Di era digital seperti sekarang, anak-anak semakin mudah mengakses berbagai tontonan melalui gadget. Dari video pendek yang lucu hingga kartun penuh warna, semua tersedia hanya dengan satu klik.
Banyak orangtua yang memang dengan sengaja memberikan anaknya waktu untuk screen time, seperti bermain game atau menonton video-video tertentu di gadget.
Namun, di balik kemudahan tersebut, ada bahaya yang mengintai. Banyak tontonan, terutama yang terlalu cepat atau penuh rangsangan visual, ternyata bisa berdampak buruk pada kemampuan anak untuk fokus.
Jika dibiarkan, ini bisa memengaruhi perkembangan mereka dalam belajar dan berinteraksi. Kali ini Popmama.com akan membahas tentang maraknya tontonan yang bikin anak jadi susah fokus.
1. Tontonan yang tidak baik dapat sebabkan anak menjadi sulit fokus
Unsplash/Erik Mclean
Popcorn brain adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi otak yang terbiasa dengan rangsangan instan dan terus-menerus dari teknologi digital, seperti ponsel, video pendek, dan media sosial. Istilah ini mencerminkan bagaimana otak meletup-letup seperti popcorn karena terus-menerus menerima stimulasi yang cepat dan beragam.
Kondisi ini membuat anak menjadi sulit untuk fokus akibat terlalu sering menonton video-video pendek secara terus menerus. Sehingga, dapat membuat lonjakan hormon dopamin dalam rentang waktu yang sangat singkat. Efek ini juga dapat membuat anak menjadi ketagihan.
Editors' Pick
2. Durasi screen time maksimal untuk balita
Freepik
Durasi screen time maksimal untuk anak-anak berbeda-beda tergantung pada usia mereka. Berikut adalah rekomendasi dari American Academy of Pediatrics (AAP):
Bayi (0-18 bulan): Hindari screen time kecuali untuk video call dengan keluarga atau kerabat.
Balita (18-24 bulan): Sebaiknya dihindari, tetapi boleh diperkenalkan pada tontonan edukatif berkualitas tinggi, dengan pendampingan orangtua agar anak memahami kontennya.
Anak usia 2-5 tahun: Maksimal 1 jam per hari untuk konten berkualitas tinggi. Orang tua perlu mendampingi untuk membantu anak memahami apa yang mereka tonton dan menghubungkannya dengan dunia nyata.
3. Tips untuk Mengelola Screen Time
Freepik/suksao
Sebagai orangtua, penting untuk memastikan penggunaan gadget tetap seimbang dan bermanfaat. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengelola screen time anak dengan bijak:
Orangtua Ikut Menonton Bersama Anak
Salah satu cara terbaik untuk memastikan screen time tetap bermanfaat adalah dengan mendampingi anak selama mereka menonton atau menggunakan gadget. Dengan menemani, orangtua dapat membantu menjelaskan konten yang mereka lihat, mengajarkan nilai-nilai positif, dan menjawab pertanyaan anak.
Misalnya, ketika anak menonton film atau kartun edukatif, Mama dan Papa bisa menjelaskan pesan moral dari cerita tersebut atau menghubungkannya dengan situasi di dunia nyata. Pendampingan ini juga mencegah anak mengakses konten yang tidak sesuai dengan usianya. Selain itu, menonton bersama dapat menjadi momen bonding yang mempererat hubungan antara orangtua dan anak.
Pastikan Screen Time Sudah Terjadwal
Membuat jadwal screen time yang teratur membantu anak memahami batasan dan membangun kebiasaan disiplin. Hindari memberikan gadget sebagai solusi instan untuk menenangkan anak ketika mereka rewel atau bosan, karena hal ini dapat menciptakan ketergantungan emosional pada perangkat digital.
Misalnya, tetapkan waktu tertentu untuk menonton, seperti satu jam setelah anak menyelesaikan tugas sekolah atau aktivitas fisik. Dengan jadwal yang jelas, anak akan belajar bahwa penggunaan gadget hanya boleh dilakukan pada waktu tertentu, sehingga mereka lebih menghargai waktu layar yang diberikan.
Lakukan Aktivitas Lain untuk Membuat Anak Senang
Pastikan screen time tidak menggantikan aktivitas lain yang penting untuk perkembangan anak, seperti bermain di luar ruangan, membaca buku, menggambar, atau berinteraksi dengan keluarga.
Orangtua bisa mengenalkan berbagai aktivitas menarik yang melibatkan gerakan fisik atau kreativitas, seperti bermain puzzle, memasak bersama, atau berkebun. Dengan menyediakan alternatif yang menyenangkan, anak akan lebih sedikit bergantung pada gadget untuk hiburan. Misalnya, ajak mereka membuat prakarya atau bermain permainan tradisional yang melibatkan kerja sama dan interaksi langsung.
