8 Dampak Buruk Helikopter Parenting bagi Anak, Jangan Diteruskan!
Si Kecil bisa tumbuh menjadi pribadi penakut dan kurang percaya diri
7 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sudah menjadi naluri orangtua untuk selalu menjaga buah hatinya. Terkadang, Mama khawatir tentang keselamatan si Kecil dan ragu apakah dirinya bisa menyelesaikan semua pekerjaannya. Lantas, Mama pun ikut campur atas seluruh kegiatannya.
Sebenarnya, tidak ada yang salah menjadi orangtua yang protektif. Bahkan, sudah menjadi kewajiban Mama untuk melindungi si Kecil. Akan tetapi, akan menjadi masalah jika Mama overprotektif.
Pola asuh yang sedemikian disebut sebagai helicopter parenting. Istilah tersebut merujuk kepada perlakuan Mama yang terlalu melindungi si Kecil. Hal ini harus segera dihentikan karena memiliki dampak buruk pada perkembangan anak, seperti membuat dirinya menjadi penakut.
Lantas, dampak apa lagi yang bisa timbul akibat pola asuh helicopter parenting ini? Popmama.com telah merangkum informasinya di bagian berikut ini!
1. Anak menjadi penakut dan tidak punya kepercayaan diri
Selama ini, Mama senantiasa membantu semua pekerjaan anak. Akhirnya, si Kecil menjadi terbiasa untuk selalu berada dalam pengawasan Mama.
Alhasil, ketika Mama sedang tidak berada di sampingnya, anak menjadi takut untuk melakukan segala hal. Dirinya merasa tidak mampu berbuat apa-apa jika tidak mendapat pertolongan Mama.
Ini akan membuatnya tumbuh menjadi individu yang penakut dan kurang percaya diri. Di samping itu, ketika dirinya sudah beranjak dewasa, besar kemungkinan baginya untuk takut mengambil risiko dan kurang inisiatif dalam pekerjaan.
2. Memiliki masalah kecemasan
Helicopter parenting umumnya dipicu oleh rasa cemas orangtua yang berlebihan terhadap anaknya. Nah, bukan hanya orangtua saja yang mengalami sedemikian, anak pun juga bisa memiliki masalah kecemasan akibat pola asuh ini.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Center for Collegiate Mental Health Pennsylvania State University, menunjukan bahwa sejumlah mahasiswa mengidap gangguan kecemasan akibat dari sikap orangtua mereka yang overprotketif.
Sedemikian bisa terjadi karena semua gerak-gerik anak kerap kali diawasi oleh orangtua. Alhasil, ini dapat menimbulkan perasaan cemas lantaran anak takut membuat kesalahan yang bisa membuat orangtuanya marah.
3. Kurang mampu mengelola emosinya
Dampak buruk dari helicopter parenting yang ketiga ialah kurang mampunya anak mengontrol emosi. Hal ini sesuai dengan sebuah studi dalam jurnal Development Psychology yang mengamati perkembangan sosial, emosional, serta interkasi orangtua-anak pada 422 peserta.
Dari situ, dapat diambil kesimpulan bahwa orangtua yang terlalu mengatur anaknya membuat mereka kesulitan dalam mengelola emosi dan perilaku. Tidak hanya itu, anak nantinya juga sulit beradaptasi dengan lingkungan dan tantangan dalam hidup.
Editors' Pick
4. Tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri
Seperti yang telah disinggung di poin sebelumnya, ketika anak dihadapkan pada sebuah masalah atau tantangan, ia tidak akan mampu menyelesaikannya sendiri.
Secara lebih jauh, Lauran Feiden menjelaskan bahwa helicopter parenting menciptakan sebuah ketergantungan anak pada orangtuanya. Si Kecil senantiasa mengandalkan uluran tangan dan kehadiran Mama.
Sebagai akibat, anak mama tidak punya solusi sendiri untuk menuntaskan masalah yang ia hadapi.
5. Menumbuhkan kebiasaan berbohong
Mama perlu tahu bahwa anak butuh ruang gerak yang luas untuk tumbuh-kembangnya. Mungkin, di usinya yang masih belia, si Kecil masih akan terus menuruti perkataan Mama.
Namun, akan ada waktu di mana dirinya ingin mendapatkan sebuah kebebasan. Nah, sekiranya Mama masih mengekangnya pada masa tersebut, anak akan berusaha keras untuk terlepas dari kekangan yang ada.
Semua cara akan ia lakukan bahkan jika harus berbohong kepada Mama. Jika ini berlanjut terus, bisa saja anak tidak terbatas berbohong kepada orangtuanya, tetapi juga dengan orang lain.
6. Anak merasa dirinya istimewa
Peneliti dan Universitas Arizona mengatakan bahwa anak-anak yang diasuh dengan helicopter parenting cenderung merasa bahwa diri mereka istimewa. Hal ini disebabkan oleh perhatian khusus yang kerap diberikan orangtua kepada mereka.
Lantaran menganggap bahwa dialah pusat dari alam semesta, anak jadi banyak menuntut. Semua yang anak inginkan harus dipenuhi karena merasa bahwa ia memang pantas mendapatkannya.
7. Mengalami banyak masalah kesehatan
Nyatanya, helicopter parenting tidak hanya memberikan efek buruk terhadap emosi anak, tetapi juga fisiknya. Studi dalam Journal of Child and Family Studies menunjukkan bahwa ada kecenderungan bagi anak hasil pola asuh helicopter parenting memiliki masalah kesehatan ketika mereka dewasa.
Berdasarkan penelitian tersebut, anak-anak tidak mampu menjaga kesehatan sendiri. Sebab, orangtualah yang selama ini selalu mengingatkan mereka untuk makan, mandi, olahraga, hingga tidur.
Tidak ada yang salah memberitahu anak ya, Ma? Hanya saja, ia berpotensi tidak akan bisa mandiri. Akibatnya, di saat beranjak dewasa, anak mama tidak bisa merawat dan menjaga diri lantaran sudah tidak ada lagi yang mengingatkannya.
8. Anak bisa ketergantungan pada obat-obatan
Dampak buruk helicopter parenting terakhir adalah memicu ketergantungan obat-obatan pada anak. Penyebabnya adalah rasa nyaman dan kepuasan langsung yang selama ini anak nikmati.
Karena Mama senantiasa melindunginya dari marabahaya, si Kecil akan merasa tidak sanggup sekalinya ia harus bertemu dengan berbagai rasa sakit, mulai dari kecemasan ataupun depresi.
Akhirnya, obat pereda nyeri menjadi alternatif baginya untuk mengatasi sakit yang ia rasakan.
Mama sudah baca informasi tentang dampak buruk helicopter parenting untuk tumbuh-kembang si Kecil. Ingat, segala hal harus ada batasannya.
Biarkan anak merasakan yang namanya sakit dan sulit. Dengan itu, dirinya akan mampu tumbuh menjadi anak yang lebih tangguh dan berani menghadapi dunia yang keras.
Baca Juga:
- Dampak Buruk Perilaku Pilih Kasih yang Dilakukan Orangtua pada Anak
- Yuk Berkenalan dengan Paralel Parenting Pola Asuh Pasca Penceraian
- Waspada, Pola Asuh Hyper Parenting Bikin Anak Tak Bahagia