Artikel telah ditinjau oleh Dokter Spesialis Anak dr. Leny Angkawijaya, SpA. Simak informasinya di bawah ini.
Antibiotik sering kali menjadi solusi utama saat anak mengalami infeksi bakteri. Namun, masih banyak orangtua yang kurang memahami cara kerja antibiotik, kapan harus digunakan, serta risiko yang mungkin dapat ditimbulkan. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat justru dapat menyebabkan resistensi bakteri, membuat kebalnya bakteri terhadap antibiotik di masa depan.
Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk mengetahui kapan antibiotik benar-benar dibutuhkan serta bagaimana cara menggunakannya dengan aman agar kesehatan si Kecil tetap terjaga.
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Penyakit yang terjadi akibat infeksi virus, seperti flu dan pilek, tidak bisa diatasi dengan antibiotik.
Kali ini Popmama.com akan memberikan informasi seputar kapan anak bisa diberikan antibiotik?
1. Radang paru-paru (pneumonia)
Freepik/8photo
Anak bisa diberikan antibiotik pada saat terkena pneunomia. Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan yang menyerang paru-paru dan dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Pada anak-anak, pneumonia sering kali disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, sehingga dokter mungkin meresepkan antibiotik seperti amoksisilin, ampisilin, atau penisilin.
Namun, jika penyebabnya adalah virus, antibiotik tidak diperlukan. Antibiotik diresepkan untuk radang paru-paru jika penyebabnya tidak jelas. Selain itu, ini juga bisa diamati dari gejalanya.
Melansir laman American Lung Association, pneumonia akibat bakteri biasanya lebih berat dan berlangsung lebih lama dibandingkan pneumonia akibat virus.
Editors' Pick
2. Radang tenggorokan
Freepik
Radang tenggorokan akibat infeksi bakteri Streptococcus grup A umumnya jarang terjadi pada anak di bawah 3 tahun.
Jika anak mengalami radang tenggorokan, gejalanya dapat berupa:
Sakit tenggorokan yang datang dengan cepat dan nyeri saat makan.
Amandel merah dan bengkak dengan guratan putih di atasnya.
Nyeri atau bengkak pada kelenjar leher.
Ruam merah seperti amplas.
Demam disertai rewel, nafsu makan yang buruk, dan pilek.
Namun, tidak semua sakit tenggorokan yang dialami anak-anak merupakan gejala radang tenggorokan. Jika anak mengalami batuk dan pilek disertai suara serak dan mata merah, kemungkinan besar bukan merupakan radang tenggorokan, melainkan sakit tenggorokan akibat virus. Sakit tenggorokan akibat virus ini akan sembuh dengan sendirinya dan tidak memerlukan antibiotik.
3. Infeksi telinga
Freepik/User22777291
Infeksi telinga pada anak bisa disebabkan oleh virus atau pun bakteri. Namun, pada kebanyakan kasus anak-anak, infeksi telinga kerap kali terjadi akibat penumpukan bakteri pada cairan yang menumpuk di belakang gendang telinga.
Pengobatan infeksi telinga ini biasanya memang menggunakan prinsip “tunggu dan lihat". Artinya, ketika anak yang lebih besar mengalami infeksi telinga, dokter akan menunggu 7–14 hari untuk melihat infeksi dapat sembuh dengan sendirinya atau tidak.
Pada kebanyakan kasus, kondisi ini sering kali disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Artinya, pengobatan antibiotik tidak berguna.
Namun, jika terjadi pada bayi yang belum bisa mengungkapkan rasa sakitnya, dokter biasanya segera meresepkan antibiotik untuk mencegah kondisi yang lebih serius.
Mama bisa perhatikan dari perilaku atau kondisinya, pahami tanda-tanda bayi mengalami infeksi telinga berikut ini:
Terlihat sering menarik-narik telinga
Mudah tersinggung atau menangis berlebihan
Kesulitan tidur
Cairan keluar dari telinga
Demam tinggi
Kecanggungan atau masalah keseimbangan
Kesulitan mendengar atau merespons suara pelan
4. Infeksi saluran kemih
Freepik
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika bakteri masuk ke kandung kemih atau ginjal, dan menyebabkan infeksi. Pada bayi, ISK dapat ditandai dengan demam, muntah, dan rewel. Sementara pada anak yang lebih besar, gejalanya bisa berupa nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil, serta nyeri perut bagian bawah.
ISK adalah kondisi medis yang memerlukan antibiotik karena disebabkan oleh infeksi bakteri. Dilansir Kids Health, ISK juga memerlukan kunjungan medis karena tidak bisa membaik dengan sendirinya.
5. Batuk rejan (pertusis)
Freepik
Batuk rejan adalah infeksi bakteri serius pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh Bordetella pertussis. Penyakit ini lebih rentan terjadi pada bayi di bawah 6 bulan serta anak-anak usia 11–18 tahun.
Berbeda dengan jenis batuk lainnya, pertusis dapat menyebabkan gejala yang lebih serius. Mulanya, ini ditandai dengan gejala ringan, seperti hidung tersumbat, pilek, bersin, demam ringan, dan mata berair. Namun, setelah dua minggu, gejalanya dapat berkembang menjadi batuk kering hingga batuk kejang yang berkepanjangan.
Namun, setelah beberapa minggu, batuk bisa menjadi lebih parah dengan suara napas yang khas. Pada bayi, pertusis bisa menyebabkan gangguan pernapasan yang serius, sehingga membutuhkan antibiotik untuk mengurangi keparahan infeksi.
Selama batuk, mungkin menyebabkan perubahan warna kulit menjadi merah atau ungu. Terkadang juga disertai suara napas yang berisik dan rejan di akhir batuk. Pada bayi, terkadang mereka mungkin tidak batuk atau rejan, tetapi bisa menyebabkan mereka terlihat seperti terengah engah, wajahnya tampak merah, bahkan berhenti bernapas (apnea).
Jika orangtua mencurigai anak mengalami batuk rejan, segera hubungi dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengatasi kondisi ini.Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit akibat infeksi bakteri.
Jadi, tidak semua penyakit anak dapat diatasi dengan obat ini. Selalu konsultasikan dengan penyedia layanan medis sebelum menggunakan antibiotik pada anak.Sebagai tambahan, antibiotik harus digunakan dengan sangat hati-hati dan diresepkan jika benar-benar diperlukan.
Penggunaan antibiotik yang sembarangan dan terlalu banyak selama bertahun-tahun, dapat menyebabkan bakteri kebal terhadap obat tersebut. Pada akhirnya, antibiotik tidak mampu lagi melawan bakteri-bakteri penyebab penyakit.