap memiliki hubungan sosial bersama-sama.
Hal tersebutlah yang membuat sikap penuh toleransi sangat penting untuk dipraktekkan supaya kehidupan sosial antara sesama umat manusia dapat terjaga.
Tentu, hal tersebut haruslah dimulai dari penerapan pola asuh kepada si Kecil saat masih menginjak usia dini.
Pasalnya, proses tumbuh kembang yang dini lebih membantu pembentukan sikap penuh toleransi secara permanen, ketimbang saat si Kecil sudah beranjak ABG.
Karena itu, mari ikuti cara menanamkan nilai toleransi pada pola asuh anak di bawah ini, sebagaimana dilansir dari parents.com.
1. Bantu anak mama memahami perbedaan
Ketika Mama mengharapkan si Kecil dapat menunjukkan sikap dan perbuatan yang mengacu pada nilai penuh toleransi, maka Mama sebaiknya memastikan terlebih dahulu bahwa anak mama mengerti apa itu toleransi dan perbedaan.
Bisa dibilang, bagaimana mungkin si Kecil mempraktekkan sesuatu tanpa mengerti tentang sesuatu tersebut, bukan?
Maka dari itu, seorang professor psikiatri dari Universitas Harvard bernama Dr. Alvin Poussaint, MD, mengungkapkan bahwa anak sebaiknya belajar memahami tentang hal-hal tertentu terlebih dahulu. Ia pun menambahkan bahwa hal tersebut sangat efektif karena si Kecil cenderung penasaran dan ingin mengetahui.
Caranya, Profesor Dr. Alvin Poussaint, MD, menyarankan, “Pesan yang ingin Mama sampaikan adalah perbedaan.
Jadi katakan, meskipun orang-orang terlihat berbeda di luar tetapi mereka semua sama di dalam.” Selain itu, Mama juga bisa memberikan perumpamaan seperti, “Kita membicarakan tentang manusia ciptaan Tuhan, semuanya punya rasa yang berbeda tetapi sama-sama baik, seperti es krim rasa cokelat, stroberi, dan lainnya.”
2. Jelaskan mengenai stereotype
Komunikasi memang selalu berhasil menjadi jembatan untuk Mama dapat mengirimkan pesan pada anak mama.
Salah satunya adalah pesan mengenai stereotype atau kebiasaan memberikan label pada sekelompok orang yang dianggap penting untuk dipahami anak.
Pasalnya, stereotype dapat membuahkan pemahaman yang melenceng sekaligus menghasilkan sikap yang negatif pada sekelompok orang tertentu, seperti meledek dan semacamnya. Sebagai contoh, “Anak-anak yang pakai kacamata pasti pintar dalam akademik” dan “Perempuan berambut pendek cenderung tomboy.”
Untuk itu, Dr. Alvin Poussaint, MD menegaskan agar Mama membahas negative stereotype tersebut, di mana Mama menekankan bahwa hal tersebut merupakan hal yang salah.
Pastikan Mama mengerti bahwa penampilan fisik tidak memengaruhi karakter maupun prestasi dan talenta seseorang.
Editors' Pick
3. Jadilah panutan yang baik untuk sikap toleransi
Dilansir dari Huffpost, Michelle Obama pernah berkata dalam sebuah kesempatan bahwa segala hal yang kita ucapkan dan lakukan pasti akan dilihat oleh anak kecil.
Hal tersebut mendorong mereka untuk mengikutinya sehingga kebiasaan melakukan hal tersebut terbentuk. Maka dari itu, Mama sangat dianjurkan untuk memberikan contoh nyata yang positif.
Apabila Mama mengharapkan si Kecil dapat menunjukkan sikap penuh toleransi, bagaimana jika Mama memulainya terlebih dahulu.
Tunjukkanlah sikap-sikap yang menghargai perbedaan secara nyata kepada anak mama setiap harinya. Proses pembelajaran secara visual ini akan membuatnya mau mengikutinya, sebagaimana yang Mama harapkan.
4. Tanamkan nilai empati
Jika kita berbicara mengenai sikap penuh nilai toleransi, maka hal tersebut juga mengacu pada sikap yang menunjukkan nilai empati pada pribadi seseorang.
Secara khusus, kepada si Kecil kesayangan Mama, Mama tentu diharapkan dapat menanamkan nilai empati dalam proses tumbuh kembang si Kecil yang masih dini.
Mama bisa melakukannya melalui komunikasi. Sebagai contoh, Mama dapat mengajaknya membicarakan tentang anak-anak jalanan yang turut dilihatnya saat berpergian dengan Mama di jalan-jalan tertentu.
Bawa anak untuk memahami kesulitan mereka, seperti “Kasihan ya, mereka pasti sulit makan sehingga lapar dan sakit perut.”
