Mama pasti pernah melihat si Kecil kesulitan, entah saat mencoba mengancingkan bajunya sendiri, menyusun puzzle yang rumit, atau mengerjakan PR yang membuatnya mengernyit. Naluri Mama mungkin langsung ingin turun tangan membantu.
Tapi, tahukah Mama? Terlalu sering membantu justru bisa membuat anak kurang mandiri dan mudah menyerah saat menghadapi tantangan.
Sebagai orangtua, tugas Mama bukan sekadar membuat si Kecil selalu nyaman, tapi juga membekali mereka dengan keterampilan untuk menghadapi kesulitan. Menurut Michelle Kenney, seorang pendidik dan ahli parenting, membiarkan anak berjuang justru penting agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mandiri.
Kali ini Popmama.comakan memberikan informasi tentang cara mengajarkan anak tumbuh mandiri dan tangguh. Simak informasinya di bawah ini.
1. Anak perlu merasakan kegagalan dan belajar
Freepik/jcomp
Kesalahan itu bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari. Justru, dari kesalahan anak bisa belajar banyak hal. Kalau mereka selalu dibantu atau dilindungi dari kegagalan, mereka tidak akan pernah tahu bagaimana menghadapi masalah, apalagi mencari solusinya sendiri.
Misalnya, kalau si Kecil lupa mengerjakan PR dan akhirnya ditegur guru, naluri Mama mungkin ingin segera turun tangan, entah dengan membelanya atau langsung membantu menyelesaikan tugasnya. Tapi, bagaimana kalau Mama biarkan ia merasakan konsekuensi dari kesalahannya?
Dengan mengalami sendiri akibatnya, anak akan belajar tentang tanggung jawab dan pentingnya mengatur waktu. Daripada langsung menyelamatkan mereka dari kesulitan, Mama bisa mendampingi dengan bertanya,
“Kenapa kamu sampai lupa mengerjakan PR? Apa yang bisa kamu lakukan supaya ini nggak terulang lagi?”
Dengan pendekatan ini, si Kecil akan lebih memahami bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya. Mereka juga belajar bahwa kesalahan bukanlah akhir dari segalanya, tetapi kesempatan untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
2. Jangan langsung memberi jawaban, biarkan anak berpikir
Freepik
Sering kali, saat anak menghadapi masalah, insting pertama kita sebagai orangtua adalah langsung memberi solusi. Wajar, karena Mama ingin mereka cepat keluar dari kesulitan. Tapi, kalau Mama selalu memberikan jawaban, anak jadi kurang terlatih untuk berpikir sendiri.
Coba bayangkan kalau setiap kali mereka menghadapi tantangan, Mama selalu memberikan jalan pintas. Akhirnya, mereka terbiasa bergantung pada orang lain dan kurang percaya diri dalam mengambil keputusan.
Jadi, daripada langsung membantu, coba ajak anak berpikir dengan bertanya:
"Menurutmu, apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan ini?"
"Kamu sudah mencoba cara apa saja?"
"Kalau cara ini tidak berhasil, ada ide lain yang bisa dicoba?"
Dengan begitu, anak akan lebih terbiasa mencari solusi sendiri, berpikir lebih kreatif, dan merasa bangga saat berhasil menyelesaikan masalah tanpa bantuan penuh dari orangtua.
Mama tetap bisa memberikan sedikit petunjuk atau arahan, tetapi biarkan mereka yang mencari jawabannya sendiri. Ini akan melatih kemampuan berpikir kritis dan kemandirian mereka dalam jangka panjang.
3. Biarkan mereka menyelesaikan tantangan sendiri
Freepik/wavebreakmedia
Tanpa sadar, Mama sering terlalu cepat turun tangan membantu anak dalam tugas-tugas sederhana. Misalnya, mengikatkan tali sepatu, membenarkan tas yang miring, atau bahkan menyuapi mereka saat makan. Meskipun maksudnya baik, kebiasaan ini bisa membuat anak kurang percaya diri dan enggan mencoba sendiri.