Buat Plan untuk Memperjelas Waktu Penggunaan Gadget di Rumah
Memiliki aturan yang jelas mengenai penggunaan gadget di rumah adalah langkah penting untuk menjaga keseimbangan screen time. Orangtua bisa membuat kesepakatan bersama anak tentang kapan, di mana, dan untuk apa gadget boleh digunakan. Sebagai contoh, buat aturan seperti "tidak ada gadget saat makan", "tidak ada screen time saat satu jam sebelum tidur", atau "gunakan gadget hanya untuk kegiatan edukatif".
Selain itu, pastikan perangkat digital tidak diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh anak, seperti di kamar tidur. Dengan plan yang terstruktur, anak akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang batasan penggunaan gadget, sehingga tidak terjerumus pada kebiasaan screen time berlebihan.
4. Ciri tontonan yang baik untuk anak
Freepik
Memilih tontonan yang baik untuk anak sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang mereka. Salah satu panduan yang dapat digunakan adalah konsep 4C, yang meliputi Connect, Critical Thinking, Creativity, dan Context. Keempat elemen ini memastikan bahwa tontonan tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan relevan dengan kebutuhan perkembangan anak. Berikut penjelasan lebih lanjut:
Connect
Tontonan yang baik seharusnya dapat membangun koneksi, baik itu koneksi emosional dengan karakter atau koneksi dengan nilai-nilai positif yang diajarkan dalam cerita. Misalnya, film atau kartun yang menunjukkan pentingnya persahabatan, kerja sama, dan kasih sayang dapat membantu anak memahami bagaimana hubungan sosial bekerja.
Dengan melihat bagaimana karakter dalam cerita mengatasi tantangan atau menyelesaikan konflik, anak dapat belajar untuk menghubungkannya dengan pengalaman mereka sendiri. Selain itu, tontonan yang membangun koneksi juga bisa melibatkan interaksi dengan orang tua, seperti berdiskusi tentang pelajaran moral setelah menonton.
Critical Thinking
Tontonan yang baik harus mendorong anak untuk berpikir kritis, bukan hanya menjadi penonton pasif. Konten seperti teka-teki, misteri, atau cerita yang memerlukan pemecahan masalah dapat merangsang otak anak untuk berpikir lebih dalam.
Misalnya, acara edukasi yang menantang anak untuk mencari jawaban, memecahkan masalah, atau membuat keputusan, seperti memilih jalan cerita yang berbeda, dapat membantu melatih kemampuan berpikir logis mereka. Selain itu, tontonan yang menghadirkan berbagai sudut pandang atau mengajukan pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” dapat memperluas pemahaman anak tentang dunia.
Creativity (Meningkatkan Kreativitas)
Tontonan yang baik juga harus merangsang kreativitas anak, baik melalui cerita yang inspiratif maupun visual yang memancing imajinasi. Contoh tontonan seperti acara seni dan kerajinan, film animasi dengan cerita imajinatif, atau konten yang mengajak anak menciptakan sesuatu sendiri dapat membuka peluang bagi mereka untuk bereksperimen dan mengekspresikan diri.
Ketika anak terinspirasi oleh tontonan mereka, mereka akan lebih cenderung mencoba hal-hal baru, seperti menggambar karakter favorit mereka, membuat prakarya, atau bahkan menciptakan cerita sendiri. Kreativitas yang diasah sejak dini dapat membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir inovatif di masa depan.
Context
Konten yang sesuai dengan usia dan kehidupan sehari-hari anak juga menjadi salah satu ciri tontonan yang baik. Tontonan yang memberikan konteks yang relevan dapat membantu anak memahami dunia di sekitar mereka, mulai dari nilai-nilai budaya, kebiasaan sehari-hari, hingga pengetahuan tentang lingkungan.
Misalnya, acara edukasi yang mengajarkan anak tentang pentingnya menjaga kebersihan, menghormati orang lain, atau merawat hewan peliharaan dapat membantu mereka mengaplikasikan pelajaran tersebut dalam kehidupan nyata. Tontonan yang sesuai dengan konteks juga memastikan bahwa anak tidak bingung atau terpapar konten yang tidak sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
Itulah informasi tentang maraknya tontonan yang bikin anak jadi susah fokus. Memilih tontonan untuk anak tidak boleh dilakukan secara asal-asalan, orangtua dapat memastikan bahwa konten yang dikonsumsi anak tidak hanya menghibur tetapi juga mendukung perkembangan mereka secara emosional, intelektual, dan kreatif. Dampingi anak saat menonton dan jadikan aktivitas ini sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh bersama.