Kendati orang dewasa lebih rentan terkena serangan virus Corona, bukan berarti anak mama yang masih balita tidak dapat terinfeksi oleh virus SARS-CoV-2 tersebut.
Faktanya, jumlah kasus anak yang positif Covid-19 semakin meningkat. Tidak hanya itu, balita menyumbang hampir 50 persen dari total kematian anak akibat Covid-19.
Hal lain yang patut diperhatikan adalah gejala long Covid (masih mengalami keluhan Covid-19 meski sudah dinyatakan sembuh) pada anak. Sebab, dr. Aman Pulungan, ketua pengurus pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menyebutkan bahwa sangat mungkin bagi anak mengalami long covid hingga 6–8 bulan.
Untuk informasi selengkapnya, mari langsung saja simak ulasan dari Popmama.com di bagian berikut tentang Long Covid pada anak. Baca sampai habis ya, Ma!
1. Dari total kasus, 50 persen anak di bawah lima tahun meninggal akibat Covid-19
Pixabay/Geralt
Di masa awal pandemi, anak-anak yang terjangkit virus Corona masih bisa dihitung jari. Namun kian hari, jumlah yang terinfeksi malah semakin membengkak.
"Termasuk anak-anak dan bayi. Balita makin banyak lagi (yang positif Covid-19)," ujar dr. Kurniawan Satria Denta, dokter anak di RSUP Dr. Sardjito.
Per Juni 2021, tercatat sudah ada sekitar 250.000 anak Indonesia yang positif Covid-19. Tingkat kematian anak akibat Covid-19 juga sudah mencapai 1,2 persen dari total angka kematian. Bahkan, 50 persen dari anak yang meninggal karena infeksi virus Corona merupakan kematian balita.
Tingginya jumlah kasus tersebut pastinya sangat mengkhawatirkan. dr. Aman Pulungan, ketua pengurus pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menyebutkan bahwa hampir 12.000 anak terkonfirmasi mengidap Covid-19 hanya dalam kurun waktu seminggu.
Terlebih lagi, hampir seperlima dari angka anak yang terpapar virus Corona membutuhkan rawat inap sementara rumah sikat tidak memiliki ruang sebanyak itu.
"15 sampai 20 persen, atau seperlima dari kasus butuh perawatan kita tidak punya bed sebanyak itu untuk anak," kata Aman.
Editors' Pick
2. Aman: “Anak-anak seolah dinomorduakan dalam penanganan Covid-19”
Freepik/Pvproduction
Bukan hanya karena keteledoran orangtua saja, faktor pendorong terjangkitnya anak-anak oleh virus Corona ialah dikarenakan sistem yang sudah telat.
Berkaitan dengan itu, Aman menjelaskan bahwa kalangan anak-anak seolah dinomorduakan dalam penanganan Covid-19.
"Komunitas kita itu menomorduakan anak, saya bisa bilang. Buktinya, bandara tidak mau melakukan swab pada anak, tidak menyuruh anak memakai masker."
Kondisi ini semakin diperparah dengan penanganan yang belum optimal hingga penuhnya rumah sakit sehingga anak pun terabaikan.
3. Hati-hati gejala long Covid pada si Kecil!
Freepik/mdjaff
Penyintas Covid (orang yang telah sembuh) masih dapat mengalami gejala ‘sisa’ dari Covid-19. Kondisi sedemikianlah yang dinamakan long Covid.
Pada anak sendiri, gejala long Covid umumnya meliputi:
Sering merasa lelah;
Susah berkonsentrasi;
Perubahan suasana hati;
Napas yang semakin pendek;
Batuk;
Nyeri otot;
Gangguan pencernaan;
Mual;
Ruam;
Pusing;
Depresi;
Demam.
Tidak menutup kemungkinan gejala long Covid yang si Kecil rasakan malah lebih parah dibanding ketika pertama kali terinfeksi virus. Dokter Aman pun mewanti-wanti perihal dampak jangka panjang dari kondisi ini.
“Enam sampai delapan bulan anak bisa mengalami long Covid, dia bisa lemas, sesak, sulit konsentrasi, rambutnya rontok, nyeri otot," ujarnya.
Dokter Denta juga menambahkan bahwa apabila long Covid tidak segera ditangani dan malah berlangsung hingga bertahun-tahun, tumbuh-kembang si Kecil dikhawatirkan akan terganggu.
4. Langkah penanganan long Covid untuk si Kecil
Freepik/lifeforstock
Salah satu hal yang dianjurkan bagi anak mama yang mengalami gejala long Covid adalah menerima penanganan medis. Dalam hal ini, si Kecil akan menjalani pemeriksaan klinis oleh dokter untuk mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat untuknya.
Selain itu, ada beberapa hal lain yang bisa dikerjakan sebagai tindak penanganan gejala long Covid, yakni:
Memastikan anak mendapatkan istirahat yang cukup;
Mengukur denyut nadi dan saturasi oksigen (kandungan oksigen dalam darah) harian si Kecil;
Menghindari konsumsi kafein oleh anak;
Mengajak anak melakukan olahraga ringan;
Berjemur di pagi hari.
5. Mengubah kebiasaan bisa menjadi tindak pencegahan
Pexels/august-de-richelieu
Sejauh ini, proses vaksinasi belum merambah anak-anak di bawah umur 12 tahun. Lebih rinci, penyuntikan vaksin Sinovac baru diperbolehkan untuk remaja umur 12–17 tahun.
Hal ini karena penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk melihat keamanan dan efektivitas vaksin pada anak di bawah umur 12 tahun.
Oleh sebab itu, salah satu hal yang bisa mencegah si Kecil tertular dari virus SARS-CoV-2, dan dari gejala long covid, adalah dengan merombak perilaku dan kebiasaan.
"Ketika kita abai, ketika anak tidak ditesting, anak tidak pakai masker, anak dibawa ke keramaian dan orangtuanya abai, orangtuanya lengah tidak mau mengikuti protokol, ini kejadian terus, mau varian apa saja," jelas dr. Aman.
Dalam hal ini, Mama terlebih dahulu wajib menjadi contoh yang baik untuk si Kecil. Misalnya, Mama harus membiasakan diri untuk mengenakan masker ketika keluar rumah; mematuhi protokol kesehatan (prokes); dan rajin mencuci tangan.
Selain mengajak anak untuk memupuk kebiasaan baik tersebut, usahakan untuk tidak mengajak anak ke tempat keramaian ataupun menerima tamu untuk sementara waktu. Hal ini karena ada kasus seorang anak yang berakhir positif Covid-19, padahal sudah patuh prokes, lantaran tertular oleh sepupunya OTG (Orang Tanpa Gejala).
Mama sudah baca seputar informasi tentang long covid pada anak. Untuk sementara, tahan diri untuk keluar rumah ya, Ma! Patuhi prokes dan jaga selalu kesehatan. Pastinya, Mama tidak mau si Kecil terkena virus Corona karena keteledoran diri sendiri, kan?