7 Cara Mencegah agar Anak Tidak FOMO Menurut Ajaran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW senantiasa mengajarkan untuk selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki
10 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tak bisa dipungkiri, rasa takut tertinggal atau yang sering disebut FOMO (Fear of Missing Out) tak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Terlebih, anak lebih mudah terpengaruh oleh apa yang dilihat dan didengar dari lingkungan sekitar.
Contoh FOMO yang kerap terjadi di lingkungan anak adalah obrolan dari teman ke teman dengan membandingkan kepemilikan, seperti “aku baru saja dibelikan mainan baru oleh orangtuaku,” atau “aku baru saja liburan dari luar negeri,”
Bagi anak lain yang mendengarnya, kemungkinan besar akan memunculkan pemikiran “Kenapa aku nggak punya hal-hal yang temanku punya, ya?”. Sebagian anak lainnya juga ada yang tidak mau kalah dan merespons dengan jawaban serupa “mainanku di rumah lebih bagus dari punya kamu,”
FOMO dapat memengaruhi kesehatan mental anak, seperti menurunkan rasa percaya diri, memicu kecemasan, bahkan memengaruhi hubungan sosialnya. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk membantu anak mengenali dan mengelola perasaan ini.
Nah, kali ini Popmama.com siap membahas lebih lanjut cara mencegah agar anak tidak FOMO menurut ajaran Nabi Muhammad SAW.
1. Nasihati anak bahwa hal yang dipamerkan tersebut berasal dari orangtua
Cara pertama yang bisa Mama tekankan pada anak adalah memberitahu si Kecil bahwa barang tersebut bukan sepenuhnya milik temannya, melainkan didapatkan dari orangtua temannya tersebut.
Banyak hal yang dimiliki anak sebenarnya berasal dari orangtua mereka, seperti pakaian, gadget, mainan, atau fasilitas lain yang digunakan.
Anak-anak seringkali merasa memiliki, tetapi mungkin belum menyadari bahwa barang-barang itu adalah hasil kerja keras dan pemberian dari orang tua mereka.
2. Mengajarkan anak untuk ikut bersyukur atas keberhasilan orang lain
Setelah mendengarkan pencapaian atau sesuatu yang membanggakan dari teman, ajarkan anak terbiasa untuk ikut senang dan mengucap doa baik “Alhamdulillah, semoga menjadi berkah”.
Ini merupakan cara yang sangat bijaksana dan positif untuk membantu anak menghadapi pencapaian teman-temannya tanpa merasa iri atau tertekan.
Mengajarkan anak untuk ikut bersyukur atas keberhasilan orang lain membantu menumbuhkan empati dan rasa syukur, sekaligus memperkuat hubungan sosialnya.
Saat anak belajar untuk tulus mengucapkan doa baik pada temannya, anak tidak hanya mengekspresikan kebahagiaan, tetapi juga membiasakan diri memandang keberhasilan orang lain sebagai hal yang layak dirayakan.
Editors' Pick
3. Harta yang dimakan akan habis
Nabi Muhammad S.A.W mengajarkan umat Islam bahwa ada tiga bentuk harga atau rezeki yang dimiliki oleh manusia ditinjau dari perspektif kebermanfaatan dan ketahanannya. Mama bisa ajarkan pemikiran sederhana ini kepada anak agar tidak FOMO.
Pertama, terkait harta yang dimakan. Apa pun yang dimakan anak pada akhirnya akan habis. Makanan atau minuman yang kita konsumsi hanya memberikan manfaat sesaat untuk tubuh kita dan kemudian sirna.
4. Harta yang dikenakan akan mengalami keusangan
Pakaian atau barang-barang mewah biasanya menjadi hal yang umumnya dipamerkan, termasuk oleh anak-anak.
Padahal, menurut ajaran Nabi Muhammad SAW, pakaian atau barang-barang yang kita kenakan akan mengalami keusangan atau kerusakan seiring berjalannya waktu.
Barang-barang tersebut memang bisa digunakan dalam jangka waktu tertentu, namun pada akhirnya tidak akan bertahan selamanya.
5. Harta sesungguhnya adalah sedekah
Harta yang diberikan atau diberikan sebagai sedekah merupakan harta sebenarnya dan bernilai abadi dalam pandangan Allah SWT.
Beri tahu anak bahwa apa yang kita sedekahkan atau berikan kepada orang lain, seperti amal atau kebaikan, adalah harta yang terus memberikan keberkahan bagi kita.
Nantinya, harta tersebut akan kembali pada anak dalam bentuk tabungan yang lebih besar di akhirat nanti. Bagaimanapun juga, apa pun yang ada di dunia hanya bersifat sementara, sehingga tidak sepatutnya membuat anak iri.
6. Tanamkan kesederhanaan dan hindari sifat berlebihan
Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk hidup sederhana dan menjauhi sifat israf (berlebihan).
Mengajarkan anak untuk tidak terlalu mementingkan tren atau barang-barang terbaru dapat membantu si Kecil memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari apa yang dimiliki, tetapi dari menjalani hidup dengan bijak.
Dengan demikian, anak tidak mudah merasa tertinggal atau iri saat melihat teman-temannya memiliki sesuatu yang lebih modern maupun menarik.
7. Ajak anak berbuat kebaikan untuk mendapat pahala
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kebaikan yang dilakukan untuk orang lain akan terus mengalir sebagai pahala, bahkan ketika seseorang sudah tiada.
Anak-anak yang diajarkan untuk senang berbuat baik, seperti membantu teman atau berbagi dengan sesama, akan merasakan kepuasan batin. Hal ini dapat mengurangi kecenderungan anak untuk fokus pada kehidupan orang lain yang sering memicu FOMO.
Itu dia beberapa cara mencegah agar anak tidak FOMO menurut ajaran Nabi Muhammad SAW. Semoga bisa diterapkan ya, Ma!
Baca juga:
- 7 Dongeng Sunda Pendek untuk Pengantar Tidur Anak, Ada si Kabayan!
- 8 Cara Mengajarkan Anak Kebiasaan Berinternet Aman
- Bagaimana Aturan Hak Asuh Anak dalam Perceraian Orangtua?