Viral Prank Suara Kuntilanak dan Tinggalkan Anak, Ini Dampak Bahayanya
Jangan sampai membahayakan kesehatan mental anak demi ikutan prank yang kekinian itu, Ma
16 Agustus 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semakin majunya teknologi dan media sosial saat ini, konten prank prank menjadi salah satu hal yang marak dilakukan oleh banyak orang. Tak hanya kepada orang dewasa, justru konten seperti ini juga banyak dilakukan kepada anak-anak.
Misalnya saja prank menggunakan sound kuntilanak yang saat ini tengah marak dilakukan para orangtua kepada anak mereka. Konten ini bermula dengan orangtua yang mengajak anak untuk membuat TikTok di depan kamera, kemudian nantinya orangtua meninggalkan anak di dalam ruangan dengan suara kuntilanak yang menyeramkan.
Meski beberapa orang beranggapan konten ini hanya untuk seru-seruan saja, namun tak sedikit juga orangtua yang merasa ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental anak kelak nanti. Salah satunya bisa membuat anak ketakutan yang terbawa sampai mereka dewasa.
Agar tidak terjadi pada anak mama, berikut Popmama.com telah merangkum beberapa dampak buruk dengan adanya prank menggunakan suara kuntilanak yang diberikan kepada si Kecil.
1. Sama dengan melakukan bullying pada anak
Akun milik @lindakondau yang merupakan salah satu influencer mom di TikTok memberikan tanggapannya terkait penggunaan suara kuntilanak untuk menjahili anak-anak.
Influencer yang aktif membagikan edukasi seputar parenting itu mengaku bahwa konten prank tersebut adalah hal yang salah dan sama saja dengan melakukan bullying kepada anak. Mengapa demikian?
"Di setiap video-video prank ini kita bisa lihat banyak banget yang ngetawain anak tersebut. Ini salah banget. Kita sebagai orang dewasa sama saja seperti membully anak kecil nggak sih?," ujar Linda dalam videonya.
Hal ini diutarakan olehnya karena prank yang dilakukan kemudian membahayakan anak baik secara fisik atau pun mental, ini saja sama seperti orang tersebut melakukan tindak bullying terhadap sang anak.
Editors' Pick
2. Menghancurkan kepercayaan anak
Lebih lanjut, Linda juga mengingatkan kembali kepada para orangtua bahwa orangtua adalah orang pertama yang paling dipercaya oleh anak. Sehingga saat orangtua melakukan prank yang memicu rasa tidak aman pada anak, hal ini justru bisa memicu anak untuk tidak memercayai orangtuanya.
"Kita sebagai orangtua adalah orang yang paling dipercaya anak, tapi kita malah menghancurkan kepercayaannya tersebut," ujarnya menambahkan.