Cara Mengajarkan Anak Punya Hak Atas Tubuh Mereka Sejak Dini

Jangan sampai anak tumbuh tidak bisa menolak permintaan orang lain, bisa berujung ke pelecehan

12 September 2024

Cara Mengajarkan Anak Pu Hak Atas Tubuh Mereka Sejak Dini
Freepik

Mengajarkan anak tentang hak atas tubuh mereka sejak dini adalah langkah penting dalam membangun fondasi rasa aman yang kuat. Dengan memahami bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sendiri, anak-anak dapat belajar mengenali dan menetapkan batasan (boundaries), serta merasa lebih berdaya dalam menghadapi situasi yang membuat mereka tidak nyaman.

Dikutip dari Nemours KidsHealth (ditinjau oleh Larissa Hirsch, MD, adalah dokter anak bersertifikat dan editor medis), mengajarkan anak-anak tentang tubuh mereka dan apa yang bersifat pribadi bisa jadi sulit.

Namun, ini menjadi jalan agar anak-anak mengembangkan perasaan yang sehat tentang tubuh mereka dengan cara yang sesuai dengan usianya. Ini juga membantu anak-anak mempelajari apa yang tidak boleh dilakukan, yang dapat membantu melindungi mereka dari pelecehan seksual kelak.

Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai cara mengajarkan anak punya hak atas tubuh mereka sejak dini.

1. Psikolog Belinda Agustya ungkapkan analogi mengenai 'consent' anak

1. Psikolog Belinda Agustya ungkapkan analogi mengenai 'consent' anak
Pexels/Ivan Samkov

Di akun Instagramnya, Belinda Agustya lewat @belindagustya, Psikolog Anak dan Keluarga ini memarkan analogi yang menarik mengenai mengajarkan anak soal hak atas tubuh mereka.

Dalam postingan itu, ia menyebut dari anak usia 4, 6, 8, hingga 16 tahun, orang disekitarnya 'membiarkan' batas hak tubuh itu dilanggar. Padahal anak bisa tidak nyaman dengan hal tersebut.

"Bayangkan kamu berusia 4 tahun, kamu nggak mau peluk balik kakekmu, lalu ayahmu bilang harus memeluk beliau. Jadi, kamu tetap memeluk kakekmu. Meskipun tubuhmu bilang 'TIDAK MAU'," tutur unggahan itu.

Analogi yang sama juga dilanjutkan ke usia 6, 8, 16 tahun usia anak. Hingga terbawa di usia 21 tahun saat ia dewasa dan mulai berpasangan. Namun, karena tidak mengenal 'boundaries' itu ini yang justru bisa mengancam untuk si Anak kelak.

Editors' Pick

2. Selain agama dan moral, orangtua perlu mengajarkan anak 'boundaries'

2. Selain agama moral, orangtua perlu mengajarkan anak 'boundaries'
Freepik

Menurut Belinda, selain pentingnya menanamkan nilai-nilai agama dan moral tidak kalah penting adalah membentuk kelekatan emosional dengan anak dan komunikasi yang sehat.

Karena ini menjadi fondasi penting terkait bagaimana kelak anak bisa menghargai dirinya sendiri. Ketika dewasa, anak memiliki kemampuan untuk menolak dan memutuskan keinginannya tanpa rasa tidak enak.

"Termasuk bagaimana ia mampu mempertahankan hak atas tubuhnya sendiri," jelas psikolog satu ini.

3. Cara mengajarkan anak memiliki boundaries sejak kecil

3. Cara mengajarkan anak memiliki boundaries sejak kecil
Freepik

Pendidikan mengenai hak atas tubuh membantu anak-anak memahami konsep persetujuan (consent), rasa hormat, dan empati terhadap diri sendiri dari orang lain.

Sebagai orangtua kita bisa mengajarkan hal-hal ini kepada anak untuk mengenalkan consent atau persetujuan tadi. Sehingga anak-anak saat mulai dewasa dan bisa bicara sudah mampu menolak dengan tegas.

Berikut adalah beberapa caranya dikutip dari akun Belinda Agustya, Psikolog Anak dan Keluarga, yakni:

  • Jangan memaksa anak memeluk orang lain
  • Berhenti mempermalukan anak karena tidak ingin disentuh
  • Biarkan anak tahu mengatakan "TIDAK" adalah hal wajar dan bukannya tidak sopan

"Kalau kita ingin anak menjadi seseorang yang asertif, kuat dan berani bilang TIDAK, saat remaja maka kita perlu menghargai mereka saat sedang berusaha asertif, kuat dan berani bilang TIDAK saat usia masih kecil," jelas Belinda.

4. Mengajarkan anak tentang 'consent' dilakukan sehari-hari

4. Mengajarkan anak tentang 'consent' dilakukan sehari-hari
Freepik/pch.vector

Mengajarkan anak mengenai otonomi tubuh mereka akan menghasilkan anak yang mampu menetapkan batasan. Mereka akan berdaya untuk berkata ‘tidak’ saat remaja dan dewasa saat tidak nyaman.

Orangtua mendukung dengan mulai meminta izin sebelum menyentuh anak-anak dan dorong mereka untuk melakukan hal yang sama. Lakukan ini dengan mencontohkannya sendiri.

Sebelum meminta pelukan dari anak, keponakan, atau cucu, mintalah izin untuk melakukannya. Jika anak tersebut masih sangat kecil atau belum bisa berbicara, biasakan untuk mengomunikasikan persetujuan dengan memberi tahu mereka apa yang akan kita lakukan, dan mengapa, sebelum menyentuh.

Cobalah penjelasan sederhana seperti: "mama akan mengancingkan bajumu, jadi kamu siap untuk sekolah," atau "mama akan mengoleskan sampo ke rambutmu, jadi kamu bersih." Ini memperkuat konsep bahwa komunikasi selama sentuhan berlangsung terus-menerus.

5. Pahami bahwa tubuh anak adalah hak mereka sendiri

5. Pahami bahwa tubuh anak adalah hak mereka sendiri
Freepik/jcomp

Beri tahu anak bahwa tubuh mereka adalah hak mereka sendiri. Tekankan dan ciptakan kesempatan bagi mereka untuk memahami bahwa si Kecil memegang kendali atas cara mereka berinteraksi dengan orang lain serta cara orang lain berinteraksi dengan mereka.

Jangan pernah memaksakan pelukan, ciuman, atau belaian sebagai pengganti komunikasi, bahkan dengan saudara. Jika seorang anak tidak ingin berpelukan saat menyapa dan mengucapkan selamat tinggal, beri tahu mereka bahwa itu tidak apa-apa. Sebagai gantinya mereka dapat melambaikan tangan, tos, kiss-bye, atau sekadar mengucapkan salam.

'Consent' atau persetujuan tidak hanya bicara soal seks. Sering kali kata ini hanya muncul dalam konteks seksual, tetapi orangtua dapat menjadikannya sebagai bagian dari percakapan sehari-hari.

Misalnya menggunakannya untuk permintaan izin apa pun. Ajari anak-anak untuk meminta persetujuan sebelum meminjam barang milik orang lain, sebelum mengunggah foto secara daring, saat membuat rencana kelompok dan, seperti biasa, sebelum menyentuh orang lain.

Itulah tadi cara mengajarkan anak punya hak atas tubuh mereka sejak dini. Yuk, ma ajarkan anak dengan cara-cara di atas ya!

Baca juga:

The Latest