Mengapa Anak ADHD Mendapatkan Nilai Akademis Rendah? Ini Alasannya!
ADHD sering kali terdeteksi pada masa kanak-kanak, namun gejalanya dapat berlanjut hingga dewasa
28 Agustus 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) sering kali menghadapi tantangan yang lebih besar dalam dunia akademis dibandingkan dengan anak-anak lain.
ADHD tidak hanya memengaruhi kemampuan anak untuk fokus, tetapi juga berpengaruh terhadap cara anak dalam memahami, memproses informasi, dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Lantas, mengapa anak ADHD perlu mendapatkan perhatian dan stimulasi yang lebih tepat?Simak ulasan selengkapnya mengenai alasan anak ADHD berisiko mendapatkan nilai akademis rendah yang telah Popmama.com rangkum melansir dari berbagai sumber.
Apa Itu ADHD?
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan neurologis yang mempengaruhi kemampuan anak untuk memusatkan perhatian, mengendalikan impuls, dan mengatur aktivitas motorik.
ADHD sering kali terdeteksi pada masa kanak-kanak, namun gejalanya dapat terus berlanjut hingga dewasa. Penyebab ADHD tidak sepenuhnya dipahami, tetapi faktor genetik, perkembangan otak, dan lingkungan berperan dalam terjadinya gangguan ini.
ADHD dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan anak, termasuk prestasi akademis, hubungan sosial, dan perkembangan emosional.
Editors' Pick
ADHD Berbeda dengan Disabilitas Intelektual
Lebih lanjut, Prof. Dr. dr. Hardiono Pusponegoro menjelaskan bahwa nilai akademis anak dengan ADHD tidak selalu buruk. Jika nilainya buruk secara terus menerus, kemungkinan anak tersebut mengalami disabilitas intelektual.
“Kalau anak nggak bisa fokus, akademisnya pasti jelek. Tapi anak ADHD jeleknya itu bukan jelek terus. Kalau jelek terus itu biasanya dia ada disabilitas intelektual, dulu namanya retardasi mental, IQ-nya kurang,” jelas Prof. Dr. dr. Hardiono Pusponegoro, Sp.A(K) melansir dari kanal YouTube Nikita Willy.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan disabilitas intelektual adalah dua kondisi yang berbeda meski keduanya dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan perilaku seseorang.
ADHD ditandai kesulitan dalam memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas, tanpa mempengaruhi tingkat kecerdasan secara keseluruhan. Anak dengan ADHD sering kali memiliki kecerdasan yang berada dalam rentang normal, namun mengalami kesulitan dalam pengaturan perhatian dan kontrol impuls.
Sebaliknya, disabilitas intelektual melibatkan kemampuan kognitif yang secara signifikan di bawah rata-rata, mempengaruhi kemampuan anak untuk belajar, berpikir, dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Anak dengan disabilitas intelektual mengalami kesulitan yang lebih luas dalam keterampilan adaptif dan pemecahan masalah. Berbeda dengan ADHD yang dapat ditangani melalui terapi perilaku dan dukungan pendidikan.
Alasan Anak ADHD Dapat Nilai Akademis Jelek
Anak dengan ADHD sering kali menunjukkan ‘naik-turun’ dalam prestasi akademis tergantung pada mood atau minat mereka. Ketika anak merasa tertarik atau senang dengan suatu tugas, ia mungkin menunjukkan performa yang sangat baik.
Namun, saat anak tidak termotivasi atau tidak tertarik, nilainya bisa saja turun drastis. Hal ini disebabkan oleh kesulitan anak dalam mengatur perhatian dan motivasi secara konsisten.
“Anak ADHD, kalau dia lagi seneng, bisa aja nilainya 8. Kalau dia lagi nggak mau kerjain, nilainya bisa aja 2. Dia tidak peduli dia dapat nilai 2, nggak ada takutnya gitu. Kalau kita kan takut ya,” ungkap jelas Prof. Dr. dr. Hardiono Pusponegoro, Sp.A(K).
Perbedaan ini bisa membuat anak tampak seolah tidak peduli dengan nilainya. Anak dengan ADHD mungkin tidak merasakan tekanan atau ketakutan terhadap nilai rendah, sehingga berbeda dengan anak-anak lainnya.
Reaksi emosional atau kekhawatiran terhadap hasil akademis tidak selalu menjadi pendorong anak untuk berubah.
Ciri-Ciri Anak ADHD
ADHD dibagi menjadi tiga tipe utama, masing-masing dengan ciri khasnya sendiri:
- Tipe Inatentif: Anak dengan tipe ini mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian, sering kali tampak tidak mendengarkan ketika berbicara, dan cenderung lupa melakukan tugas-tugas sehari-hari. Anak kemungkinan kesulitan mengikuti instruksi atau menyelesaikan pekerjaan sekolah.
- Tipe Hiperaktif-Impulsif: Gejala pada tipe ini termasuk kesulitan untuk duduk tenang, sering berbicara berlebihan, dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Anak-anak dengan tipe ini kemungkinan merasa gelisah, terlalu aktif, dan cenderung tidak bisa menunggu giliran mereka.
- Tipe Kombinasi: Ini adalah tipe yang paling umum, di mana anak menunjukkan gejala dari kedua tipe inatentif dan hiperaktif-impulsif. Anak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, serta masalah dalam mengendalikan impuls dan mengatur aktivitas motorik.
Itu dia penjelasan mengapa anak ADHD mendapatkan nilai akademis rendah. Meskipun tidak ada obat untuk ADHD, penanganan yang tepat, seperti terapi perilaku, dukungan pendidikan, dan pengobatan dapat membantu anak-anak dengan ADHD meraih potensi penuhnya.
Baca juga:
- 8 Ciri Anak Hiperaktif Usia 2 Tahun, Apa Sudah Pasti ADHD?
- Ciri-Ciri ADHD pada Anak, Salah Satunya Sulit Fokus!
- Bukan ADHD, Ini yang Perlu Orangtua Tahu Tentang Balita ‘High Energy'