Hati-Hati, 3 Kalimat Destruktif Ini Bisa Pengaruhi Psikologis Anak!
Sering keceplosan tanpa sadar, yuk, hindari 3 kalimat destruktif ini pada si Kecil, Ma
30 Maret 2025

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap kata yang diucapkan orangtua memiliki kekuatan besar dalam membentuk pola pikir dan emosi anak. Sayangnya, saat lelah atau emosi, orangtua tanpa sadar mengucapkan kalimat yang justru merusak kepercayaan dirinya, yang justru bisa berdampak hingga anak dewasa.
Kalimat sepele dan mengerdilkan perasaannya seperti, "Masalah kecil aja kamu sedih!" bisa membuat anak merasa tidak dipahami, Ma. Alih-alih menyepelekan, lebih baik berikan empati dengan mengatakan, "Kamu sedih ya? Yuk, cerita sama Mama."
Selain kalimat tersebut, yuk, simak dalam rangkumanPopmama.com berikut terkait 3 kalimat destruktif yang sering terucap dan mulai ganti dengan kata-kata positif untuk mendukung perkembangan mental si Kecil.
1. Kalimat yang mengecilkan anak
Alih-alih mengatakan, "Jangan nangis, gitu aja takut!"
Lebih baik katakan, "Adik takut ya? Sini Mama peluk."
Mengapa kalimat mengecilkan anak seperti di atas perlu dihindari? Hal ini karena mengabaikan emosi anak dan membuatnya merasa tidak berharga.
Menurut para hali, anak yang sering diabaikan perasaannya cenderung kesulitan mengelola emosi saat dewasa, Ma. Mereka mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa perasaannya tidak penting, yang pada akhirnya memicu rasa rendah diri atau kesulitan bersosialisasi.
Dari kalimat mengecilkan yang kerap dianggap sepele ini, tentunya bisa berdampak pada psikologis mereka, mulai dari anak yang belajar menekan emosi alih-alih mengungkapkannya dengan sehat, risiko terjadinya anxiety atau kecemasan, hingga hubungan dengan orangtua yang merenggang karena merasa tidak didukung
2. Kalimat yang membebani dengan ekspetasi
Kalimat membebani anak seperti, "Mama sedih sampai sakit karena kamu bandel!" sering kali terucap karena anak yang mungkin sulit diperingati. Padahal, sebaiknya Mama bisa mengatakan kalimat seperti ini, "Bantuin Mama sebentar yuk, coba adik dengerin Mama ya."
Ucapan yang menyalahkan seperti "Kamu sih bikin Mama sakit!" ini bisa menciptakan "emotional guilt" (rasa bersalah emosional) pada anak.
Anak yang sering dibebani emosi orangtua seperti ini bisa membuat mereka mengembangkan "parentification" atau suatu kondisi di mana anak merasa harus memenuhi kebutuhan psikologis orangtuanya.
Dampaknya pun nggak main-main, Ma, anak bisa merasa bahwa ia bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain, bahkan hingga dewasa. Anak mama mungkin juga memiliki sikap perfeksionis karena takut mengecewakan, serta potensi depresi atau kecemasan karena tekanan yang tidak sesuai usia mereka