Beberapa waktu belakangan ini, kita semua tahu bahwa banyak terjadi kasus yang berkaitan dengan kekerasan anak. Selain itu, fakta juga menunjukkan kalau anak-anak sangat rentan mengalami kekerasan, apalagi di masa pandemi Covid-19 yang semuanya serba terbatas.
Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KemenPPPA), per Hari Jumat 23 Juli yang lalu terdapat 5463 kasus kekerasan terhadap anak. Hal ini banyak terjadi di rumah, lingkungan sekitar rumah atau di sekolah. Dimana per Bulan Desember 2021 ini, ada kemungkinan angka tersebut meningkat.
Dengan banyaknya kasus ini, semakin menunjukkan bahwa kekerasan anak bisa terjadi kapan dan dimana saja, serta berdampak panjang terhadap kehidupan anak kedepannya. Selain itu, kita sebagai orang tua tentunya juga akan merasa cemas dan khawatir ya.
Nah kali ini, Popmama.com akan membahas lebih lanjut mengenai Cara Merespons dengan Tepat saat Melihat Tindakan Kekerasan Anak, bersama Samanta Elsener, M.Psi., Psikolog dan Ciput Eka Purwianti, S.Si., MA, Asisten Deputi Perlindungan Anak, Indonesia (KemenPPPA).
Tentunya masih dalam rangkaian acara Popmama.com Parenting Academy 2021 ya, Ma. Yuk, simak informasi selengkapnya!
1. Hasil survey kasus kekerasan terhadap anak menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KemenPPPA)
Youtube.com/Popmama
Menurut survei nasional untuk mengukur pengalaman hidup anak dan remaja, yang dilakukan oleh KemenPPPA pertama kali di tahun 2018, sebanyak 2 dari 3 anak Indonesia yang berusia 13 hingga 17 tahun mengaku pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan. Hal ini disampaikan langsung oleh Ciput Eka Purwianti, S.Si., MA, Asisten Deputi Perlindungan Anak, Indonesia (KemenPPPA).
Menurut KemenPPPA, ada 3 jenis kekerasan yang diukur dan paling rentan dialami oleh anak yaitu:
Kekerasan seksual
Kekerasan emosional
Kekerasan fisik
Nah menurut hasil survei yang sama, anak laki-laki lebih banyak mengalami kekerasan fisik dan emosional. Sedangkan anak perempuan lebih banyak mengalami kekerasan seksual. Ini umumnya paling banyak terjadi di rumah dan di sekolah, dimana 70% pelaku kekerasan terhadap anak adalah teman atau pacar.
2. Apa saja macam-macam tindakan kekerasan terhadap anak?
Youtube.com/Popmama
Terkadang tanpa disadari, orangtua bisa saja melakukan kekerasan terhadap anak. Bahkan di keluarga yang terlihat harmonis sekalipun, kekerasan terhadap anak bisa terjadi.
Menurut Psikolog Samanta Elsener, M.Psi., ada 4 kategori tindakan kekerasan anak diantaranya:
Pengabaian atau penelantaran
Kekerasan verbal dan fisik
Pelecehan emosional
Pelecehan seksual
Dari keempat kategori ini pelakunya bisa saja dari orang-orang terdekat ataupun di luar dari orang terdekat.
Umumnya ini terjadi karena kurang terjalinnya kedekatan antara orangtua dan anak. Sehingga anak menjadi enggan dan takut untuk bercerita, atau melaporkan tindakan kekerasan yang dialaminya.
Editors' Pick
3. Seberapa rentan anak menjadi korban kekerasan?
Freepik
Hubungan antara orangtua dan anak merupakan hubungan yang kompleks. Dimana di dalam keluarga tentunya ada sistem dan aturan yang terbentuk.
“Karena hal inilah muncul banyak faktor yang menyebabkan anak rentan menjadi korban kekerasan,” jelas Samanta.
Ia juga menambahkan ada beberapa faktor yang membuat anak menjadi rentan terhadap kekerasan, diantaranya:
Kondisi finansial orangtua
Ketika orangtua mengalami masalah finansial, mereka cenderung melampiaskan emosi atau konflik yang ada di dalam dirinya ke anak. Ini karena anak dianggap masih kecil dan tidak mengerti apapun yang dialami orangtuanya.
Ekspektasi orangtua terhadap anak
Ekspektasi orangtua yang terlalu tinggi juga bisa menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap anak. Sehingga ketika terjadi keterlambatan terhadap perkembangan anak, orangtua cenderung akan membandingkan anak dengan orang lain. Inilah yang menyebabkan pelecehan emosional terhadap anak rentan terjadi.
