Tambah Wawasan si Kecil, Yuk Ajak Anak Ikut Sesi Mendongeng di Museum
Nggak hanya meningkatkan bonding dengan anak, dongeng juga jadi cara ajarkan seni sejak dini
1 Mei 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seperti yang sudah banyak orangtua ketahui, dongeng jadi salah satu kegiatan seru dan edukatif yang bisa dilakukan bersama buah hati.
Manfaat membacakan dongeng pada anak pun sangatlah beragam. Mulai dari meningkatkan bonding antara orangtua dan anak, melatih kemampuan berbicara maupun berbahasa anak, hingga mengajarkan seni pada anak sejak dini.
Membacakan dongeng di zaman saat ini pun sudah bukan lagi hal yang sulit dilakukan. Mama dapat dengan memudah menemukan berbagai jenis buku cerita anak di toko buku, serta memanfaatkan ponsel dengan mengakses dongeng di internet.
Nggak hanya itu, Ma. Saat ini juga telah banyak tersedia kegiatan mendongeng yang digelar secara terbuka di ruang publik. Misalnya saja seperti yang dilakukan Museum of Modern & Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN) lewat program yang sudah ada sejak tahun 2021 silam yakni sesi mendongeng.
Jadi nggak hanya Mama dan Papa saja yang bisa menikmati karya seni yang ada di Museum MACAN, si Kecil pun bisa belajar seni sejak dini lewat program mendongeng yang ditawarkan tersebut. Bisa jadi ide akhir pekan juga nih, Ma.
Untuk informasi lebih lanjut, yuk, langsung simak ulasan yang sudah Popmama.com rangkumkan dalam artikel berikut ini.
Editors' Pick
1. Belajar seni lewat dongeng
Mengunjungi museum jadi salah satu kegiatan seru yang bisa Mama lakukan untuk menghabiskan waktu dengan si Kecil. Dengan begitu, anak pun bisa belajar menginterpretasi dan mendapat edukasi seni melalui karya yang dipamerkan di museum.
Nggak sekadar melihat berbagai karya seni yang ada, Museum MACAN sebagai salah satu museum seni yang ada di Jakarta pun turut mengajak para orangtua untuk mengenalkan seni pada anak lewat cara yang menyenangkan, yakni mendongeng.
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, program ini sudah diberlakukan sejak tahun 2021 silam dan masih berjalan hingga saat ini. Program ini dirancang sebagai sesi mendongeng interaktif bagi anak usia 5–12 tahun beserta keluarga, yang akan mengajak anak berimajinasi lewat cerita, warna, tekstur, dan suara-suara dari sekitar.
Nah, tema yang diangkat pada setiap sesi dongengnya pun cukup beragam dan akan disesuaikan dengan pameran yang sedang berlangsung.
Sebagai contoh, pada bulan Agustus 2022, museum ini telah melakukan sesi mendongeng bertemakan kemerdekaan yang selaras dengan karya-karya yang sedang dipamerkan pada saat itu (menampilkan karya dari Dullah, S. Soedjojono, Hendra Gunawan serta Sudjana Kerton) dan sesuai dengan suasana perayaan kemerdekaan ke-77 di Indonesia.
Nah, dongeng terbaru yang diangkat di museum tersebut adalah 'Sesi Mendongeng: Gulungan, Gelondong, dan Jarum'. Dijelaskan oleh Nin Djani, Kurator Edukasi dan Program Publik, Museum MACAN, sehubungan dengan latar belakang tersebut, topik Gulungan, Gelondong dan Jarum dipilih karena dinilai cocok untuk diselenggarakan pada periode pameran Chiharu Shiota: The Soul Trembles.
2. Dongeng dirancang sesuai karya seni yang dipamerkan
Sebagai cara seru untuk memperkenalkan seni sejak dini, dongeng yang ditentukan dalam museum pun akan dieksplorasi dengan karya dan praktik sang perupa.
Nah, di sesi mendongeng terbaru yang diselenggarakan pihak museum bertajuk 'Sesi Mendongeng: Gulungan, Gelondong, dan Jarum', dijelaskan bahwa pemilihan tema tersebut lantaran benang merupakan medium yang digunakan Shiota dalam karya-karyanya, sehingga sejak awal pihak museum berusaha mencari tema cerita yang berkaitan dengan benang.
Sementara untuk Gulungan, Gelondong, dan Jarum (atau dalam Bahasa Inggris, Spindle, Shuttle, and Needle) bersumber dari dongeng klasik Jerman karangan Grimm Bersaudara dengan judul yang sama. Melihat unsur benang yang cukup dominan dalam dongeng tersebut, serta praktik artistik Shiota yang sejak 1997 sudah berbasis di Jerman, maka dongeng Gulungan, Gelondong, dan Jarum dipilih untuk menjadi sesi mendongeng interaktif yang melibatkan anak-anak di dalamnya.
Jadi, lewat dongeng tersebut, anak nggak hanya mendengarkan dongeng secara pasif saja, Ma, tetapi juga mendapatkan pengalaman taktil, motorik dan interaksi sosial ketika berpartisipasi dalam sesi yang dipandu oleh edukator museum.