3 Kebiasaan yang Harus Dihindari saat Menenangkan Anak yang Emosi

Yuk, hindari kebiasaan ini saat anak emosi atau tantrum

23 Februari 2025

3 Kebiasaan Harus Dihindari saat Menenangkan Anak Emosi
Freepik/jcomp

Kalau si Kecil lagi emosi, menghadapinya memang susah-susah gampang ya, Ma. Tak jarang sering kali merasa bingung atau bahkan ikut terbawa emosi saat si Kecil marah, menangis, atau tantrum. 

Namun, tahukah Mama bahwa ada beberapa kebiasaan yang justru bisa memperburuk situasi saat mencoba menenangkan anak, lho. 

Melalui unggahan pribadinya di Instagram, Pritta Tyas selaku Psikolog Klinis & Keluarga membagikan edukasi bagi para orangtua bahwa ada 3 kebiasaan yang harus dihindari saat menenangkan anak yang emosi

Apa saja kebiasaan tersebut? Berikut Popmama.com rangkumkan informasi selengkapnya.

Editors' Pick

1. Mengabaikan atau meremehkan perasaan anak

1. Mengabaikan atau meremehkan perasaan anak
Freepik

Siapa nih Mama yang sering mengucapkan kalimat seperti:

"Udahlah, gitu aja kok takut." "Kamu lebay deh nangisnya, biasa aja lah." 

Dijelaskan oleh Pritta Tyas, mengabaikan perasaan anak ini mungkin kita terlihat sepele, padahal bagi anak, hal itu bisa sangat besar dan nyata. 

Tahukah Mama bahwa mengabaikan atau meremehkan perasaan anak justru akan membuat mereka merasa tidak didukung dan tidak dipahami. Nah, hal ini yang bisa berdampak pada kemampuan anak untuk mengungkapkan emosinya di masa depan.

Jadi, sebaiknya hindari menyepelekan perasaan anak ketika mereka sedang emosi ya, Ma.

2. Berlebihan dalam merespons emosi anak

2. Berlebihan dalam merespons emosi anak
Freepik

Siapa Mama di sini yang suka keikut histeris saat anak emosi? 

Ternyata, terlalu banyak memberi perhatian atau reaksi berlebihan saat anak emosi juga bisa membuat mereka lebih sulit mengelola emosinya, Ma. 

Sebaliknya, anak perlu diberikan ruang untuk mengenali dan memahami emosinya tanpa intervensi yang berlebihan. Jadi, sebaiknya bantu anak dengan menunjukkan empati, tetapi tetap membiarkan mereka menghadapi perasaannya sendiri terlebih dahulu. 

Misalnya, ketika anak merasa frustasi, daripada langsung menghibur atau menyelesaikan masalahnya, orangtua bisa berkata, "Coba tarik napas dulu yuk, biar lebih tenang. Baru abis ini cerita pelan-pelan sama Mama, ya.”

Dengan begitu, anak belajar bahwa emosi adalah bagian alami dari kehidupan yang bisa dikelola dengan cara yang sehat.

3. Terburu-buru memberikan emosi

3. Terburu-buru memberikan emosi
Freepik

Saat anak tantrum atau emosi, orangtua sering kali ingin segera memberikan solusi. Namun, merespons terlalu cepat tanpa memberi anak kesempatan mengenali perasaannya justru bisa menghambat kemampuan mereka dalam mengelola emosi. 

Alih-alih langsung memberikan solusi agar anak berhenti emosi, Mama bisa mencoba memberi ruang pada anak untuk mengenali emosinya sebelum menawarkan bantuan. 

Biarkan mereka mengekspresikan perasaan terlebih dahulu, misalnya dengan berkata, "Adik lagi sedih ya? Coba mau sharing nggak ke Mama?”

Dengan pendekatan ini, anak merasa dihargai dan belajar memahami emosinya sendiri sebelum mencari solusi. 

Mengelola emosi anak memang bukan hal yang mudah, tapi dengan memahami cara merespons yang tepat, Mama bisa membantu si Kecil tumbuh menjadi anak yang lebih mandiri secara emosional.

Jadi, sebaiknya hindari terburu-buru merespons emosi anak ya, Ma. Coba berikan ruang bagi anak untuk mengenali perasaannya sendiri, menunjukkan empati, dan tidak terburu-buru memberikan solusi adalah kunci agar mereka belajar mengelola emosinya dengan lebih baik.

Baca juga:

The Latest