9 Cara Mengajarkan Anak Menjaga Kesehatan Gigi Sejak Dini
Ternyata pemeriksaan gigi bisa dimulai sejak anak berusia enam bulan lho, Ma!
18 Maret 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Merawat kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang sama pentingnya seperti menjaga kesehatan tubuh. Kita sebagai orangtua bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan anak secara keseluruhan, termasuk bagian gigi dan mulut mereka.
Namun sayangnya masih sedikit orangtua yang sadar bahwa mengajarkan anak tentang menjaga kesehatan mulut dan gigi perlu dilakukan sejak dini. Lebih tepatnya, anak harus sudah diperkenalkan sejak kecil agar mereka merasa familiar ke depannya.
Demi menjawab rasa penasaran Mama tentang dunia kesehatan gigi dan mulut anak, Popmama.com mengundang drg. Adita Gayatri,Sp. KGA dari Brawijaya Hospital dalam Popmama Talk yang disiarkan secara live di akun Instagram pada Kamis (17/3/2022).
Berikut Popmama.com telah merangkum ulasan selengkapnya terkait 9 cara mengajarkan anak menjaga kesehatan gigi sejak dini.
1. Permasalahan gigi berlubang sering ditemukan pada anak
Sebagai seorang dokter gigi yang telah menangani banyak pasien, dokter Adita mengatakan bahwa kebanyakan permasalahan gigi yang sering ditemukan pada anak adalah kasus gigi berlubang.
"Menurut penelitian, sebanyak 97 persen anak Indonesia di bawah usia tujuh tahun memang giginya berlubang. Yang nggak berlubang cuma 3 persen," kata dokter Adita.
Banyak faktor yang melatarbelakangi penyebab gigi anak berlubang. Penyebab yang satu bisa saling berkaitan dengan yang lain, tergatung bagaimana masing-masing anak merawat kesehatan gigi mereka
“Gigi berlubang penyebabnya saling berkaitan satu dengan yang lain, nggak melulu makanan manis atau nggak rajin sikat gigi. Jadi perlu ditanya ke orangtuanya,” tambahnya.
2. Terapkan feeding rules untuk menjaga kesehatan gigi
Jika berbicara soal anak, kita tahu jika sebagian besar anak kecil suka makan makanan manis, seperti cokelat, permen, dan lain sebagainya. Terkadang ada beberapa orangtua yang tidak tega melarang anaknya untuk berhenti makan makanan kesukaannya tersebut.
Namun perlu diketahui bahwa permen atau cokelat lebih berisiko menjadi penyebab gigi berlubang. Pasalnya, makanan manis memiliki tekstur yang lengket sehingga jika menyikat giginya tidak tepat, dapat berpotensi masuk ke sela gigi.
Untuk mengatasi masalah ini, Mama bisa mulai menerapkan feeding rules kepada anak. Feeding rules di sini dengan cara menetapkan aturan makan, yang nantinya dapat berpengaruh pada kesehatan gigi.
"Durasi antar makan 2 jam itu memang waktu yang dibutuhkan untuk air ludah kita menetralkan kondisi mulut kita yang asam akibat adanya sisa makanan itu. Jadi kalau misalnya belum 2 jam kemudian anak itu dikasih permen atau cokelat atau makanan-makanan lain, nah itu yang bikin masalah, gigi kita akan lebih mudah rusak," tuturnya.
Makan makanan manis itu diperbolehkan, asalkan orangtua bisa menerapkan feeding rules kepada anak.
3. Pemeriksaan gigi bisa dimulai sejak anak berusia enam bulan
Salah satu kebiasaan buruk orangtua adalah mengajak anaknya ke dokter gigi saat gigi sang anak sudah terlanjur sakit. Cobalah mengenalkan dokter gigi ke anak sejak kecil.
Dokter Adita mengatakan bahwa anak sudah bisa diajak ke dokter gigi sejak umur enam bulan, tepatnya setelah gigi susu pertama tumbuh dan selambat-lambatnya saat berumur satu tahun.
Banyak pembelajaran baru yang bisa diserap anak saat berkunjung ke dokter gigi untuk pertama kali, seperti mengenal suasana dokter gigi, mengetahui alat-alat yang digunakan, dan sistem kerja dokter gigi.
Selain itu, dari dokter gigi sendiri juga bisa sembari mengecek kondisi kesehatan gigi anak. Jika ada masalah struktur sejak kecil atau ada pertumbuhan gigi yang awalnya kurang bagus, dokter bisa membantu memberikan penanganan lebih lanjut.
"Kita bisa mengedukasi Mama Papa untuk lebih aware sama kondisi giginya. Kalau giginya ada masalah struktur, kemungkinan masalahnya lebih besar," ucapnya.
Editors' Pick
4. Cara mengenalkan kebersihan gigi dan mulut ke anak
Di jaman serba modern ini, banyak cara yang dapat Mama gunakan untuk mengenalkan kebersihan gigi dan mulut kepada anak, diantaranya yakni lewat tayangan video edukasi seputar dunia kesehatan gigi, buku cerita, hingga memberikan mainan sensoris tentang dokter gigi.
Dokter Adita menuturkan jika anak merupakan peniru yang ulung, sehingga apapun yang dilakukan orangtua akan berpengaruh kepada anak.
Dari situ, kita bisa memanfaatkan momen tersebut untuk mengajari anak cara menyikat gigi yang benar dengan memberikan contoh langsung.
Kemudian yang tidak kalah penting jangan menjadikan dokter gigi sebagai tokoh yang menyeramkan di mata anak-anak.
“Terkadang ada orangtua yang mengaitkan dokter gigi sebagai tokoh yang menyeramkan. Dari situ aja kesan anak ke dokter gigi sudah buruk, nanti mereka makin susah dibawa ke dokter gigi,” ungkapnya.
