Ketahui Yuk, Ma! Ini Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 4-5 Tahun

Semakin bertambah usia, si Kecil sudah semakin bisa mengendalikan emosinya

8 Oktober 2020

Ketahui Yuk, Ma Ini Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 4-5 Tahun
Pexels/Ketut Subiyanto

Membahas perkembangan anak tentu menjadi hal menyenangkan sekaligus membingungkan bagi banyak orangtua. Terlebih pada orangtua yang baru memiliki buah hati pertama mereka.

Salah satu perkembangan anak yang seringkali membuat orangtua bingung adalah perkembangan emosional anak yang semakin hari akan sulit ditangani. Terlebih untuk anak usia 4-5 tahun, Ma.

Di fase usia ini, anak sudah mulai masuk ke dalam fase Initiative vs Guilt. Di mana si Kecil akan mulai menunjukkan rasa ingin lepas dari ikatan Mama dan Papa. Mereka ingin bergerak dengan bebas dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Keinginan mereka yang lepas dari orang tua inilah yang membuat munculnya rasa inisiatif dalam diri mereka, namun juga menimbulkan rasa bersalah yang sering kali membuat anak menjadi lebih mudah sedih atau bahkan marah karena yang dia kerjakan tak sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Nah, untuk mengetahui bagaimana tahap perkembangan dan apa yang harus dilakukan dalam membentuk emosional anak menjadi lebih baik. Yuk, simak rangkuman yang sudah Popmama.com siapkan berikut ini!

Editors' Pick

1. Tahap perkembangan emosi anak usia 4-5 tahun

1. Tahap perkembangan emosi anak usia 4-5 tahun
Freepik

Seperti yang sudah diketahui, usia balita merupakan usia anak untuk bermain. Sebab bermain adalah salah satu kegiatan primer yang dibutuhkan oleh si Kecil, Ma.

Namun di usianya ini, anak akan mulai berinisiatif dalam melakukan sesuatu hal, ini yang membuatnya belajar mengenai arti ditanggapi dengan baik atau diabaikan (ditolak atau diterima).

Jika si Kecil menerima tanggapan yang baik, maka ia akan belajar beberapa hal ini, Ma:

  • Dapat bekerja sama dengan teman.
  • Memiliki kemampuan menjadi pemimpin (dalam permainan).
  • Mampu berimajinasi serta mengembangkan ketrampilan diri melalui aktif dalam bermain.

Namun sebaliknya, jika ia menerima tanggapan berupa penolakan, ini yang akan membuat anak menjadi merasa bersalah dan takut. Hal ini akan membuatnya selalu bergantung pada kelompok dan tidak berani mengeluarkan pendapatnya.

2. Cara menstimulus anak untuk mengekspresikan emosinya

2. Cara menstimulus anak mengekspresikan emosinya
Freepik/Yanalya

Dalam presentasi yang dilakukan dr. Margareta Komalasari, Sp.A melalui Kuliah Whatsapp bersama Popmama Parenting Academy (POPAC) 2020 pada Kamis (01/10/2020), beliau menyebutkan bahwa usia anak lebih dari 3 tahun bisa dilakukan stimulus yang lebih dari anak di bawahnya.

Mama bisa menambahkan stimulus pada si Kecil dengan mengenalkan huruf dan angka sambil bermain, buang air di toilet (potty training), dibiarkan bermain sendiri dengan temannya (tetap dengan pengawasan dari jarak jauh), serta melakukan hal mandiri lainnya yang dapat merangsang perkembangannya.

Di usia 4-5 tahun, selera humor anak mulai terlihat, Ma. Ia akan banyak tertawa dan ikut bertingkah lucu agar bisa menarik perhatian orang sekitarnya. Dari sini anak juga akan belajar bagaimana berekspresi layaknya orang dewasa.

3. Cara yang bisa dilakukan untuk perkembangan emosional berjalan baik

3. Cara bisa dilakukan perkembangan emosional berjalan baik
Freepik

Sama seperti anak usia 2-3 tahun yang sudah mulai diajarkan cara memecahkan masalah, anak usia ini juga harus lebih dilatih bagaimana menyelesaikan suatu masalah. Jika ia berkelahi atau berebut mainan dengan temannya, ajarkan padanya untuk menyelesaikannya dengan baik tanpa saling berkelahi.

Selanjutnya Mama bisa memberikan ruang untuknya mengekspresikan diri. Perlu diketahui bahwa anak adalah peniru perilaku orangtua dan orang disekitarnya, sehingga ia akan dengan mudah menirukan perilaku, perkataan, hingga kebiasaan orang lain.

Mama dan Papa bisa melakukannya dengan berbagi cerita dengannya tentang apa saja yang ia lakukan seharian. Luangkan waktu untuk mengajak anak ngobrol santai. Bisa dilakukan sebelum tidur agar anak lebih rileks dan siap bercerita.

Tak hanya anak, Mama dan Papa juga bisa menceritakan keseharian saat sedang senang, kecewa, sedih, atau perasaan lain padanya. Saat ia mendengarkan cerita yang Mama dan Papa bagikan, maka secara tidak langsung ia akan meniru dikemudian hari.

Selain dapat membentuk emosional anak, berbagi cerita tentang keseharian bersama anak juga mampu mempererat bonding antara anak dan orangtua. Coba yuk, Ma!

Itu dia informasi mengenai tahap perkembangan emosi serta cara menstimulus yang bisa dilakukan Mama dan Papa dalam membentuk emosional yang baik pada si Kecil. Semoga informasinya bermanfaat ya!

Baca juga:

The Latest