7 Bahaya Pola Asuh Overprotektif pada Anak yang Perlu Orangtua Ketahui

Jangan sampai memengaruhi perkembangan anak kelak nanti ya, Ma!

11 November 2023

7 Bahaya Pola Asuh Overprotektif Anak Perlu Orangtua Ketahui
Freepik/master1305

Sudah menjadi hal yang wajar bila orangtua ingin memastikan keamanan buah hatinya dari berbagai macam bahaya di luar sana. Namun sayang, niat baik yang ditanamkan ini kerap kali menimbulkan sikap overprotektif pada anak.

Overprotektif adalah perlindungan yang dibesar-besarkan atau berlebihan. Seperti yang kita ketahui, apapun yang dilakukan secara berlebihan tentunya memiliki dampak buruk yang akan dihadapi kelak nanti. Begitu pula sikap overprotektif orangtua terhadap anak.

Orangtua yang bersikap overprotektif cenderung kaku dan terlihat seperti sedang membangun istana yang nyaman untuk anaknya agar terhindar dari bahaya. Meski tujuannya baik, lambat laun ini bisa berdampak pada anak yang banyak mengurung diri dan takut memulai hal-hal baru yang belum pernah ia coba sebelumnya.

Lantas, apa saja bahaya dari pola asuh overprotekif bagi anak? Untuk mengetahui jawabanya, berikut Popmama.com telah merangkumkan informasi selengkapnya untuk Mama dan Papa ketahui.

Simak baik-baik agar tak memengaruhhi perkembangan anak ya!

1. Anak tak bisa mengambil keputusan sendiri

1. Anak tak bisa mengambil keputusan sendiri
Freepik

Bahaya pertama yang mungkin saja terjadi pada anak adalah sulitnya mengambil keputusan sendiri. Hal ini karena anak merasa apapun keputusan yang ia pilih harus mendapatkan persetujuan dari orangtuanya. Sehingga membuat anak merasa bahwa keputusannya tidak tepat dan akan ditentang oleh orangtuanya.

Selain itu, anak yang terlalu dididik dengan pola asuh yang overprotektif juga bisa membuatnya bergantung secara emosional dan merasa tidak aman jika tidak ada bantuan dari orangtuanya.

2. Rentan mengalami kecemasan

2. Rentan mengalami kecemasan
Pexels/Monstera

Pola asuh overprotektif lebih rentan membuat anak merasa cemas. Hal ini sangat wajar terjadi karena pola asuh tersebut berasal dari kecemasan orangtua akan keamanan buah hatinya.

Meski bertujuan untuk melindungi anaknya dari ancaman bahaya yang ada, namun semua ketakutan tersebut justru akan tercerminkan pada anak dan membuatnya merasa cemas serta takut.

Secara tidak langsung, anak akan cemas jika berada di luar zona nyaman mereka. Sehingga pola asuh seperti ini yang kemudian mendorong anak untuk menghindari situasi yang menakutkan daripada menghadapinya.

Editors' Pick

3. Takut dan kurangnya rasa percaya diri

3. Takut kurang rasa percaya diri
Freepik/gpointstudio

Rasa percaya diri sangat dibutuhkan oleh setiap individu dalam menjalani kehidupan. Namun nyatanya, orangtua dengan sikap overprotektif justru sering kali membuat anak merasa takut dan kurangnya rasa percaya diri mereka untuk tampil di depan banyak orang.

Orangtua yang terus menerus melindungi dan melarang anak sama saja dengan mengirimkan pesan bahwa anak tidak mampu melakukannya sendiri dan tidak akan bertahan tanpa ada bantuan dari Mama dan Papanya.

Dengan kata lain, perhatian yang Mama berikan bukanlah perhatian yang menumbuhkan rasa cinta dan penerimaan diri, melainkan justru ketakutan yang membuat anak enggan maju berdiri sendiri.

4. Dunia anak hanya berputar di satu titik saja

4. Dunia anak ha berputar satu titik saja
Freepik

Anak yang terbiasa menjalani hidupnya dengan kemauan dan bantuan orangtua mungkin lebih rentan mengalami kesulitan dan kekecewaan saat menyadari hidup tak selalu berjalan sebagaimana mestinya.

Pasalnya, anak yang dididik dengan pola asuh overprotektif membuat mereka merasa bahwa dunianya hanya berputar pada satu titik nyaman yang telah diciptakan orangtuanya. Itulah mengapa pola asuh seperti ini akan membahayakan masa depan anak karena merasa semuanya pantas untuk mereka miliki.

5. Cenderung perfeksionis dalam mengerjakan suatu hal

5. Cenderung perfeksionis dalam mengerjakan suatu hal
Freepik/gpointstudio

Anak yang dididik dengan pola asuh seperti ini juga akan menimbulkan dampak perfeksionis dalam mengerjakan suatu hal. Hal ini karena anak takut jika apa yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan orangtuanya, sehingga ia selalu menuntut dirinya untuk tampil sempurna dalam setiap kesempatan.

Padahal, setiap manusia tentu tak ada yang sempurna. Begitu pula anak-anak yang sedang dalam proses berkembang dan belajar. Anak akan cenderung merasa gagal jika apa yang melihat orangtuanya tidak senang dengan pekerjaannya. Itulah mengapa penting memberikan apresiasi dari setiap pekerjaan yang anak lakukan.

6. Mudah berbohong

6. Mudah berbohong
Freepik/master1305
Ilustrasi

Orangtua overprotektif biasanya lebih banyak mengekang ruang gerak anak. Padahal di usianya ini mereka membutuhkan kebebasan untuk berkembang dan bereksplorasi akan dunia sekitarnya.

Saat anak merasa orangtua terlalu membatasi geraknya, ini bisa menjadi celah anak untuk berbohong demi lolos dari kekangan yang Mama dan Papa berikan padanya.

Tak hanya ingin lolos dari kekangan, anak yang berbohong juga cenderung melakukannya demi menghindari hukuman akibat hal yang dilakukan tanpa persetujuan orangtuanya.

7. Lebih berpotensi alami depresi

7. Lebih berpotensi alami depresi
Freepik/Jcomp

Berdasarkan penelitian dari University of Tennessee yang dilakukan pada sejumlah mahasiswa di Amerika Serikat, disebutkan bahwa anak yang diasuh oleh orangtua overprotektif di masa kecil akan meningkatkan risiko alami depresi di kemudian hari.

Gangguan depresi pada anak pun beragam, mulai dari keinginan tinggi mengonsumsi obat-obatan yang membahayakan kesehatan mereka, hingga melukai diri karena merasa tak dihargai oleh orangtuanya.

Itulah beberapa bahaya yang mungkin terjadi pada anak jika mendapat pola asuh overprotektif sedari kecil. Jika Mama dan Papa merasa telah menerapkan pola asuh demikian, cobalah untuk pertimbangkan kembali dampak bahaya di atas yang akan mengganggu perkembangan anak kelak nanti.

Meski bertujuan baik untuk melindungi anak, namun jangan sampai cara melindungi mereka terlalu berlebihan dan membuat anak merasa tidak bisa mengembangkan diri ya. Yuk, coba cara lain untuk melindungi anak tanpa harus menerapkan pola asuh overprotektif pada mereka.

Baca juga:

The Latest