Viral Utas Konten YouTube Kids Tidak Ramah Anak, Benarkah?
Utasan di Twitter terkait konten YouTube Kids tidak ramah anak membuat orangtua harus lebih waspada
9 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
YouTube Kids menjadi layanan video alternatif yang bisa digunakan oleh anak-anak. Namun, baru-baru ini justru beredar utasan di media sosial yang menyebutkan bahwa layanan video anak tersebut tidak aman digunakan oleh anak-anak.
Dalam cuitan akun milik @AldoButtazzoni, ia membagikan sebuah utasan yang menjelaskan tentang konten-konten di YouTube Kids yang dinilai tidak sesuai dengan usia anak, salah satunya konten LGBTQ.
Tak hanya influencer luar negeri saja, Ma. Rupanya salah seorang dokter spesialis anak Indonesia yakni dr. Shela P. Sundawa, Sp.A juga menuliskan keresahannya dengan konten-konten yang ada di YouTube Kids.
Dalam akun Twitter pribadi milik dr. Shela (@oxfara), ia menyebutkan, "Fenomena maraknya konten YouTube Kids yg memaparkan tentang LGBTQ ini meresahkan sekali."
Lantas, benarkah layanan video anak yang selama ini dinilai ramah anak justru tidak aman untuk digunakan?
Melansir dari berbagai sumber, yuk simak informasi selengkapnya dalam artikel yang telah Popmama.com rangkumkan berikut ini.
1. Konten identitas gender yang tidak sesuai
Menurut utas tersebut, terdapat channel khusus bernama “Queer Kid Stuff” yang merilis video-video bertema normalisasi ideologi transgender, bagaimana cara mendukung aktivisme LGBTQ+, serta normalisasi gaya hidup LGBTQ+ yang secara khusus menargetkan audience anak-anak.
Padahal, menurut dr. Shela, hal ini tidak sebaiknya ada dalam layanan video tersebut yang menargetkan audiens anak-anak sebelum usianya.
Dalam cuitan yang dibagikannya beberapa waktu lalu, dokter spesialis anak yang aktif berbagi edukasi di Twitter pribadinya itu menuliskan, "Anak baru belajar tentang gender role setelah umur 4 tahun, kalo dia dikenalkan bahkan sebelum usia tersebut, akan sangat sulit untuknya memahami peran mana yg seharusnya dia contoh nanti."
Channel ini juga mengunggah beberapa video yang mengajarkan konsep tentang "identitas gender". Padahal sampai sekarang, masih belum ada bukti biologis akan keberadaan "identitas gender".
Lebih lanjut, dr. Shela menyebutkan bahwa ilmu tentang berbagai jenis gender dan orientasi seks sebenarnya ilmu baru di bidang psikologi dan sosial.
Editors' Pick
2. Konten yang dikhawatirkan memengaruhi pola pikir anak
Tak hanya satu channel saja, Ma, ada pula channel aktivis LGBTQ+ yang lain, yaitu "Pop'n'Olly" yang pernah membagikan video animasi dengan menggunakan cerita romantis yang menggambarkan hubungan sesama jenis.
Meski dibuat dengan cara yang menarik dan penuh warna, adanya konten seperti ini tentu saja bertentangan dengan nilai dan norma yang ada di Indonesia.
Jika anak menonton sekali atau duka kali saja mungkin tidak akan langsung memengaruhi pikiran mereka. Namun, bagaimana jika anak dibiarkan terus menerus mengakses konten demikian? Bisa orangtua bayangkan bagaimana pola pikir anak nantinya akan tergiring untuk menormalisasikan hal-hal yang seharusnya tidak bisa dinormalisasi.