Sebagai tambahan, dorong anak Mama supaya bisa menempatkan dirinya pada posisi mereka. Caranya, tanyakanlah kepada si Kecil, “Bagaimana rasanya kalau kamu tidak makan seharian?”, “Apa yang kamu rasakan kalau tidak bisa punya kamar yang menggemaskan seperti yang kamu miliki?” dan pertanyaan lain semacamnya.
Dari cara ini, nilai empati jadi tertanam sehingga si Kecil memiliki hati yang cenderung berempati pada sesama manusia.
Alhasil, dengan hati yang baik tersebut, anak mama pun tidak akan mau membedakan orang-orang yang bisa membebani perasaan mereka.
5. Tanamkan sikap percaya diri
Saat kita hendak mendidik si Kecil untuk bersikap penuh toleransi, Mama pasti berpikir kalau hal tersebut sepantasnya dilakukan dengan pola asuh yang membuatnya memandang perbedaan yang ada pada orang lain serta kondisi mereka.
Padahal, sikap menghargai perbedaan sebenarnya bermula dari sikap menerima diri sendiri. Hal ini diungkapkan oleh seorang psikiatri bernama Peter Langman, Ph.D., yang menjelaskan, “Anak yang merasa kalau dirinya tidak berarti rentang memandang orang lain yang berbeda sebagai target (bullying) untuk melepaskan amarah.”
Maka dari itu, Mama sangat dianjurkan untuk tidak lupa membuat si Kecil juga paham bahwa dirinya sempurna.
Anak mama tidak harus memiliki penampilan fisik tertentu seperti yang, mungkin, diingininya untuk bisa tampil dengan baik. Katakan juga padanya bahwa Mama bangga memiliki si Kecil dengan kondisinya sekarang.
Dari situ, rasa percaya dirinya akan membangun dirinya untuk menghargai diri sendiri dan juga orang lain. Seperti kata boy group BTS yang menjadi idola Kpop anak mama, “Love myself. Love yourself.” Nah, Mama bisa nih, menunjukkan artis idola yang turut memberikan pengaruh positif dalam mencintai diri sendiri dan orang lain.
6. Berikan pengalaman merasakan perbedaan di kehidupan sosial
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem pembelajaran secara visual dinilai sangat efektif untuk diterapkan pada proses tumbuh kembang anak mama.
Hal ini membuat anak dapat melakukan observasi dan kemudian turut menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari secara otomatis.
Salah satu cara yang bisa Mama lakukan adalah memberikan pengalaman nyata bagi si Kecil untuk merasakan perbedaan dalam kehidupan sosial.
Sebagai saran, Mama bisa membawanya ke berbagai tempat umum. Baik playground, taman bermain atau kolam renang publik, Mama bisa mendorongnya bertemu dan berkawan dengan banyak orang yang berbeda satu sama lain.
Alhasil, si Kecil jadi bisa melihat bahwa perbedaan tidak membuat seseorang berbeda.
Pasalnya, semuanya sama-sama bisa bersenang-senang bersama, bercakap-cakap dan hal-hal semacam lainnya. Anak pasti jadi bisa menghargai sesama manusia tanpa memandang perbedaan.
7. Berikan reward dan juga sanksi
Pada akhirnya, Mama tentu saja harus membuat si Kecil mengerti betul bahwa sikap dengan nilai toleransi merupakan hal yang penting.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan tidak serta-merta memanfaatkan pendekatan secara verbal, namun faktor lainnya yang bisa membedakan bahwa sikap penuh toleransi adalah baik dan sikap yang membeda-bedakan orang adalah tidak baik.
Caranya, Mama dapat memberikan reward saat anak mama menunjukkan sikap bertoleransi kepada perbedaan.
Sebagai contoh, si Kecil memuji karakter di sebuah film kartun yang memiliki tampilan fisik yang berbeda darinya, berikanlah pujian sebagai reward.
Sebaliknya, jika si Kecil ternyata malah mengucapkan ledekan kepada karakter tersebut, seperti “Kulitnya hitam sekali” atau “Aneh sekali perempuan berambut pendek”, Mama disarankan untuk memberikan sanksi dengan menegurnya.
Dua respon yang berbeda dari dua tindakan yang berbeda membuat si Kecil dapat memahami bahwa perihal toleransi merupakan hal yang penting sehingga Mama memperhatikannya. Si Kecil pun juga jadi bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak.
Sekarang, sudah waktunya untuk Mama menerapkannya pada pola asuh anak mama tercinta. Utamakan kesabaran di atas segalanya ya, Ma!
Baca juga: Anak Sering Merebut MainanTemannya Ma? Begini Cara Mengatasinya!