Masalah hidup orangtua
Ketidakmampuan orangtua dalam menyelesaikan masalah seperti di kantor atau lingkungan keluarga, juga bisa jadi salah satu penyebab anak rentan mengalami kekerasan. Sehingga di satu sisi, orangtua jadi melampiaskan apapun masalah yang dialaminya ke anak.
Trauma masa lalu yang dialami orangtua
Kekerasan terhadap anak bisa terjadi karena orangtua cenderung membawa masalah atau tuntutan di masa lalu. Hal ini kemudian membuat banyak orangtua melibatkan anak, untuk mencapai tuntutan yang sebelumnya tidak bisa dicapainya. Misalnya memaksa anak melakukan sesuatu yang tidak disukainya.
4. Dampak kekerasan terhadap perkembangan fisik dan mental anak
Freepik/master1305
Ilustrasi
Terkadang orangtua tidak mengetahui bahwa anaknya mengalami kekerasan. Karena selama ini kebanyakan anak terlihat baik-baik saja. Padahal faktanya, kekerasan terhadap anak tak hanya berdampak pada fisik lho Ma, tetapi juga ke mental.
Berikut ini beberapa dampak tindakan kekerasan terhadap anak:
Anak menjadi rentan mengalami stres dan penurunan kepercayaan diri.
Menurunnya performa anak di bidang pendidikan.
Berkurangnya rasa percaya anak terhadap orang lain.
Anak menjadi kurang terbuka akibat rasa kurang percaya.
Interaksi sosial anak menjadi berkurang.
Anak sulit mengelola emosi, sehingga mudah terpancing emosinya ketika bersosialisasi.
Mengalami kerusakan sistem saraf di otak.
Anak cenderung melakukan hal negatif karena mengalami trauma.
Meningkatnya risiko kematian anak akibat kekerasan.
5. Bagaimana cara orangtua mengatasi ketakutan terhadap tindakan kekerasan anak?
Freepik/senivpetro
Berikut ini cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi ketakutan terhadap tindakan kekerasan menurut Samanta:
Lakukan mindful parenting atau mengasuh anak dengan penuh kesadaran.
Perbaiki pola asuh yang selama ini salah atau berdampak negatif terhadap perkembangan anak.
Cari tahu cara pendekatan kepada anak sesuai dengan usianya.
Buat anak terlibat dalam aktivitas keluarga yang positif, sehingga ia merasa bahwa pendapatnya didengar.
Ikuti perkembangan pergaulan anak mulai dari film, game dan hobi, agar orangtua bisa melakukan pendekatan yang baik ke dunia anak.
Ajak teman-teman anak main ke rumah kalau memang memungkinkan.
6. Apa yang harus dilakukan ketika melihat tindakan kekerasan anak, harus lapor ke mana?
Freepik/Racool_studio
Beberapa cara yang bisa dilakukan jika Mama melihat atau mengetahui adanya tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan:
Melapor ke kantor polisi yang terdekat dari rumah.
Menghubungi layanan telepon berbayar, call center di nomor 129 (Sahabat Perempuan dan Anak, SAPA 129).
Mengirimkan informasi melalui aplikasi WhatsApp ke nomor 08111129129
Mention ke akun media sosial KemenPPPA
Nantinya setelah laporan diterima, maka akan dilakukan asesmen singkat mengenai kondisi korban dan segera dilakukan penjangkauan serta pendampingan korban yang bekerja sama dengan:
DinasPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) di kota terdekat
Unit pelaksana teknis daerah PPPA
Psikolog
Dalam hal ini siapa saja bisa melaporkan adanya kekerasan terhadap anak dan perempuan, tidak harus korban. Selain itu, Mama juga tidak perlu khawatir mengenai adanya tuntutan terkait pencemaran nama baik. Karena semua laporan yang diterima nantinya akan diproses oleh para penyidik.
Demikianlah tadi informasi lengkap terkait cara merespon dengan tepat saat melihat tindakan kekerasan anak. Tentunya hal ini harus kita mulai dari diri sendiri ya, Ma. Selain itu, laporkan setiap tindakan kekerasan yang terjadi, guna meminimalisir adanya trauma pada anak.
Untuk mengetahui informasi lainnya mengenai acara Popmama.com Parenting Academy 2021, Mama bisa langsung cek di Instagram @popmama.parenting.academy atau kunjungi websitenya di Popac.popmama.com ya. Selamat mengikuti rangkaian acaranya, Ma!