Benarkah Susu Tinggi Kalori Membuat Anak Tumbuh Lebih Tinggi?
Ketahui fakta mengenai susu tinggi kalori dengan tinggi badan anak menurut penjelasan dokter!
4 Maret 2025

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak orang tua percaya bahwa memberikan susu tinggi kalori dapat membantu anak tumbuh lebih tinggi. Anggapan ini didasarkan pada keyakinan bahwa kalori tambahan akan mendukung pertumbuhan tulang dan perkembangan tubuh secara optimal.
Namun, benarkah susu tinggi kalorimembuat anak tumbuh lebih tinggi? Untuk mengetahui kebenarannya, simak ulasan selengkapnya telah Popmama.com rangkum berdasarkan penjelasan dokter.
Editors' Pick
1. Susu tinggi kalori tidak akan membuat anak bertambah tinggi
Faktanya, susu tinggi kalori lebih diperuntukkan bagi anak-anak dengan berat badan kurang atau yang memiliki kondisi medis tertentu, sehingga memerlukan asupan energi tambahan.
Jika diberikan kepada anak dengan berat badan normal atau berlebih tanpa indikasi yang jelas, justru dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan hingga berujung obesitas.
Selain itu, mengonsumsi susu tinggi kalori tidak serta-merta membuat anak tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan tinggi badan lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, asupan nutrisi seimbang, serta aktivitas fisik yang cukup.
“Mitos yang salah bahwa dikatakan kalau diberikan banyak susu, anak akan tambah tinggi,” ungkap Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A, Subsp. End., FAAP FRCPI (Hon.) selaku Dokter Spesialis Anak.
2. Efek samping susu tinggi kalori dikonsumsi tanpa aturan yang jelas
Hal lain yang perlu dipertimbangkan orangtua adalah risiko obesitas pada anak jika mengonsumsi susu tinggi kalori tanpa kebutuhan yang jelas.
Pasalnya, asupan kalori berlebih dapat menyebabkan lempeng pertumbuhan pada tulang menutup lebih cepat, sehingga berisiko mempercepat selesainya proses pertumbuhan.
Khusus pada anak perempuan, terutama yang memiliki riwayat berat lahir rendah, kelebihan asupan kalori dapat memicu pubertas lebih awal dan mempercepat datangnya menstruasi.
Akibatnya, pertumbuhan tinggi badan bisa terhenti lebih cepat, sehingga anak berisiko memiliki postur tubuh yang lebih pendek dibandingkan seharusnya.
“Jadi, hal lain yang harus lagi kita pertimbangkan bahwa anak ada risiko menjadi obesitas, risiko nanti tulangnya menutup lebih cepat (pertumbuhan selesai), dan juga risiko pubertasnya nanti kalau pada anak perempuan apalagi ada riwayat lahir rendah, pubertasnya akan lebih cepat dan haidnya akan lebih cepat. Dan akhirnya anak juga akan menjadi pendek,” jelasnya.