5 Fakta Penyakit Polio pada Anak, Kembali Muncul di Indonesia
Kasus polio di Indonesia telah ditemukan di Aceh dan Jawa Barat
6 Desember 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Polio atau poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus poliovirus. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan mudah menular, terutama pada balita yang belum divaksin polio.
Pada kasus yang parah, polio dapat menyebabkan kelumpuhan permanen atau bahkan kematian. Sempat dinyatakan bebas polio oleh WHO pada tahun 2014, kini penyakit Polio kembali muncul di Indonesia.
Tepatnya, pada November 2022, penyakit tersebut terdeteksi di Provinsi Aceh. Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui beberapa fakta penyakit polio pada anak yang perlu diketahui.
Yuk, simak ulasannya telah Popmama.com rangkum!
1. Polio dapat menyebabkan kelumpuhan permanen pada anak di bawah usia 5 tahun
Polio adalah penyakit yang melumpuhkan dan mengancam jiwa disebabkan oleh virus polio. Penyakit ini dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan dalam hitungan jam.
Nahasnya, 1 dari 200 infeksi dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, yang biasanya menyerang area kaki. 5-10% dari mereka yang lumpuh dapat meninggal jika otot pernapasannya tidak dapat bergerak.
Polio banyak menyerang anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah 5 tahun. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen pada anak balita, khususnya usia di bawah 5 tahun.
Editors' Pick
2. Virus polio bekerja tidak seperti penyakit menular lainnya
Virus polio tidak seperti penyakit menular lainnya. Sebab, pengendalian penyakit polio jauh lebih rumit dibandingkan penyakit menular lain. Polio ditularkan secara fecal-oral, yang mana virus masuk ke mulut lewat benda, makanan, atau minuman yang sudah terkontaminasi tinja penderitanya.
Penyakit ini dapat masuk ke sistem air, sehingga lebih mudah menular dan berpotensi menyebar lebih luas. Maka dari itu, upaya vaksinasi pada anak perlu ditegaskan.
3. Gejala polio pada anak yang perlu diwaspadai
Gejala polio dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Sebagian besar anak yang terinfeksi polio bisa saja tidak menunjukkan gejala sama sekali. Pada beberapa kasus yang lebih serius, gejala-gejala polio dapat muncul sebagai berikut:
Gejala ringan
- Demam ringan.
- Sakit tenggorokan.
- Sakit kepala.
- Kelelahan.
- Mual atau muntah.
- Nyeri perut atau ketidaknyamanan.
Gejala berat
- Kelumpuhan atau lemah pada satu atau lebih anggota tubuh.
- Kekakuan otot.
- Kesulitan menelan atau bernapas.
- Nyeri atau sensitivitas pada otot dan sumsum tulang belakang.
4. Terdapat 2 jenis vaksin polio yang dianggap ampuh melindungi nyawa anak
Vaksin polio sangat penting dalam melindungi anak-anak dari penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian. Vaksin polio telah terbukti efektif dalam mencegah infeksi poliovirus.
Setidaknya terdapat 2 jenis vaksin polio yang bisa diberikan, di antara lain:
- Oral Poliovirus Vaccine (OPV)
Vaksin ini paling umum digunakan dalam upaya untuk eradikasi polio. Ada berbagai jenis vaksin virus polio oral yang kemungkinan mengandung satu, kombinasi dua, atau ketiga serotipe vaksin dilemahkan.
Salah satu jenis vaksin virus polio oral adalah vaksin Bivalent Oral Poliovirus (bOPV). Vaksin tersebut digunakan dalam imunisasi rutin di seluruh dunia, Selain imunisasi rutin, bOPV juga digunakan untuk merespon terhadap wabah virus polio tipe 1 dan 3
- Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV)
Vaksin terdiri dari strain virus polio yang dinonaktifkan (dimatikan) dari ketiga jenis virus polio serta menyediakan antibodi untuk ketiga jenis virus polio. Apabila terjadi infeksi, antibodi dapat mencegah penyebaran virus ke sistem saraf pusat, sehingga melindungi dari kelumpuhan.
Mengingat IPV bukan vaksin ‘hidup’, membuat IPV tidak menimbulkan risiko poliomielitis paralitik terkait vaksin (VAPP). Namun, IPV bekerja menginduksi tingkat kekebalan yang sangat rendah di usus.
Akibatnya, ketika seseorang yang diimunisasi IPV terinfeksi virus polio liar, virus masih dapat berkembang biak di dalam usus dan keluar melalui tinja, sehingga berisiko melanjutkan sirkulasi.
Fakta menariknya, kini semakin banyak negara maju dan bebas polio yang menggunakan IPV sebagai vaksin pilihan. Hal ini karena risiko lumpuh polio yang menggunakan vaksin OPV secara rutin dianggap lebih besar.
Namun, karena IPV tidak menghentikan penularan virus, OPV lebih banyak digunakan di mana pun terjadi wabah polio. Setelah polio diberantas, penggunaan OPV perlu dihentikan untuk mencegah terjadinya kembali penularan akibat poliomielitis yang berasal dari vaksin (VDPV).
5. Situasi polio di Indonesia saat ini
Kasus polio terakhir yang ditemukan di Indonesia terjadi pada bulan Februari 2006. Kemudian, pada tahun 2014, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Indonesia bebas polio.
Terbaru, polio kembali terdeteksi di Indonesia, tepatnya di provinsi Aceh pada November 2022. Kemudian, pada Maret 2023, terdeteksi circulating vaccine derived poliovirus type 2 (cVDPV2) yang beredar di kabupaten Purwakarta di provinsi Jawa Barat.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa virus telah menyebar di masyarakat Indonesia. 11 orang dinyatakan terinfeksi polio, 4 orang di Aceh dan 7 orang di Jawa Barat. Mirisnya, dari kasus tersebut sudah sampai terjadi kelumpuhan sebanyak 2 korban, 1 dari Aceh dan 1 lainnya di Jawa Barat.
Demikian informasi seputar fakta penyakit polio pada anak yang kini tengah beredar di Indonesia. Semoga anak mama sehat selalu, ya!
Baca juga:
- Beda Vaksin Polio Tetes dan Vaksin Polio Suntik, Orangtua Harus Tahu!
- Cara Pemerintah Tangani KLB Polio Tingkat Kabupaten Pidie
- IDAI: Orangtua Jangan Halangi Anak untuk Dapat Vaksin Polio