- Aerobik: Mencakup aktivitas seperti berjalan, berlari, atau apapun yang membuat jantung berdetak lebih cepat. Setidaknya 3 kali dalam seminggu harus termasuk aktivitas dengan intensitas yang tinggi.
- Penguatan otot dan tulang: Aktivitas seperti melakukan workout ringan seperti push-up ataupun sit-up minimal 3 kali seminggu.
Cara Memahami dan Menghindari Sugar Addiction pada Anak
-bQ8jAEJf4pAIMxJ9yYjSSdOvn6lXEy3i.jpg)
Anak-anak mana yang menolak jika diberikan eskrim, coklat, atau minuman susu berperasa? Mereka pasti sangat menyukai makanan dan minuman manis tersebut. Tapi tahukah Mama bahwa konsumsi gula berlebihan bisa berdampak buruk bagi kesehatan mereka?
Konsumsi gula berlebih dapat menimbulkan beberapa kondisi seperti kerusakan gigi, obesitas, hingga gangguan perkembangan si Kecil di masa depan.
Hal tersebut lah yang dibahas oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam sebuah seminar bertema "Mengontrol Sugar Addiction pada Anak" yang digelar pada Selasa (26/11/2024).
Dalam seminar tersebut menghadirkan Prof. Dr. dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A(K) sebagai narasumber. Prof Siska menjelaskan tentang bagaimana cara memahami serta menghindari sugar addiction atau kecanduan gula pada anak.
Seperti apa informasi selengkapnya? Berikut Popmama.com telah merangkumnya lebih lanjut. Simak di bawah ini.
1. Apa itu sugar addiction?

Prof. Siska menjelaskan bahwa sugar addiction adalah sebuah kondisi dimana anak menunjukan perilaku mirip seperti kecanduan zat, makan berlebihan, serta keinginan yang kuat dalam mengonsumsi gula.
"Setelah anak mengonsumsi gula, gula dalam darah akan sampai di otak dan merangsar reseptor dopamin dan oploid di dalam otak. Paparan berulang dalam konsentrasi berlebih akan menyebabkan perilaku ketergantungan dan akan mengurangi kemampuan regulasi dalam otak," jelas Prof. Siska.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan ketika mengalami sugar addiction atau kecanduan gula anak akan mengalami sebuah siklus. Dimana saat mengonsumsi gula berlebih gula darah anak akan meningkat. Kemudian otak akan melepaskan hormon dopamin dan insulin yang akan membuat gula darah anak kembali turun. Setelah itu, akan menimbulkan nafsu tidak terkontrol dan menginginkan gula yang berlebih kembali.
2. Perkembangan preferensi anak terhadap makanan manis

Prof. Siska juga menjelaskan seiring bertambahnya usia, anak-anak memiliki perkembangan dan preferensi nya terhadap makanan serta minuman manis. Berikut adalah penjelasannya:
Innate Preferences
Bayi memiliki preferensi bawaan terhadap rasa manis, asin, dan gurih. Bayi yang baru lahir lebih menyukai larutan gula (air dan larutan yang manis) dibandingkan dengan larutan yang kurang manis.
Belajar Rasa
Pilihan makanan juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, pengaruh budaya dan orangtua. Penerimaan rasa dasar dalam penyapihan mungkin akan berbeda antara anak yang diberikan ASI ataupun susu Formula. Bayi yang diberikan susu formula cenderung akan merasakan rasa manis yang konstan. Tentunya, ASI juga memiliki rasa manis. Namun, ASI juga memiliki aroma dan rasa yang lain tergantung pada nutrisi yang dimiliki oleh Mamanya.
Persistence of Learned
Bayi yang secara rutin diberikan rasa manis oleh orangtuanya, menunjukan preferensi yang lebih besar terhadap rasa manis. Hal tersebut menunjukan bahwa asupan makanan serta minuman manis pada masa bayi dan usia dini, dapat mempengaruhi asupan makanan serta minuman manisnya di masa kanak-kanak ataupun remaja.
3. Dampak konsumsi gula yang berlebih