Coba mulai beri mereka kesempatan untuk menyelesaikan sesuatu sendiri, meskipun awalnya hasilnya tidak sempurna. Saat anak mencoba membangun menara balok tapi terus roboh, jangan buru-buru membantu. Biarkan mereka mencari cara lain untuk membuatnya lebih kokoh.
Sebagai gantinya, Mama bisa memberikan semangat dengan mengatakan:
"Mama yakin kamu bisa! Coba pelan-pelan dan pikirkan cara lain."
"Kalau bangunannya roboh, kenapa ya? Yuk, cari tahu bareng!"
Dengan pendekatan ini, anak tidak hanya belajar menyelesaikan masalah, tetapi juga memahami bahwa usaha itu penting. Mereka jadi lebih gigih dan tidak mudah menyerah saat menghadapi tantangan.
4. Anak perlu belajar mengatasi perasaan frustasi
Freepik
Melihat anak kesulitan tentu membuat hati Mama terenyuh. Rasanya ingin langsung membantu agar mereka tidak merasa kecewa atau frustrasi. Tapi sebenarnya, rasa frustrasi adalah bagian dari proses belajar yang sangat penting.
Saat anak mengalami kesulitan dan tetap mencoba menyelesaikannya, mereka sedang belajar mengelola emosi dan membangun ketahanan mental. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga, terutama ketika mereka menghadapi tantangan lebih besar di masa depan, seperti saat bersekolah, bekerja, atau menghadapi masalah dalam kehidupan sosial.
Mama bisa membantu anak mengelola frustrasi mereka dengan cara berikut:
Ajarkan teknik menenangkan diri: Jika anak mulai kesal karena tidak berhasil, ajak mereka menarik napas dalam-dalam atau beristirahat sebentar sebelum mencoba lagi.
Dorong mereka untuk fokus pada solusi, bukan masalah: Daripada mengatakan, “Kok kamu nggak bisa sih?” lebih baik katakan, “Mama lihat kamu sudah berusaha, apa yang mau dicoba lagi supaya berhasil
Ingatkan bahwa setiap orang butuh latihan: Berikan contoh dari pengalaman Mama sendiri. Misalnya, “Dulu Mama juga butuh waktu lama untuk belajar naik sepeda, tapi akhirnya bisa karena terus mencoba.”
Dengan begitu, anak akan lebih siap menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih tenang dan tidak mudah menyerah.
5. Tugas Mama bukan untuk membuat anak selalu bahagia
Pexels/Yan Krukau
Sebagai orangtua, tentu Mama ingin anak selalu bahagia. Tapi, realitanya hidup tidak selalu mudah, dan mereka perlu belajar mengatasi kesulitan.
Kalau anak terbiasa selalu dilindungi dari segala tantangan dan kesulitan, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang mudah menyerah dan tidak siap menghadapi dunia nyata. Justru, dengan membiarkan mereka menghadapi masalah sendiri (dengan dukungan yang tepat), mereka akan tumbuh lebih kuat dan percaya diri.
Bukan berarti Mama harus membiarkan mereka kesulitan sendirian, ya. Peran orangtua adalah mendukung dan membimbing, bukan mengambil alih. Misalnya, saat anak kesulitan memahami tugas sekolah, daripada langsung memberikan jawaban, coba bantu mereka dengan bertanya, "Bagian mana yang paling sulit? Yuk, kita pecahkan bersama!"
Anak yang terbiasa mengatasi tantangan dengan bimbingan yang tepat akan tumbuh menjadi individu yang lebih mandiri, bertanggung jawab, dan siap menghadapi kehidupan.
Itulah informasi mengenai cara mengajarkan anak tumbuh mandiri dan tangguh. Dengan memberi kesempatan untuk gagal, berpikir sendiri, dan menghadapi tantangan, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat, percaya diri, dan mampu menyelesaikan masalah sendiri.