5 Tanda Inner Child Anak Balita Terluka karena Orangtua, Jangan Salah!

Orangtua perlu sadar dan paham kebutuhan emosional anak ya, Ma

17 September 2024

5 Tanda Inner Child Anak Balita Terluka karena Orangtua, Jangan Salah
Pexels/Ksenia Chernaya

Inner child dalam diri seseorang merupakan aspek psikologis yang terbentuk sejak masa kanak-kanak dan berpengaruh besar terhadap emosi serta perilaku ketika ia dewasa. Pada masa balita, seorang anak sangat sensitif terhadap lingkungan sekitarnya, terutama dari orangtuanya.

Tindakan yang tampaknya sepele, seperti ucapan yang kasar atau perlakuan yang tidak adil, bisa berdampak mendalam pada perkembangan emosional si Kecil ini.

Tanpa disadari, banyak orangtua mungkin telah melukai inner child anaknya melalui pola asuh yang salah atau kurang peka terhadap kebutuhan emosional anak. Apalagi saat si Kecil masih dalam pertumbuhan emasnya.

Dikutip dari akun Instagram @sirohimaa atau Hima, seorang ibu sekaligus Neuro Parenting Practitioner, ada beberapa tanda orangtua mungkin melukai inner child anak balita.

"Kita sudah tau bahwa inner child itu netral, tapi tidak hanya inner child positif melainkan ada juga inner child negatif yang mana salah satunya membuat luka dari pengasuhan. Anak bisa mengalami luka pengasuhan ketika bapak dan ibu membuat luka tersebut entah karena memarahi anak berlebihan atau terlalu banyak menuntut, dan sebagainya," jelas Hima dalam salah satu postingan videonya.

Berikut Popmama.com rangkum tanda inner child anak balita terluka karena orangtua!

1. Anak menunjukkan perilaku destruktif

1. Anak menunjukkan perilaku destruktif
Freepik

Anak balita yang sering merusak barang atau melakukan tindakan berbahaya mungkin sedang menunjukkan rasa frustasi akibat inner child yang terluka. Ini bisa disebabkan oleh kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi atau kurangnya perhatian dari orangtua.

Perilaku ini adalah cara mereka mengekspresikan rasa sakit yang tidak dapat mereka ungkapkan secara verbal, sehingga penting bagi orangtua untuk merespons dengan empati dan mencari akar masalahnya.

Editors' Pick

2. Si Kecil jadi mudah marah dan agresif

2. Si Kecil jadi mudah marah agresif
Pexels/Thgusstavo Santana

Anak yang mudah marah atau menunjukkan agresi, seperti berteriak atau menyerang orang lain, bisa merasa tidak aman secara emosional.

Inner child yang terluka membuat anak kesulitan mengelola emosinya, sering kali sebagai akibat dari pola asuh yang penuh tekanan atau kurang kasih sayang. Orangtua perlu menciptakan lingkungan yang aman dan memberikan dukungan emosional yang konsisten.

Dikutip dari Yale Medicine, banyak faktor yang dapat menyebabkan anak-anak berjuang melawan amarah dan mudah tersinggung. Salah satu pemicu yang umum adalah frustrasi ketika anak tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.

Selain faktor genetika dan biologis, paling umum adalah lingkungan di mana salah satunya merupakan trauma. Anak yang mengalami trauma, disfungsi keluarga, dan gaya pengasuhan tertentu (seperti hukuman yang keras dan tidak konsisten) membuat anak lebih mungkin menunjukkan amarah dan/atau agresi yang mengganggu kehidupan sehari-harinya.

3. Sering berkelahi dengan saudara/ teman sebaya

3. Sering berkelahi saudara/ teman sebaya
Pexels/Vika Glitter

Berkelahi dengan saudara atau teman sebaya bisa menjadi tanda bahwa anak memproyeksikan frustasi dari rumah ke lingkungannya.

Inner child yang terluka, terutama karena konflik dalam keluarga atau pola asuh yang keras, membuat anak cenderung mengekspresikan ketidakpuasan mereka melalui agresi terhadap orang lain. Orangtua harus mengajarkan cara yang lebih sehat untuk mengelola konflik.

4. Tidak mau dipeluk/ dicium

4. Tidak mau dipeluk/ dicium
Pexels/Pixabay

Anak yang menolak pelukan atau ciuman mungkin mengalami luka emosional yang mendalam. Ini membuat mereka tidak nyaman dengan bentuk kasih sayang fisik.

Pengalaman negatif dengan orangtua seperti kritik yang terus-menerus atau kasih sayang yang bersyarat bisa jadi pemicunya. Oleh karenanya penting bagi orangtua untuk membangun kembali rasa aman dan kepercayaan secara perlahan.

5. Anak jadi sering menghindar

5. Anak jadi sering menghindar
Pexels/Dario Moscato

Anak yang sering menghindari interaksi sosial atau kontak dengan orang lain mungkin sedang melindungi dirinya dari rasa sakit emosional. Inner child yang terluka membuat anak merasa tidak aman, sehingga mereka lebih memilih menarik diri.

Orangtua perlu menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan memberikan kesempatan bagi anak untuk merasa nyaman kembali dalam berinteraksi.

Itulah tadi tanda inner child anak balita terluka karena orangtua. Semoga kita tidak menjadi orangtua yang melukai inner child anak ya!

Baca juga:

The Latest