Tentunya konsumsi gula yang berlebih dapat menimbulkan beberapa dampak, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek yang dapat dialami oleh anak-anak adalah kerusakan gigi dan penurunan fokus. Dampak panjang yang dapat dialami oleh anak adalah perkembangan otaknya yang terpengaruhi, sehingga dapat menimbulkan perilaku yang adiktif. Berikut adalah dampak lain dari konsumsi gula yang berlebih:
Obesitas
Konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan IMT(Indeks Massa Tubuh) pada anak. Obesitas juga seringkali disebut sebagai jendela untuk mendatangkan berbagai macam penyakit lainnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan pernapasan, dan gangguan tidur. Selain itu, obesitas dapat memengaruhi kesehatan mental anak karena seringkali dikaitkan dengan rendahnya rasa percaya diri atau bullying di sekolah.
Diabetes
Konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang dapat mengganggu metabolisme tubuh anak. Gula berlebihan menyebabkan lonjakan kadar gula darah, sehingga pankreas harus bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika pola ini terus berulang, tubuh anak dapat menjadi kurang sensitif terhadap insulin, yang dikenal sebagai resistensi insulin—langkah awal menuju diabetes tipe 2.
Penyakit Kronis Lainnya
Gula berlebih juga dapat memicu berbagai penyakit kronis lain, termasuk gangguan jantung dan hati. Anak yang mengalami obesitas akibat konsumsi gula sering memiliki kadar kolesterol dan tekanan darah yang tinggi, yang merupakan faktor risiko penyakit jantung di kemudian hari.
Selain itu, gula berlebih juga dapat menyebabkan penumpukan lemak di hati (non-alcoholic fatty liver disease/NAFLD), yang bisa berlanjut menjadi peradangan hati serius jika tidak diatasi. Gula, terutama dalam bentuk fruktosa dari minuman manis, menjadi salah satu penyebab utama kondisi ini.
4. Peran penting orangtua

Mama dan Papa memiliki peran yang sangat penting dalam membantu anak terhindar dari bahaya kecanduan gula. Dengan bimbingan yang tepat, anak dapat diajarkan untuk memahami pentingnya pola makan sehat tanpa harus kehilangan kenikmatan dari makanan manis. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan:
Memberikan Contoh Pola Makan Sehat
Anak cenderung meniru kebiasaan orang tua. Jika Mama dan Papa mengutamakan makanan sehat dan membatasi konsumsi gula, anak juga akan lebih mudah mengikuti. Pastikan makanan di rumah lebih banyak mengandung buah segar, sayuran, protein, dan karbohidrat sehat dibandingkan camilan manis.
Membatasi Asupan Gula
Orang tua bisa mulai dengan membaca label makanan untuk memahami kandungan gula di dalamnya. Batasi pemberian makanan dan minuman tinggi gula, seperti permen, soda, atau jus kemasan. Gantilah dengan alternatif yang lebih sehat, seperti air putih, susu rendah gula, atau jus buah segar tanpa tambahan pemanis.
Mengatur Jadwal Camilan dan Makan Seimbang
Terkadang, anak menginginkan makanan manis karena lapar di antara waktu makan. Mama dan Papa bisa mengatur jadwal makan dan camilan sehat dengan lebih teratur agar anak tidak mencari gula sebagai solusi cepat untuk rasa lapar. Pilihan camilan seperti yogurt tanpa gula, kacang-kacangan, atau potongan buah bisa menjadi solusi yang lebih baik.
5. Edukasi kegiatan fisik
Selain menjaga pola makan dan menghindari gula, orangtua juga harus memberikan edukasi tentang betapa pentingnya kegiatan fisik pada anak untuk menjaga tumbuh kembangnya. Berikut adalah penjelasannya:
Usia 3-5 Tahun
Anak-anak harus aktif secara fisik sepanjang hari untuk pertumbuhan serta perkembangannya. Pastikan Mama dan Papa mendorong anak untuk selalu aktif saat bermain baik di rumah maupun di luar rumah. Misalnya dengan bermain sepeda.
Usia 6-17 Tahun
Lakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang sampai tinggi selama kurang lebih 60 menit dalam sehari seperti:
Itulah informasi mengenai cara memahami dan menghindari sugar addiction pada anak. Konsumsi gula dapat mengancam kualitas hidup anak di masa depan. Karena itu, penting bagi orangtua untuk mulai mengawasi asupan gula harian anak dan membiasakan mereka untuk hidup sehat sejak dini.



















