Setiap orangtua tentu pernah menghadapi momen yang menantang saat anak sakit. Di tengah kepedulian untuk membuat anak merasa nyaman, orangtua biasanya memberikan obat untuk mengatasi gejala yang dirasakan si Kecil.
Memberikan obat pada anak bukanlah keputusan sepele. Kapan waktu yang tepat untuk memberikan obat pada anak? Ini adalah pertanyaan yang membutuhkan pemahaman yang baik tentang kondisi kesehatan anak, jenis obat yang akan diberikan, serta dosis yang tepat.
Saat anak sakit, ada kecenderungan untuk segera memberikan obat sebagai upaya pertama untuk mengurangi gejala. Namun, terlalu cepat memberikan obat bisa menjadi berisiko.
Dokter Spesialis Anak, dr. Miza Dito Afrizal, Sp.A, mengatakan saat diwawancara oleh Nikita Willy di Youtube-nya kalau pada dasarnya orangtua mesti tahu kondisi zero atau awal anak ketika sakit atau tidak sakit.
"Jadi pemberian obat itu memang orangtua harus tahu kondisi dasarnya anak dulu. Oke ini tidak usah (diberi obat), ini anaknya masih lari-larian anaknya masih aktif," jelasnya.
Berikut Popmama.com rangkum kapan waktu yang tepat memberikan anak obat saat sakit?
1. Pemberian obat pada pertolongan pertama untuk meredakan gejala
Freepik
Ilustrasi
Dalam Youtube Nikita Willy tersebut, dr. Miza mengatakan kalau semua obat-obatan baik pilek, batuk dan demam tidak bersifat menyembuhkan. Orangtua perlu memahami kalau obat yang diberikan itu tujuannya untuk meredakan gejala yang timbul dan membuat anak nyaman untuk beristirahat.
"Semua obat-obatan mau pilek, batuk, demam apapun, itu tidak ada yang bersifat menyembuhkan. Bisa lihat di tulisannya tidak ada yang tulisannya menyembuhkan.Mereka tidak hanya menyembuhkan, mereka hanya meringankan gejala," jelasnya.
Editors' Pick
2. Apakah perlu sering memberi anak obat saat sakit?
Freepik/wirestock
Saat anak sakit, menurut dr. Miza tidak perlu memberikannya obat secara sering. Obat hanya perlu diberikan saat anak mengalami gejala yang mengganggu aktivitasnya.
"Makanya pemberiannya pun seharusnya tidak perlu serutin itu. Misalnya kita ngomongin obat batuk dan pilek karena hidungnya mampet banget, tidak bisa tidur, tidak mau makan, gelisah dan tidak mau menyusu. Kita beri obatnya karena anaknya sudah sangat tidak nyaman. Kita kasih obat untuk 'melegakan' istilahnya," pungkasnya.
Setelah diberi obat dan bisa tidur nyenyak, besoknya dia bisa lari-larian dan sudah beraktivitas normal maka obatnya tidak perlu diberikan lagi.
"Habis kita kasih, dia bisa tidur enak. Terus besoknya dia sudah bisa lari-larian, makan sudah biasa, itu obat tidak perlu diberikan lagi. Tidak apa-apa," jelas dr. Miza.
3. Penting agar orangtua peka kondisi anak saat sakit
Freepik/freepik
Terpenting bagi dr. Miza mengatakan kalau pemberian obat kepada anak tidak perlu dilanjutkan jika gejalanya mereda. Meski dalam labelnya tertulis diminum hingga 3x sehari.
Kecuali obat tersebut merupakan resep dari dokter dan harus diberikan terus-menerus. Selain itu, obat yang meringankan gejala anak seperti demam hingga batuk-pilek bisa dihentikan jika gejalanya mereda.
"Terus lusanya gitu lagi karena satu dan lain hal, kita bisa kasih lagi (obatnya). Jadi pemberian obat itu memang orangtua harus tahu kondisi dasarnya anak dulu. Anaknya masih lari-larian, masih aktif ya tidak usah. Walaupun tulisannya 3x sehari tapi baru dikasih pagi, siangnya anaknya sudah happy ya tidak usah dilanjut (obat) tidak apa-apa," jelasnya.
4. Kapan membawa anak ke rumah sakit saat demam?
Pexels/cottonbro studio
Salah satu gejala infeksi bakteri dan virus adalah anak mengalami demam. Rupanya menurut dr. Miza saat anak demam di rumah orangtua perlu memantau melalui termometer suhu, jangan hanya mengandalkan 'badan anget' dengan menyentuh tubuh atau kening si Kecil.
"Kalau anak demam sampai 40 derajat sudah harus dibawa ke rumah sakit karena masuknya emergency," pungkasnya.
Lantas apakah saat suhu sebelum 40 derajat masih bisa dirawat di rumah? dr. Miza menjawab bahwa orangtua perlu memerhatikan respons dan keadaan dari anak tersebut.
"Kita juga harus kasih waktu buat badan si Anak untuk melawan virus. Obat demam itu bukan untuk menyembuhkan penyakit, tetapi membuat anak nyaman. Jadi kapan kita harus kasih obat demam? Bukan hanya di suhu tapi di keadaannya. Biasanya main terus tapi kok agak beda. Sudah mulai rewel itu adalah momen kita kasih obat demam. Tapi kalau kita ukur suhunya 37,5 derajat tapi anak masih nyaman itu tidak perlu dulu, biarkan anak melawan virusnya," jelasnya.
5. Merawat anak saat sakit demam di rumah
Pexels/Tima Miroshnichenko
dr. Miza mengatakan saat anak sakti, demam misalnya orangtua perlu untuk membuatnya lebih nyaman. Secara logika semakin tinggi demam anak semakin tidak nyaman, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
"Kalau anaknya di bawah 2 tahun bisa skin-to-skin untuk menurunkan demam anak. Kita juga bisa kompres air hangat. Lokasinya ada yang lebih efektif selain di kepala yakni di leher dan ketiak. Ada yang bilang juga di lipat paha karena itu pembuluh darah besar yang dekat ke kulit. Harapannya pembuluh darahnya kebuka," jelasnya.
Orangtua kadang panik komplikasi demam bisa membuat kejang. Padahal yang sering dialami adalah dehidrasi. Ketika anak demam orangtua perlu membuat anak sering minum agar tidak terjadi dehidrasi.
"Komplikasi demam yang sering adalah dehidrasi. Jadi anak yang demam itu harus banyak minum. Karena biasanya kondisi yang lemas, tidak mau ngapa-ngapain penyebabnya bukan demamnya tapi kekurangan cairannya," pungkas dr. Miza.
Itulah tadi informasi mengenai kapan waktu yang tepat memberikan anak obat saat sakit. Semoga menjadi informasi yang berguna untuk mama dan papa saat menangani anak sakit di rumah.