4 Karakter Penting agar Anak Sukses di Masa Depan, Ketahui Yuk Ma!
Yuk, simak penjelasannya agar anak tumbuh menjadi pribadi cerdas yang membanggakan
25 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak sekolah di Indonesia lebih memfokuskan muridnya untuk berprestasi di bidang akademik. Padahal, sekolah memiliki peranan penting dalam pengembangan karakter.
Hal senada diungkapkan oleh Psikolog Tara De Thouars yang menjelaskan bahwa mendorong lahirnya sumber daya manusia unggul, membutuhkan pengembangan karakter sejak dini.
“Karakter anak terbentuk dan terbangun melalui dua faktor yaitu internal dan eksternal. Untuk faktor eksternal, dua sumber utamanya adalah keluarga dan lingkungan sosial,” jelas Tara.
Sebagai orangtua, penting untuk memahami kira-kira karakter mana yang bisa menunjang kesuksesan anak di masa depan. Sehingga tidak hanya pendidikan dalam bidang akademik saja yang diasah sejak dini, tetapi juga pembentukan karakter baik secara langsung maupun tidak langsung.
Karakter-karakter tersebut lah yang ditanamkan oleh diri, menjadi kebiasaan, hingga membawa perubahan yang positif bagi sang Anak.
Tara De Thouars lebih lanjut menjelaskan setidaknya terdapat empat karakter yang sangat penting untuk dimiliki anak demi tercapainya kesuksesan. Lantas, ada karakter apa saja ya, Ma? Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya.
1. Resiliensi atau ketangguhan mampu mendorong anak memecahkan masalah secara mandiri
Resiliensi atau ketangguhan adalah kemampuan untuk bangkit dari kesulitan, kegagalan, tantangan, stres, atau bahkan trauma. Karakter ini dapat dikembangkan seiring dengan tumbuh kembang sang Anak.
“Jika ingin sukses, salah satu kuncinya adalah mereka harus tahan banting buat bertahan lama dalam suatu kondisi. Kalau nggak mau, ya akan sulit buat meraih kesuksesan itu. Karakter ini tidak hanya penting diterapkan untuk di sekolah, tetapi juga untuk mereka dewasa saat kerja nanti,” kata Tara.
Anak-anak yang tangguh lebih cenderung mau mengambil risiko yang sehat karena mereka tidak takut akan kegagalan. Mereka mempunyai rasa ingin tahu tinggi, berani, dan percaya pada naluri sendiri.
Mereka tahu batas kemampuan serta kerap mendorong diri sendiri untuk berusaha keluar dari zona nyaman. Hal ini tentu saja dapat membantu anak dalam memecahkan masalah secara mandiri serta mencapai tujuan jangka panjang.
Menurut penelitian Reivich dan Shatte (2002), Mama bisa melatih dan meningkatkan resiliensi anak dengan menerapkan pola pikir sebagai berikut:
- Mengubah persepsi anak bahwa kegagalan merupakan sesuatu yang wajar dan bagian dari proses menuju keberhasilan.
- Membangun kepercayaan diri anak.
- Menjaga pikiran dan tubuh anak untuk tetap rileks agar mampu mengatasi tantangan.
- Anak perlu memahami berbagai bentuk perubahan, sehingga bersifat fleksibel.
Editors' Pick
2. Kemandirian diperlukan agar anak berani melawan berbagai tantangan
Orangtua dianjurkan untuk mulai menanamkan sikap mandiri sejak anak berusia dua hingga lima tahun. Sebab pada usia tersebut, sikap yang diajarkan kepada anak akan terbentuk menjadi fondasi untuk dibawanya hingga dewasa nanti.
“Kemandirian anak dapat membantunya dalam menghadapi berbagai challenge tanpa dibantu,” tutur Tara.
Sesungguhnya, setiap anak perlu berlatih kemandirian, dan setiap orangtua perlu membiarkan anaknya mandiri dengan caranya sendiri. Kemandirian itu diibaratkan seperti lompat tinggi, anak harus berlari sekuat tenaga, melompat, dan terkadang gagal. Dibanding menyerah, mereka harus kembali ke posisi awal, berlari, dan melompat lagi.
Sebagai orangtua, Mama mungkin akan meringis ketika melihat anak mengalami kegagalan dalam proses lompatannya, namun di sisi lain Mama juga tidak bisa mewakili mereka untuk melompat. Pada akhirnya, anak tersebut akan melewati proses menuju keberhasilan tanpa bantuan Mama.
Menumbuhkan kemandirian anak membutuhkan proses yang tidak sebentar. Terkadang terdapat beberapa tantangan yang harus dilewati orangtua.
Berikut sejumlah tips meningkatkan kemandirian anak melansir dari Mommy Nearest:
- Berikan anak kesempatan untuk melakukan tugas atau aktivitasnya sendiri. Bisa dimulai dari kegiatan sederhana, seperti memakai baju, makan, merapikan mainan, dan banyak lagi.
- Biarkan anak mengemukakan pendapatnya dan membuat pilihan sendiri.
- Menghargai usaha anak yang telah mampu menyelesaikan tugas-tugas mereka sekecil apa pun itu.
- Berikan anak kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
- Biarkan mereka merasakan kegagalan dan bujuk mereka untuk mencoba lagi di kemudian hari. Ini akan memberi mereka kepercayaan diri dalam mencoba hal-hal baru.