5. Dokter merekomendasikan agar anak ke dokter gigi 4-6 bulan sekali
Sebagian dari Mama pasti mempertanyakan, kira-kira berapa kali idealnya anak perlu memeriksakan kondisi giginya ke dokter?
"Rekomendasi anak ke dokter gigi biasanya memang 4-6 bulan, tergantung kondisi gigi dan mulut anaknya," ucapnya.
Nantinya, dokter gigi akan memeriksa kondisi kesehatan mulut dan gigi anak. Jika dirasa gigi dan mulutnya bersih, maka pengecekan tidak masalah dilakukan enam bulan sekali.
“Tapi kalau mulutnya kotor, sikat giginya jarang, mungkin bisa lebih sering datang ke dokter gigi. Karena makin kotor rongga mulut, maka lubang semakin cepat muncul jadi bisa dijadwalkan 3-4 bulan sekali,” tambahnya.
6. Benarkah makanan manis mempercepat gigi berlubang?
Kebanyakan orang mengira makanan manis menjadi pemicu utama terjadinya gigi berlubang, hal tersebut tidak bisa disangkal namun tidak juga sepenuhnya benar.
Pasalnya, makanan yang memiliki rasa asin, seperti keripik, juga bisa memicu munculnya gigi berlubang jika terlalu lama menempel di gigi tanpa disikat.
"Sebenarnya nggak papa makan cokelat atau permen, tapi ada feeding rulesnya. Jangan setelah makan utama langsung dikasih cokelat, jadi harus ada jarak makan satu dan kedua harus dua jam dulu baru dikasih. Kita memberi kesempatan air ludah menetralisir kondisi rongga mulut dulu," ucapnya
7. Kapan anak bisa pindah ke pasta gigi orang dewasa?
Sejak tumbuh gigi pertama (sekitar umur 6 bulan), anak sudah bisa menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Namun setiap tingkatan umur anak memiliki takaran masing-masing.
"Sebenarnya kalau takarannya sesuai usia bakal aman aja. Kalau anak dibawah 3 tahun itu pasta giginya cukup sebesar biji beras, jadi sedikit aja. Kalau usia di atas 3-6 tahun bisa ditambahkan dosisnya sebesar biji jagung,”
Anak boleh menggunakan pasta gigi yang biasanya digunakan orang dewasa, asalkan takarannya sesuai. Biasanya, yang membedakan pasta gigi anak dan pasta gigi dewasa lebih pada rasanya saja.
8. Cara menyikat gigi anak secara bersih
Menyikat gigi anak harus dilakukan secara tepat dan menyeluruh. Sayangnya masih banyak orangtua yang kurang aware terhadap cara menyikat gigi anak. Mereka merasa cukup saat melihat anaknya sudah selesai sikat gigi, tanpa memastikan giginya sudah bersih atau belum.
Sisa makanan di gigi harus benar-benar terangkat demi terhindar dari gigi berlubang atau masalah gigi lainnya.
"Pelan-pelan aja sikat giginya nggak perlu keras, karena semakin keras sikat giginya nggak menjamin gigi lebih bersih," jelas dokter Adita.
Dokter Adita pun memberikan tips yang dapat diterapkan orangtua tentang bagaimana cara ideal untuk menyikat gigi anak secara bersih.
“Biasanya kalau mau gampang anak-anak dipangku saja. Jadi nanti Mama sikatin dari atas, anak suruh buka mulut lalu sikatin dari atas. Untuk distraksi, bisa sambil nyanyi, berhitung, jadi tiap sisi dihitung sampai hitungan ke-10 sebelum berganti sisi,” ucapnya.
9. Tips membuat anak agar mau sikat gigi
Sebelum mengajak anak untuk menyikat gigi secara rutin, Mama perlu membuat anak paham terlebih dahulu mengenai gambaran bahwa semua gigi itu penting dan harus dijaga kebersihannya.
Gambaran tersebut bisa disalurkan lewat menayangkan video edukasi atau membacakan buku cerita tentang dunia kesehatan mulut dan gigi.
“Buat anak yang pertama kali dikenalkan aktivitas menyikat gigi itu goals-nya kita harus membuat pengalaman positif baik sebelum maupun sesudah. Jangan sampai bikin anak nangis, bertahap aja, yang penting tujuannya ada dan baik,” jelasnya.
Jika ada momen di mana Mama melihat anak sedang menggigit atau mengisap sikat gigi, maka biarkan, jangan dihentikan. Biarkan anak mengeksplorasi giginya secara mandiri. Setelah itu, barulah Mama bisa coba mengajarkan anak cara menggosok gigi dengan benar.
Bisa juga diselingi sambil bernyanyi agar aktivitas menyikat gigi anak terasa menyenangkan.
“Sikat gigi bisa dua kali, pertama biarkan dia eksplorasi dan kedua biar Mama yang membersihkan sisa-sisa makanan yang masih menempel. Karena memang anak dibawah 7 tahun nggak bisa kita tinggal sendiri, masih perlu bantuan disikatin karena koordinasi tangannya belum cukup baik,” pungkas dokter Adita.
Jadi itulah 9 cara mengajarkan anak menjaga kesehatan gigi sejak dini. Semoga informasinya bermanfaat untuk kesehatan gigi dan mulut si Kecil ya, Ma!
Baca juga:
- Gigi Susu si Kecil Berlubang, Apakah Perlu Ditambal?
- 7 Kebiasaan Buruk yang Bisa Membahayakan Kesehatan Gigi Anak
- Alasan, Dampak, dan Cara Mengatasi Kebiasaan Menggigit Kuku pada Anak