5 Penyebab Gagap pada Anak, Yuk Diperhatikan Sejak Dini
Tidak boleh disepelekan. Segera cek kondisi si Kecil yuk, Ma!
6 Juni 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gagap merupakan gangguan bicara yang ditandai dengan permasalahan kelancaran dan alur bicara. Umumnya kondisi ini terjadi pada anak-anak dan merupakan fase yang normal dari proses belajar bicara.
National Institute on Deafness and Other Communication Disease (NIDCD) mengatakan kondisi gagap pada anak paling sering terjadi antara usia 2-6 tahun. Namun tak terpungkiri bahwa gagap dapat berdampak pada orang dewasa juga, yang menjadi bawaan sejak kecil.
Oleh karena itu berikut Popmama.com telah rangkumkan penjelasan mengenai penyebab gagap pada anak agar Mama bisa mewaspadainya. Simak penjelasannya yuk, Ma!
Gejala Anak Gagap
Gejala gagap biasanya muncul pertama kali saat anak berusia 18-24 bulan, ketika anak mulai belajar bicara, berikut gejala yang biasa dialami anak penderita gagap yang mengalami kesulitan bicara:
- Kesulitan memulai kata atau kalimat
- Pengulangan pada bunyi suku kata, seperti “minum” menjadi “mi-mi-mi-minum”
- Ada jeda saat berbicara, dan ada suara tambahan seperti “um” atau “aaa”
- Timbul perasaan cemas sebelum bicara, tegang, dan kaku pada wajah
- Gejala fisik yang terlihat juga seperti bibir yang gemetar, mata berkedip-kedip dan otot tangan mengepal
Editors' Pick
Penyebab Gagap pada Anak
Kondisi gagap pada anak belum bisa diketahui secara pasti penyebabnya apa, namun beberapa penelitian memberikan indikasi penyebab gagap yang terbagi menjadi 4 faktor, yaitu:
- Genetik: Gen dapat mempengaruhi, karena 60% penderita gagap biasanya memiliki anggota keluarga yang gagap juga.
- Neurogenik: Gagap dapat dipengaruhi oleh gangguan otak, saraf, dan otot yang terlibat dalam kemampuan bicara, biasanya gagap disebabkan oleh kecelakaan, atau penyakit lain seperti stroke, cedera otak, atau alzheimer.
- Psikogenik: Trauma emosional juga dapat menjadi penyebab anak gagap seperti disebabkan oleh stress dan penyakit kejiwaan lainnya.
- Pertumbuhan dan perkembangan anak: Terjadi pada saat masih balita, belum sempurna kemampuan berbicaranya, hal ini wajar namun menjadi hal yang patut diperhatikan jika berdampak hingga anak tumbuh dewasa.
Komplikasi Gagap pada Anak
Kondisi gagap menjadi hal yang dapat berdampak pada banyak aspek, atau menyebabkan komplikasi berupa penyakit lain seperti:
- Gangguan dalam berkomunikasi dengan orang lain
- Fobia sosial
- Perundungan atau bullying
- Tidak memiliki kepercayaan diri
- Kehilangan peran dalam lingkungan sosial
Kapan Anak Harus Periksa ke Dokter
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa gagap dapat menimbulkan komplikasi yang dilihat berdampak cukup buruk untuk kesehatan mental anak.
Ketika anak mulai menunjukan gejala-gejala tadi dan sudah berlangsung cukup lama sebaiknya segera periksa ke dokter, sama halnya dengan anak-anak yang terlambat bicara. Periksa untuk memastikan keadaan si Kecil agar dapat mendapatkan perawatan yang baik.
Cara Menyembuhkan Gagap pada Anak
Jika si Kecil benar pengidap gagap maka ini hal yang dapat Mama lakukan untuk menyembuhkan gagap pada anak:
- Terapi wicara, saat ini sudah banyak tempat terapi yang dapat membantu anak untuk bisa bicara normal kembali, dengan fasilitas yang memadai serta ditangani oleh ahli.
- Terapi perilaku kognitif, bertujuan untuk membantu pola pikir anak yang dapat memperburuk kondisi gagap, dengan metode pengelolaan stress, kecemasan, dan depresi.
- Penggunaan peralatan elektronik, peralatan khusus dapat membantu meningkatkan kefasihan anak dalam berbicara salah satu alatnya adalah Delayed Auditory Feedback (DAF)
- Bantuan orang lain, tentunya dengan bantuan Mama, Papa dan orang terdekat dapat membantu anak sembuh dari gagapnya, dengan memahami cara berkomunikasi dengan baik.
Itulah penyebab anak bicara gagap, jangan disepelekan ya Ma, karena jika terlambat menanganinya akan terbawa hingga anak tumbuh dewasa.
Baca Juga:
- Tips Mandi untuk Menjaga Kesehatan Kulit
- 6 Cara Terapi Anak Belum Bisa Jalan
- Kenapa Balita Suka Menyusun Mainan, Apakah Normal?