Cara Parenting Babeh Seiji saat Anak Marah, Patut Dicontoh!

Membantu anak meregulasi emosi sejak kecil berdampak ke masa depannya!

17 November 2024

Cara Parenting Babeh Seiji saat Anak Marah, Patut Dicontoh
Instagram.com/babeheji

Menghadapi anak yang sedang marah bisa menjadi tantangan besar bagi orangtua. Namun, Babeh Seiji, figur papa yang dikenal dengan pendekatannya yang penuh kasih sayang dan pengertian, berhasil menunjukkan cara parenting yang patut dijadikan inspirasi.

Alih-alih memarahi balik atau memberikan hukuman, Babeh Seiji memilih untuk memahami, mendampingi, dan membantu anak mengelola emosinya dengan bijak.

Metode yang ia terapkan tidak hanya membantu anak keluar dari kemarahan, tetapi juga membangun hubungan yang lebih erat dan penuh kepercayaan.

Berikut Popmama.com rangkum cara parenting Babeh Seiji saat anak marah, patut dicontoh nih!

1. Menenangkan anak dengan mengajarinya regulasi emosi

1. Menenangkan anak mengajari regulasi emosi
Instagram.com/babeheji

Dalam video berdurasi kurang lebih 1 menit 30 detik itu Babeh Seiji berusaha menenangkan anaknya yang sedang marah ke sang Istri. Seiji sendiri memang kerap membantu sang Mama memasak, tetapi saat itu kondisinya sedang buru-buru karena akan pergi.

Seiji yang menangis pun ditenangkan Babehnya di kamar. Di sini Babeh Seiji mengajari anaknya untuk meregulasi emosi marah yang dirasakannya agar tidak destruktif.

"Eji lagi sedih? Eji lagi rasain apa? Eji tadi mau bantuin Momma tapi marah ya?," tanya Babeh Seiji kepada anaknya.

Seiji pun menjawab kalau ia marah dan ingin baca buka. Di mana Babeg Seiji berusaha membimbing anaknya agar mengeluarkan emosi marahnya dengan cara yang benar. Caranya tentu regulasi emosi.

Editors' Pick

2. Cara Babeh Seiji mengajari anaknya regulasi emosi

2. Cara Babeh Seiji mengajari anak regulasi emosi
Instagram.com/babeheji

Di video itu Babeh Seiji menyebut banyak cara yang bisa dilakukan agar tidak marah-marah. Di mana orangtua membantu anak untuk mendeskripsikan emosinya dengan cara bertanya terlebih dahulu.

Seiji sendiri marah dan menangis karena ia berniat membantu sang Mama agar bisa dapat susu. Tetapi karena sedang buru-buru Seiji pun tidak bisa membantu seperti biasa. Di sini Babeh Seiji menerangkan hal itu kepada anaknya.

"Eji mau bantuin Momma karena mau minum susu. Tapi sama Momma nggak bolehin. Itu bukan nggak boleh tapi Momma lagi buru-buru karena kita mau pergi," jelas Babeh Seiji.

Lalu menjelaskan lagi kepada Seiji bahwa ia bisa melakukan hal itu di lain waktu. Babeh Seiji juga menguatkan anaknya keinginan untuk membantu itu baik, tetapi di waktu yang tepat. Jika kecewa maka pelampiasannya pun harus benar.

"Kalau misal kita lagi nggak heboh, lagi nggak hectic, kita boleh bantuin Momma masak," terangya.

3. Orangtua memberikan nama atas emosi anak

3. Orangtua memberikan nama atas emosi anak
Instagram.com/babeheji

Kata-kata selanjutnya adalah Babeh Seiji menjelaskan mengenai nama-nama emosi pada manusia. Tentu label emosi ini masih dasar untuk anak-anak. Tetapi lebih baik jika sudah dikenalkan sejak dini.

"Rasanya tuh kayak gunung mau meletus, panas di dalam badan Eji, jantungnya tadi deg-degan nggak?," tutur Babeh Seiji.

Selanjutnya ia membimbing anaknya agar mengeluarkan rasa marah dengan cara tepat. Bukan melampiaskannya dengan cara yang buruk.

"Pas marah sebaiknya kita menenangkan diri, sebelum kita meledak-ledak. Cara tenang gimana? (tarik napas)," jelasnya.

4. Pesan Babeh Seiji agar anaknya bisa regulasi emosi

4. Pesan Babeh Seiji agar anak bisa regulasi emosi
Instagram.com/babeheji

Ada beberapa hal yang dipesankan dan diajarkan Babeh Seiji untuk anaknya. Pertama, bertanya soal emosi anak. Lalu ajarkan juga kalau emosi anak itu valid, tetapi ekspresi emosinya yang mesti dikontrol.

"Kalau nangis boleh, kalau kesel boleh, kalau marah-marah nggak boleh, kalau tendang-tendang nggak boleh," ulang Seiji kepada sang Papa.

Menyambut perkataan anaknya, Babeh Seiji tampak bangga. Seiji memang masih belajar untuk meregulasi emosinya di usia balita, sehingga saat beberapa kali kelepasan tugas sang Papa adalah membimbingnya.

"Jadi setiap Eji mau tendang-tendang?," tanya Babeh Seiji.
"Ke kamar. Sabar, tenangin diri, boleh peluk boneka," jawab anaknya.

Terakhir, Babeh Seiji mengatakan kalau ketika seseorang marah dan menyampaikannya dengan tenang maka lawan bicara juga akan lebih menghormati.

"Ketika kita menyampaikan rasa marah dengan lebih tenang, orang lain bisa lebih ngerti maunya Eji apa. Kalau Eji sudah tenang, sudah sabar, baru deh kita main," tutur Babeh Seiji.

5. Pentingnya mengajarkan regulasi emosi saat anak marah seperti Babeh Seiji

5. Penting mengajarkan regulasi emosi saat anak marah seperti Babeh Seiji
Freepik/jcomp

Mengajarkan regulasi emosi kepada anak balita merupakan fondasi bagi kesehatan mental dan keterampilan sosial mereka di masa depan. Pada usia ini, anak-anak mulai belajar memahami perasaan mereka dan bagaimana bereaksi terhadap berbagai situasi, tetapi mereka masih belum memiliki kemampuan penuh untuk mengelola emosi mereka secara mandiri.

Bimbingan orangtua membantu mereka mengenali emosi seperti marah, sedih, atau frustrasi dan bagaimana menanganinya dengan cara yang sehat. Proses ini juga melatih anak untuk menunda kepuasan, mengurangi perilaku impulsif, serta belajar berempati dan bersikap terhadap orang lain.

Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang diajarkan regulasi emosi sejak dini cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih baik, prestasi akademis yang lebih tinggi, dan tingkat stres yang lebih rendah saat dewasa.

Melalui interaksi sehari-hari, misalnya dengan menggunakan teknik seperti berbicara tentang perasaan atau memberikan contoh pengelolaan emosi, orangtua dapat membantu anak mengembangkan kemampuan ini secara efektif.

Selain itu, regulasi emosi pada anak juga mengurangi risiko perilaku agresif dan meningkatkan kepercayaan diri mereka, sehingga anak tumbuh dengan lebih adaptif dan resilien di lingkungan sosialnya.

Itulah tadi cara parenting Babeh Seiji saat anak marah, patut dicontoh. Semoga menjadi guidance untuk papa di luar sana.

Baca juga:

The Latest